*MUHASABAH*
*
Saudaraku,
ِAllah Azza wa Jalla berfirman:
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ﴿٥﴾وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ﴿٦﴾فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ﴿٧﴾وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ﴿٨﴾وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ﴿٩﴾فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَىٰ
"Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar."
(QS. Al-Lail: 5-10)
Allah Azza wa Jalla menjelaskan bahwa aktifitas yang dilakukan manusia itu bermacam-macam, ada yang baik dan ada yang buruk. Yang baik akan berbuah kebahagian dunia dan akhirat, sebaliknya yang buruk akan menyeret pelakunya ke lembah penderitaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla berfirman:
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ
“Adapun orang yang memberikan” segala yang diperintahkan oleh Allah Azza wa Jalla baik berupa ibadah harta, seperti zakat, kafarat, nafkah, sedekah, infak dalam kebaikan; atau ibadah badan, seperti shalat, puasa dan sejenisnya; ataupun perpaduan antara ibadah badan dan harta, seperti; haji dan umrah. “Dan bertakwa” maksudnya menjauhkan diri dari perbuatan yang dilarang Allah.
وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ
"Dan membenarkan adanya ganjaran yang terbaik (al-husna)”, maksudnya, mengimani kandungan ‘la ilaha illallah’ dan segala keyakinan agama yang berhubungan dengannya serta beriman dengan konsekuensinya berupa ganjaran berlipat ganda di akhirat yang telah dijanjikan oleh Allah Azza wa Jalla. Untuk orang seperti ini, Allah Azza wa Jalla berfirman,
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ
Maka Kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”. Maksudnya, Allah Azza wa Jalla akan mempermudah orang tersebut untuk senantiasa melakukan kebaikan dan meninggalkan perbuatan buruk. Ini adalah “buah” usaha-usaha yang telah ia lakukan.
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ﴿٨﴾وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ
“Dan adapun orang-orang yang bakhil” dengan tidak mengeluarkan infak yang wajib yaitu zakat, apalagi infak sunat serta tidak menunaikan berbagai ibadah yang menjadi kewajibannya. “Dan merasa dirinya cukup” sehingga enggan beribadah kepada Allah Azza wa Jalla; tidak merasa butuh dengan Allah Azza wa Jalla; “Serta mendustakan pahala terbaik” maksudnya, dia tidak beriman terhadap apa yang Allah Azza wa Jalla wajibkan kepada para hamba-Nya untuk diimani. Untuk orang seperti ini, Allah Azza wa Jalla berfirman:
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَىٰ
“Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar”, maksudnya, dia akan dipermudah untuk terus melakukan perbuatan buruk dan meninggalkan perbuatan baik, yang pada akhirnya akan menyeretnya ke neraka.
Saudaraku,
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa apabila seseorang senantiasa melakukan amal shaleh maka Allah Azza wa Jalla akan memberikan kemudahan kepadanya untuk terus beramal shaleh. Sebaliknya, apabila seseorang terbiasa melakukan suatu yang buruk, maka Allah Azza wa Jalla akan mempermudah jalannya melakukan keburukan. Di dalam Al-Qur’an kita akan mendapatkan banyak sekali ayat-ayat seperti ini, di antaranya adalah sebagai berikut:
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ ۚ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
"Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah Azza wa Jalla memalingkan hati mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik."
(QS. Ash-Shaff:5)
وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي
طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
"Dan Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (al-Qur’an) pada permulaannya, dan kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat."
(QS. Al-An’am: 110)
Saudaraku,
Allah Azza wa Jalla sudah mentakdirkan segala sesuatu. Lalu untuk apa kita beramal? Pertanyaan itu pernah ditanyakan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawabannya, sebagaimana pada hadits:
عَنْ عَلِيٍّ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ-… قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ أَفَلاَ نَتَّكِلُ عَلَى كِتَابِنَا وَنَدَعُ الْعَمَلَ ؟ قَالَ:(اعْمَلُوا, فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ, أَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ, وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاءِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ ثُمَّ قَرَأَ {فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى} الآيَةَ
"Dari ‘Ali Radhiyallahu anhu. Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Ya Rasulullah! Apakah kita pasrah saja dengan apa yang dituliskan untuk kita dan kita tidak beramal?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Hendaklah kalian beramal ! Setiap orang akan dimudahkan sesuai dengan tujuan dia diciptakan. Barangsiapa yang tergolong orang-orang yang berbahagia maka ia akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang yang berbahagia tersebut. Barangsiapa yang yang tergolong orang-orang yang sengsara maka ia akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang yang sengsara itu.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah Azza wa Jalla (yang artinya) Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.
(QS. Al-Lail: 5-7)
Saudaraku,
Dalam ayat-ayat di atas terdapat penegasan sunnatullah yaitu pemberian dari taufiq Allah Azza wa Jalla kepada seorang hamba tergantung pada kesukaan, pilihan, usaha yang dilakukan seorang hamba, antusiasmenya serta usahanya untuk mengendalikan hawa nafsunya dalam menggapai taufiq itu sendiri. Jika sebaliknya, maka hasil yang diprolehnya sejalan dengan usaha dan pilihannya...
Kendatipun kita mengetahui bahwa Allah Azza wa Jalla telah menetapkan takdir setiap insan, sampai-sampai Allah Azza wa Jalla menakdirkan apakah nanti dia akan masuk surga atau neraka, kita tetap diperintahkan untuk beramal dan berusaha...
Saudaraku,
Orang-orang yang senantiasa beriman dan beramal shaleh serta menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat harus bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla, karena ini merupakan ciri kebaikan untuknya. Meskipun demikian, dia tidak boleh merasa aman dari ancaman neraka, karena amalan seseorang itu tergantung dengan bagaimana akhir hayatnya nanti...
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa beriman dan beramal shaleh, mengendalikan hawa nafsu untuk meraih ridha-Nya...
Aamiin Ya Rabb.
_Wallahua'lam bishawab_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar