1️⃣ Keutamaan Puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan puasa 6 hari di bulan Syawwal. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)
2️⃣ Keutamaan puasa setahun diperoleh disebabkan pahala kebaikan yang dilakukan seorang muslim akan dilipatgandakan oleh Allah Ta’ala menjadi sepuluh kali lipat. Allah Ta'ala berfirman:
مَن جَآءَ بِٱلۡحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشۡرُ أَمۡثَالِهَاۖ وَمَن جَآءَ بِٱلسَّيِّئَةِ فَلَا يُجۡزَىٰٓ إِلَّا مِثۡلَهَا وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ
"Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi)" (QS. Al An'am: 160)
3️⃣ Bagi Mereka yang punya hutang puasa di bulan Ramadhan, apakah harus mengqadha' (membayar hutang) puasa dia terlebih dahulu?
Dalam hal ini ada khilaaf (perbedaan pendapat) di tengah 'ulama', namun pendapat yang insyaAllah Ta'ala lebih kuat adalah bolehnya mendahulukan puasa 6 hari di Bulan Syawwal, meskipun lebih utama meng qadha' puasa Romadhon terlebih dahulu. Dengan dalil-dalil sebagai berikut:
a. Allah Ta'ala memberikan kemudahan dan kelancaran dalam mengqadha' puasa Ramadhan. Allah berfirman:
{فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ} [البقرة:185]
"Maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya" (QS. Al Baqarah: 185)
b. Pendapat yang mengharuskan mendahulukan qadha' Ramadhan tidak ditunjang dengan dalil naqli yang jelas, hanya berpedoman pada aqli saja.
c. Pengamalan sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi Wasallam bahwa sebagian mereka mengakhiri qadha' puasa tanpa pengingkaran dari Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi Wasallam. Aisyah Radhiallahu'anha berkata:
كان يكون عليّ الصّوم من رمضان، فما أستطيع أن أقضيه إلاّ في شعبان ، لمكان النّبيّ صلى الله عليه وسلم
Aku pernah punya tanggungan puasa beberapa hari di bulan Ramadhan, dan aku belum bisa mengqadha’nya melainkan di bulan Sya’ban, demi kedudukan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
❔Apakah kemudian perkataan Aisyah Radhiallahu'anha di atas menunjukkan bahwa beliau tidak berpuasa Syawwal? Tentu ini butuh dalil yang menjelaskannya.
d. Kaidah asal dalam bab ini yang telah dijelaskan 'ulama' adalah bolehnya mendahulukan amal ibadah yang waktunya sempit daripada ibadah yang waktunya luas (المضيع مقدم من الموسع). Sehingga boleh mendahulukan puasa 6 hari di bulan Syawwal bagi mereka yang belum diberikan kelonggaran untuk mendahulukan qadha'.
e. Dalil akal, bahwa tidak dikatakan mereka yang memiliki hutang puasa Ramadhan berarti ia tidak berpuasa Ramadhan sama sekali, bahkan tetap dikatakan ia telah berpuasa di bulan Ramadhan.
4️⃣ Tidak disyaratkan berpuasa 6 hari di bulan Syawwal harus berurutan, sehingga boleh dilakukan di hari-hari yang disunnahkan berpuasa sunnah di dalamnya, seperti puasa hari Senin dan Kamis dan puasa Ayyamul Biidh (tanggal 13,14, dan 15 bulan Syawwal) dengan dua niat atau lebih yang dibarengkan sehingga mendapatkan pahala yang berlipat dengan volume amalan yang lebih sedikit. Disebutkan oleh 'ulama': Apabila berkumpul beberapa ibadah yang sejenis dalam satu waktu yang sama maka boleh memperbanyak niat dalam melaksanakannya (إذا اجتمعت العبادات من جنس واحد في وقت واحد جاز تعدد النيات).
❔Apakah dibolehkan menggabungkan niat puasa qadha' dan puasa sunnah lain?
Jawabnya, Tidak boleh karena meskipun sifat puasanya sama namun jenis ibadahnya berbeda, yaitu wajib dan sunnah sehingga tidak dibenarkan menggabungkan niat antara keduanya.
Sebagaimana tidak dibenarkan menggabungkan niat atas dua amalan wajib yang sejenis, seperti puasa qadha' dan puasa nadzar karena amalan wajib harus ditunaikan secara sendiri dan tidak saling menggugurkan dan terwakilkan. Wallahu a'lam
5️⃣ Berpuasa 6 hari di bulan Syawwal yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam adalah untuk menyempurnakan pahala dari ibadah Puasa di bulan Ramadhan dan untuk menyempurnakan kekurangansempurnaan dalam pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan, sebagaimana keutamaan melaksanakan sholat sunnah Rawatib.
6️⃣ Puasa 6 hari di bulan Syawwal adalah usaha untuk meraih keistiqomahan dalam melakukan amal ketaatan. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang berkelanjutan walaupun itu sedikit.” (HR. Muslim)
7️⃣ Dimudahkannya seseorang berpuasa 6 jari di bulan Syawwal adalah di antara tanda diterimanya amal ketaatan seseorang di bulan Ramadhan, Sebagian ulama salaf mengatakan:
مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا
“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.” lihat keterangan Ibnu Katsir dalam Tafsir Al Qur’an Al 'Azhim QS. Al Lail: 7.
Mudah-mudahan bermanfaat wa Baarakallahu fiikum.
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Ikmal Fahad Dawud, M.P.I.
Di kota Mangga, Indramayu, Jawa Barat, tanggal 02 Syawwal 1442 H, 08:51 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar