Sabtu, 29 Mei 2021

EMPAT SIFAT TERPUJI NABI IBRAHIM ALAIHISSALAM*

 *

*Ibrahim 'alaihissalam banyak mendapatkan keistimewaan dari Allah. Namanya harum abadi dalam pujian al-Quran. Allah juga menyebut beliau sebagai qudwah atau teladan bagi segenap ummat Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam, dalam firman-Nya*:


قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌۭ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ 


_"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia..."_ [QS. Al-Mumtahanah: 4] 


Bersama baginda Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam, Ibrahim 'alaihissalaam meraih predikat khaliilurrahmaan, Kekasih Allah Yang Maha Penyayang. 


Derajat yang tinggi di sisi Allah itu, beliau raih karena terkumpulnya sifat-sifat agung pada diri beliau. Al-Qur'an menyebutkannya dalam surah an-Nahl ayat yang ke-120, Allah berfirman:


إِنَّ إِبْرَٰهِيمَ كَانَ أُمَّةًۭ قَانِتًۭا لِّلَّهِ حَنِيفًۭا وَلَمْ يَكُ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ 


_"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),"._ [Surat An-Nahl: 120]


Ayat yang mulia ini menyebutkan 4 sifat agung yang ada pada diri IBrahim 'alaihissalaam: 


Pertama: Ibrahim 'alaihissalam adalah seorang "ummah", yaitu seorang pemimpin yang menjadi teladan sekaligus guru yang mengajarkan kebaikan. 


Kedua: Ibrahim 'alaihissalaam memiliki sifat "qaanitan lillaah", yang senantiasa berada di atas ketaatan dan ketundukan pada Allah. 


Ketiga: Ibrahim 'alaihissalam disebutkan bersifat "haniif", yang berpaling secara total dari kesyirikan, menghadap sepenuhnya kepada Allah, tidak kepada selain-Nya.. 


Keempat: Ibrahim 'alaihissalam disifatkan "lam yaku minal musyrikiin", dia secara total memisahkan diri dari kesyirikan, dia mengingkari kesyirikan orang-orang musyrik dengan jiwanya, dengan lisannya, dan dengan raganya. 


Keempat sifat tersebut, merupakan inti ajaran tauhid yang wajib kita wujudkan pada diri kita. Karena Allah memerintahkan kita untuk menjadikan beliau sebagai qudwah (teladan). 

 

*** 

Referensi: 

al-Mulakh-khash fii Syarhi Kitab at-Tauhid (hal. 34-35), Syaikh Dr. Shalih Fauzan al-Fauzan. 

 

✍ Abu Ziyan Jo Saputra Halim

 

Page: fb.com/kristaliman 

Channel Telegram: *kristaliman*



Reshare : #bassfm

https://bassfm.id

https://instagram.com/bassfm

https://facebook.com/bassfmid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar