Minggu, 19 April 2020

ILMU MENUMBUHKAN SIFAT TAWADHU'


Ibnul Qayyim رَحِمَهُ الله mengatakan :
“Salah satu tanda kebahagiaan dan kesuksesan adalah
tatkala seorang hamba semakin bertambah ilmunya
maka semakin bertambah pula sikap tawadhu’ dan kasih sayangnya.

Dan semakin bertambah amalnya
maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya.

Setiap kali bertambah usianya
maka semakin berkuranglah ketamakan nafsunya.

Setiap kali bertambah hartanya
maka bertambahlah kedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama.

Dan setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya
maka semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk menunaikan berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati kepada mereka.”

Beliau melanjutkan,
“Dan tanda kebinasaan yaitu
tatkala semakin bertambah ilmunya
maka bertambahlah kesombongan dan kecongkakannya.

Dan setiap kali bertambah amalnya
maka bertambahlah keangkuhannya, dia semakin meremehkan manusia dan terlalu bersangka baik kepada dirinya sendiri.

Semakin bertambah umurnya
maka bertambahlah ketamakannya.

Setiap kali bertambah banyak hartanya
maka dia semakin pelit dan tidak mau membantu sesama.

Dan setiap kali meningkat kedudukan dan derajatnya
maka bertambahlah kesombongan dan kecongkakan dirinya.

Ini semua adalah ujian dan cobaan dari Allah untuk menguji hamba-hamba-Nya.
Sehingga akan berbahagialah sebagian kelompok,
dan sebagian kelompok yang lain akan binasa.

Begitu pula halnya dengan kemuliaan-kemuliaan yang ada seperti :
kekuasaan,
pemerintahan,
dan harta benda.
Allah ta’ala menceritakan ucapan Sulaiman tatkala melihat singgasana Ratu Balqis sudah berada di sisinya :

هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ

“Ini adalah karunia dari Rabb-ku untuk menguji diriku.
Apakah aku bisa bersyukur ataukah justru kufur.” (QS. An Naml: 40).”

Kembali beliau memaparkan,
“Maka pada hakikatnya berbagai kenikmatan itu adalah cobaan dan ujian dari Allah
yang dengan hal itu akan tampak bukti syukur orang yang pandai berterima kasih dengan bukti kekufuran dari orang yang suka mengingkari nikmat.

Sebagaimana halnya berbagai bentuk musibah juga menjadi cobaan yang ditimpakan dari-Nya Yang Maha Suci.

Itu artinya Allah menguji dengan berbagai bentuk kenikmatan,
sebagaimana Allah juga menguji manusia dengan berbagai musibah yang menimpanya.

Allah ta’ala berfirman :
“Adapun manusia,
apabila Rabbnya mengujinya dengan memuliakan kedudukannya dan mencurahkan nikmat (dunia) kepadanya
maka dia pun mengatakan :
‘Rabbku telah memuliakan diriku.’
Dan apabila Rabbnya mengujinya dengan menyempitkan rezkinya
ia pun berkata :
‘Rabbku telah menghinakan aku.’
Sekali-kali bukanlah demikian…” (QS. Al Fajr : 15-17)

Artinya
TIDAKLAH setiap orang yang Aku lapangkan (rezekinya)
dan Aku muliakan kedudukan (dunia)-nya
serta Kucurahkan nikmat (duniawi) kepadanya
adalah pasti orang yang Aku muliakan di sisi-Ku.

Dan
TIDAKLAH setiap orang yang Aku sempitkan rezkinya
dan Aku timpakan musibah kepadanya itu
berarti Aku menghinakan dirinya.”
(Al Fawa’id, hal. 149)

Semoga bermanfaat.
إِنْ شَاءَ اللّٰهُ

#UstadzAriWahyudiحفظه الله تعالى

▫️▫️▫️▫️▫️▫️

Hanya kepada Allahlah tempat meminta hidayah dan taufiiq.

Raih amal shalih dengan menyebarkan kiriman ini, semoga bermanfaat.
Jazakumullahu khoiron.

dikutip dari grup wa 04 mushola an nur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar