🍁 Kalam Mutiara 🍁
Kemuliaan manusia bukanlah dilihat dari apa yang dimilikinya di dunia,
tapi apa yang sudah dipersiapkannya untuk bekal di akhirat kelak
🌹 Semoga bermanfaat
🍁 Kalam Mutiara 🍁
Kemuliaan manusia bukanlah dilihat dari apa yang dimilikinya di dunia,
tapi apa yang sudah dipersiapkannya untuk bekal di akhirat kelak
🌹 Semoga bermanfaat
1. Berdoa Sesudah Wudhu
Dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُسْبِغُ الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ
“Tidaklah salah seorang di antara kalian berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, kemudian mengucapkan, ‘Asyhadu an laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu’
[Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.]
kecuali Allah akan bukakan untuknya delapan pintu surga yang bisa dia masuki dari pintu-pintu mana saja.”
[HR Muslim]
Dalam riwayat lain disebutkan dg tambahan doa "Allahummaj'alni minat tawwabina waj'alni minal mutatohhirin waj'alni min ibadikassholihin"
2) Menjawab Adzan dan Membaca Do'a Setelah
Adzan.
Dari Jabir bin 'Abdillah, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang mendengarkan adzan kemudian dia membaca do'a:
"Allahumma rabba hadzihid da'watittammah washshalatil qaa'imah, ati sayyidana muhammadanil wasilata wal fadhilah wab'ats-hu maqamam mahmudanilladzi wa'adtahu innaka la tuhkhliful mi'ad"
(Ya Allah, Rabb pemilik panggilan yang sempurna dan shalat wajib yang ditegakkan,
berikanlah kepada junjungan kami Nabi Muhammad wasilah dan fadhilah. Bangkitkanlah beliau ke tempat terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya. Sesungguhnya Engkau tidaklah mengingkari janji)
maka dia berhak mendapat syafaatku pada hari kiamat."
[Shahiih: HR. Bukhari]
3) Berdzikir Setelah Subuh Sampai Matahari
Terbit
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian tetap duduk di masjid sampai terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat (shalat sunnah Syuruq) maka dia mendapat pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna."
[Hasan: HR. At-Tirmidzi ]
4) Membaca Doa Ketika Bangun Tidur
Dari Ubadah bin Shaamit, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang terbangun dari tidur kemudian dia membaca:
لااله الاالله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير...سبحان الله والحمد لله ولااله الا الله والله اكبر ولا حول ولا قوة الا بالله العلي العظيم...واغفرلى
"laa ilaha illallahu wahdahu laa syarikalah lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai'in qadiir...subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar wa laa haula wa laa quwwata illa billahil aliyyil adzim...waghfirli"
Maka orang tersebut mendapatkan 3 keuntungan : dosa2nya diampuni, ibadahnya diterima, dan doa2 nya mustajab (dikabulkan)"
[HR. Al-Bukhari & Abu Dawud]
5) Membaca Doa Ketika Masuk Pasar Atau Tempat Keramaian.
Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang masuk pasar kemudian dia membaca:
لااله الاالله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد يحيي ويميت وهو حي لا يموت بيده الخير وهو على كل شيء قدير
ثلاث مرات
"laa ilaha illallah wahdahu laa syarikalah lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yumiitu wa huwa hayyun laa yamuutu, biyadihil khair wa huwa 'ala kulli syai'in qadiir" 3 kali maka Allah catat untuknya satu juta kebaikan, Allah hapuskan satu juta kesalahan, dan Allah angkat untuknya satu juta derajat."
[Hasan: HR. At-Tirmidzi, Al-Hakim]
6) Membaca Sholawat Anzil
Dikutip dari Kitab Nashaihud Diniyyah Karya Al Habib Abdullah Bin Alawi Al Haddad, Sohiburrotib :Nabi SAW bersabda “Barangsiapa mengucapkan;
اللهم صلى على سيدنا محمد وانزله المقعد المقرب عندك يوم القيامة
"Allahumma Shalli ‘Alaa Sayyidina Muhammad Wa Anzilhu al-Maq’adal Muqarrab ‘indaka Yaumal Qiyaamah"
(Ya Allah bershalawatlah untuk Sayyidina Muhammad dan tempatkan dia di tempat yang dekat di sisi Mu pada hari kiamat),
maka Wajiblah ia mendapat syafa’atku”.
Sholawat tsb juga termaktub dalam kitab Dalail Khoirot.
7) Membaca Sholawat Jaza'
Dari kitab : Aqdu Jawahir Al Bahiyyah Fi As Shalaati 'alaa Khair Al Bariyyah, halaman; 30, Lis Syaikh Al Allaamah Al Imam Abil Hasan Al Bakri As Syafi'i Al Misri, disebutkan
بسم الله الرحمن الرحيم
عن ابن عباس رضي اللَّه عنهما قال، قال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلّم : « من قال ←جَزَى اللّٰهُ عَنَّا مُحَمّدًا مَا هُوَ أَهْلُه أَتْعَبَ سَبْعِيْنَ كَاتِبًا أَلْفَ صَبَاحٍ→» رواه الطّبراني.
•←إعلم أنّ هذا الحديث معناه : أنّ السّبعين يكتبون له الثّواب ألف يوم
•←ومعنى إتعابهم : كثرة كتابتهم في هذه المدّة
•← وعُبِّرَ عن اليوم بالصّباح لأنّ الصّباح لازم لليوم . والله أعلم
(كتاب : عقد جواهر البهيّة في الصّلاة على خير البريّة للشيّخ العلاّمة الإمام أبي الحسن البكري الشافعي المصري ؛ ص: ٣٠)
Diriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallaahu Ta'ala Anhuma berkata; Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Barangsiapa yang membaca →Jazallaahu 'anna sayyidana Muhammadan shallallahu alaihi wa sallam maa huwa ahluh←, maka sesungguhnya dia telah membuat capek 70 malaikat selama 1000 hari".
Ketahuilah bahwa sesungguhnya makna dari hadits ini adalah :"Sesungguhnya 70 malaikat mencatat pahala amal kebaikannya selama 1000 hari
8) Membaca Dzikrul Jalaalah 4 Kali
Dinukil dari kitab Minhatul ilah,
As-Sayyid Al-Imam Alwi bin Abbas Al-Maliki memberikan faedah dengan sanad yang bersambung kepada Al-Quthb Abil hasan As-Syadzili dari Nabi shollallahu alaihi wa sallam
أفاده السيد الإمام علوي بن عباس المالكي بسنده إلى الشيخ القطب أبى الحسن الشاذلي عن النبي صلى الله عليه وسلم. اھ منقولا من ( منحة الإله )
فائدة : يؤتى بهذ الذكر أربع مرات بعد كل صلاة مكتوبة : لا إله إلا الله، محمد رسول الله، في كل لمحة ونفس عدد ما وسعه علم الله.
وهو بإثنين وسبعين ألف تهليلة؛ لأن أنفاس إبن آدم كل يوم أربعة وعشرون ألف نفس، ولمحاته ثمانية وأربعون ألف لمحة، فجملته ما ذكر.
Barangsiapa membaca tahlil ini
لَا إلَهَ إِلَّا اللَّهُ، مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللَّهِ، فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَ نَفَسٍ عَدَدَ مَا وَسِعَهُ عِلْمُ اللَّهِ.
4 kali maka itu sebanding dengan membaca 72.000 tahlil.
(karena seluruh nafas setiap manusia dalam sehari 24.000 kali nafas dan kedipan manusia dalam sehari 48.000 kali berkedip, maka jumlahnya seperti yang disebutkan tadi.
Faedah : dibaca dzikir ini 4 kali setiap setelah sholat 5 waktu. Dan apabila dibaca lalu pahalanya dihadiahkan untuk si mayit maka telah cukup menjadi tebusan dari api neraka
9) Membaca Istighfar Untuk Mukminin
Mukminat
Di dalam kitab al Minahus Saniyah karangan Syekh Abdul Wahab As Sya'roni disebutkan sebuah hadits,
bahwa Nabi berkata kepada Sayyidina Ali,
"Wahai Ali barang siapa yang mengucapkan "Astaghfirullahal adzim li waliwalidayya wa li jami'il muslimina wal muslimati wal mukminina wal mukminati al ahya'i minhum wal amwat sehari semalam 25 kali (dalam riwayat lain 27 kali) maka Allah mencatat orang tersebut termasuk golongan waliNya..."
Dalam kitab Khulashoh Madad Nabawi, Habib Umar memberikan redaksi yg lebih singkat,
استغفرالله العظيم للمؤمنين والمؤمنات ٢٧ x
Dalam hadist riwayat Imam Thabrani disebutkan,
"Barang siapa (berdo'a) memintakan ampun untuk orang-orang beriman laki-laki maupun, maka Allah tuliskan baginya (pahala) kebaikan atas setiap laki-laki dan perempuan beriman (mendapat pahala sebanyak seluruh mukminin dan mukminat yg masih hidup maupun yg telah wafat).
10) Membaca Istighfar Ketika Berbuka
Dalam kitab Kanzun Najah was Surur, Sayyid Al Wana'i rahimahullah berkata, "Dari Anas bin Malik ra beliau dapat dari Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah seorang muslim yang sedang berpuasa kemudian ketika berbuka dia membaca
يَا عَظِيْمُ يَا عَظِيْمُ أَنْتَ إِلَهِيْ لَا إِلَهَ غَيْرُكَ اِغْفِرِلى الذَّنْبَ العَظِيْمَ فَاِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذَّنْبَ العَظِيْمَ إِلَّا العَظِيْمُ
Ya Adzim ya Adzim anta ilahi la ilaha ghoiruk ighfir li dzanbal adzim fa innahu la yaghfiru dzanbal adzim illal adzim
Kecuali ia telah keluar dari semua dosanya seperti baru dilahirkan ibunya.
Rasulullah saw bersabda, "Ajarkanlah doa ini kepada orang setelah kalian, sesungguhnya kalimat ini sangat dicintai Allah dan Rasulnya, kalimat yang akan memperbaiki keadaan dunia dan akhirat kalian.
Alahumma sholli ala Sayyidina Muhammad wa alihi wa sohbihi wa sallim
Wallahu a'lam..
*📝
*♦️Bagi para istri yang menginginkan cinta dan kasih sayang suaminya terhadap dirinya tetap langgeng dan bahkan semakin kuat hendaknya dia melakukan kiat-kiat berikut ini:*
*1⃣ Taat dan ridha terhadap suami selama tidak dalam kemaksiatan*
*👆Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:*
```إِذَا صَلَّتِ اْلمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَصُنَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ```
*“Apabila seorang perempuan melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat terhadap suaminya maka (di akhirat) dikatakan kepadanya “masuklah ke dalam surga melalui pintu yang kamu kehendaki” HR Ahmad*
*2⃣ Menghormati dan mengakui keutamaan dan kebaikan suami.*
*👆Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:*
```لَوْكُنْتُ ءَامِرَ أَحَدٍ أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ اْلَمرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا```
*“Apabila aku boleh memerintahkan seseorang untuk bersujud (untuk menghormati) kepada seseorang maka aku perintahkan seorang perempuan untuk bersujud kepada suaminya”. HR Ahmad dan Ibnu Majah*
*👆Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:*
```فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ فَقَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ جَزْلَةٌ وَمَا لَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ```
*"Sesungguhnya aku melihat kaum wanitalah yang paling banyak menjadi penghuni Neraka." Seorang wanita yang pintar di antara mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, kenapa kaum wanita yang paling banyak menjadi penghuni Neraka?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. bersabda:* *"Kalian banyak melaknat dan mengingkari (pemberian nikmat dari) suami" HR Muslim*
*3⃣ Bergaul dengan suami dengan pergaulan yang baik ketika suami keluar rumah*
*👍Di pagi hari hendaknya seorang istri bangun tidur lebih dulu dari suami sebagai bentuk perhatian istri terhadap suami dan untuk mempersiapkan makan pagi dan pakaian kerjanya.*
*👍Ketika suami keluar rumah lepaslah kepergiannya dengan baik dengan senyuman dan do’a, semoga ia selamat di perjalanan dan mendapatkan rizki yang halal dan baik ketika suami pulang ke rumah*
*👍Sesaat sebelum suami datang si istri hendaknya bersiap-siap untuk menyambut kedatangannya dengan sambutan yang baik dan hangat.*
*👍Setelah suami datang, istri hendaknya menyambut kedatangannya dengan senyuman dan penuh kegembiraan dan jangan lupa memuji Allah atas keselamatannya.*
*👆Meskipun misalnya suami datang dengan tidak membawa sesuatu yang ia harapkan.*
*👍Dalam hal ini, hendaknya istri mengenakan pakaian yang bersih nan indah.*
*👍Ketika suami telah duduk di rumah istri hendaknya duduk di depan suami dengan penuh penghormatan dan mempersiapkan pakaian rumah suami.*
*👍 Janganlah sekali-kali istri menyambut kedatangan suami dengan muka muram dan susah, meski ia kecapekan, karena kesibukan di rumah dan mengurus anak-anak.*
*👍Dan apabila suami terkena musibah maka istri hendaknya meringankan bebannya*
*4⃣ Memperhatikan makan suami*
*👆Istri hendaknya tidak lupa memperhatikan makan suami, mengingat hal itu bisa menarik simpati dan perhatian, cinta dan kasih sayang suami.*
*👆Istri hendaknya selalu berusaha agar suaminya tidak tidur dalam keadaan lapar dan marah karena perbuatannya.*
*👆Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a:*
```اللَّهُمَّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُوْعِ فَإِنَّهُ بِئْسَ الضَّجِيْجِ```
*“Ya allah aku berlindung kepadamu dari lapar yang membinasakan. Karena itu adalah sejelek-jelek keadaan”.*
*👆Istri hendaknya mendampingi suami di meja makan dalam keadaan cantik dan muka yang ceria serta senyuman yang manis.*
*👆Istri hendaknya mempersiapkan makanan yang enak dan lezat yang menjadi kesukaan suami.*
*5⃣Memperhatikan istirahat suami*
*👆Istri hendaknya menjaga ketenangan istirahat dan tidur suami dan jangan sampai ia ribut dengan bersuara keras atau lainnya yang bisa mengganggu istirahat suami.*
*6⃣ Mencari ridha suami dan tidak cemburu buta*
*👆Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:*
```أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا رَاضٍ عَنْهَا دَخَلَتِ اْلجَنَّةَ```
*“Apabila seorang perempuan mati dan suaminya dalam keadaan ridha kepadanya maka ia masuk surga”*
*👆Abu Darda’ memberi nasehat kepada istrinya:*
```خُذِ اْلعَفْوَ مِنِّي تَسْتَدِيْمِيْ مَوَدَّتِيْ. وَلَا تَنْطِيقِي فِي سُوْرَتِي حِيْنَ أَغْضَبُ```
*“Mintalah maaf kepadaku maka kamu akan selalu mendapatkan kasih sayangku.*
*Dan janganlah kamu berbicara ketika aku sedang marah”*
*👆Agar si istri mendapat ridha suami hendaklah ia memperbanyak sabar dan tidak banyak mengeluh terhadap perkataan dan tindakan suami terlebih lagi di depan orang lain, karena itu bisa menhancurkan hatinya dan menghilangkan cinta dan kasih sayangnya pada si istri itu sendiri*
*👆Apabila ada perbedaan atau permusuhan dengan suami hendaknya istri segera menghilangkannya.*
*👆Dan hendaknya istri tidak cemburu buta terhadap suaminya.*
*👆Salah seorang ulama berkata kepada anak perempuannya:*
```إِيَّاكَ وَاْلغيْرَةَ فَإِنَّهَا مِفْتَاحُ الطَّلَاقِ```
*“Jauhilah cemburu buta karena itu adalah pintu talak (perceraian)"*
*7⃣ Memperhatikan pakaian, perhiasan diri si istri sendiri*
*👆Rasulullah suatu ketika ditanya tentang perempuan yang paling baik, kemudian beliau menjawab:*
```الّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيْعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَلَا مَاِلهَا بِمَا يَكْرَهُ```
*“Perempuan yang menyenangkan suami jika suami melihatnya, mentaati suami jika suami memerintahkannya, dan tidak melakukan sesuatu yang tidak disukai suami baik dalam hal perbuatan maupun dalam membelanjakan harta yang ia miliki”.*
*👆Istri hendaknya memenuhi penglihatan suami dengan keindahan pakaian dan perhiasannya dan kebersihan rumahnya, istri memakai pakaian yang paling disukai suami dan memakai wangi-wangian yang bisa menyenangkan dan mendekatkan suami.*
*8⃣ Setia di samping suami ketika dalam keadaaan kesulitan keuangan dan ditimpa musibah*
*👆Istri hendaknya bersegera untuk menolong dan berusaha menghilangkan kesusahan suami jika suami dalam keadaan kesulitan keuangan dan tertimpa musibah.*
*👆 Istri hendaknya menjadi air segar dikala suami dalam keadaan susah dan menjadi balsam untuk meringankan dan mengobati kesusahan dan penderitaan suami.*
*والله أعلم بالصواب*
*#رابطةالمبلغين النهضية كديري*
*📝
*✅ Suami adalah pemimpin bagi istri, Allah ta’ala berfirman:*
```الرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ```
*“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka” (Q.S an Nisa: 34)*
*👆Sebagai pemimpin dalam rumah tangga seorang suami mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap istrinya, yaitu:*
*1⃣ Menyiapkan nafkah, tempat tinggal dan pakaian.*
*👆Adapun nafkah yang wajib diberikan oleh suami kepada istrinya adalah:*
*1) Makanan pokok setiap hari*
*- 2 mud bagi suami yang kaya*
*- 1 mud bagi suami yang miskin*
*- 1 mud setengah bagi suami yang setengah kaya*
*👆Makanan tersebut diberikan dalam keadaan siap dimakan*
*2) Pakaian secukupnya*
*3) Alat-alat kebersihan*
*4) Rumah yang meliputi dapur, kamar kecil, satu kamar, kasur, selimut serta bantal*
*5) Lampu penerangan secukupnya*
*2⃣ Tidak dhalim atau memukul istri tanpa hak*
*3⃣ Mengajar istri ilmu agama yang pokok (ilmu agama yang wajib dipelajari oleh setiap muslim, seperti pokok-pokok akidah, thaharah, shalat, puasa, kewajiban hati dan kemaksiatan anggota badan)*
*👆 Atau mempercayakannya kepada orang lain, apabila ia tidak bisa melakukan hal itu maka ia harus mengizinkan istri untuk pergi menuntut ilmu agama.*
*4⃣ Menyuruh istri untuk melakukan hal-hal yang baik seperti shalat, puasa Ramadhan dan menutup aurat dari laki-laki yang bukan mahram.*
*5⃣ Berakhlak mulia dan tawadhu’ dalam bergaul dengan istri.*
*❤️ Salah satu tujuan pernikahan adalah untuk membentuk keluarga yang mawaddah warahmah (penuh cinta dan kasih sayang) dan sakinah (penuh dengan kedamaian dan ketenangan).*
*👆Allah ta’ala berfirman:*
```وَمِنۡ ءَایَـٰتِهِۦۤ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَ ٰجࣰا لِّتَسۡكُنُوۤا۟ إِلَیۡهَا وَجَعَلَ بَیۡنَكُم مَّوَدَّةࣰ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِی ذَ ٰلِكَ لَـَٔایَـٰتࣲ لِّقَوۡمࣲ یَتَفَكَّرُونَ```
*“Dan di antara tanda-tanda kebesaran Allah, ketika Allah menjadikan untuk kalian dari diri kalian istri-istri sehingga kalian mendapatkan ketenangan padanya. Dan Allah menjadikan di antara kalian cinta dan kasih sayang di antara kalian. Sungguh di situ terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kalian yang berfikir”.*
*👆Untuk meraih tujuan tersebut, maka dalam bergaul dengan istrinya seorang suami harus mengedepankan akhlak mulia dan tawadhu' (rendah hati/ tidak sombong) terhadap sang istri.*
*👆 Allah ta’ala berfirman:*
```وَعَاشِرُوْهُنَّ بِاْلمَعْرُوْفِ```
*“Dan pergaulilah istri-istri kalian dengan baik”*
*👆Dalam ayat yang lain Allah ta’ala berfirman:*
```وَأَخَذْنَ مِنْكُمْ مِيْثَاقًا غَلِيْظًا```
*“Dan mereka telah mengambil perjanjian yang kuat dari kalian (akad nikah)”*
*👆Ayat ini diperkuat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah haditsnya, beliau bersabda:*
```فَاتَّقُوا اللهَ فِي النِّسَاءِ فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُهُنَّ بِأَمَانَةِ اللهِ```
*“Bertakwalah kalian pada Allah dalam bergaul dengan istri karena kalian mendapatkan mereka dengan amanat Allah”.*
*♦️Mengingat pentingnya berbuat baik pada seorang istri, sehingga Rasulullah menjadikannya sebagai pertanda kesempurnaan iman seseorang.*
*👆Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:*
```أَكْمَلُ اْلمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُهُمْ خِيَارُهُمْ لِنِسَائِهِمْ```
*“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan orang mukmin yang paling baik adalah yang paling baik pada istrinya”*
*👆Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:*
```خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ```
*“Sebaik-baik kalian adalah orang yang yang paling baik pergaulannya pada istrinya dan aku adalah orang yang paling baik pada istriku”.*
*👆Sayyidah Aisyah ketika ditanya tentang pekerjaan yang selalu dilakukan oleh Rasulullah di rumah beliau berkata: “Rasulullah membantu pekerjaan istrinya dan ketika tiba waktu shalat beliau keluar untuk mengerjakan shalat”.*
*والله أعلم بالصواب*
*#رابطةالمبلغين النهضية كديري*
Takabbur adalah keadaan jiwa seseorang yang merasa lebih tinggi daripada orang lain.
Berbeda dengan Ujub yang merupakan kekaguman pada diri, sifat takabbur adalah buah dari ujub.
Selain menggagumi diri, pada sifat takabbur terkandung perasaan akan keunggulan diri dan orang lain tidak punya kemampuan untuk menyetarainya sehingga timbul keangkuhan.
Semua penyebab takabbur berhulu pada ilusi akan adanya kesempurnaan di dalam dirinya sehingga menhijabi dirinya dari mengenali kelebihan orang lain.
Takabbur dapat ditemui pada ahli ma'rifat yang menganggap dirinya dipenuhi ma'rifat dan penyaksian dan mempertunjukkan superioritasnya atas ahli fiqh, filsafat, hikmah, atau ahli hadits dan memandangnya sebagai orang2 dangkal.
Di kalangan Ahli Hikmah terdapat pula orang2 yang menganggap dirinya memiliki bukti rasional akan segala eksistensi, tapi ia memandang ilmu lain tak bernilai dan hamba2 Allah yang lain kurang paham. Maka timbullah kecongkakan di dalam hati mereka.
Di kalangan Ahli Tasawuf sifat takabbur muncul dalam bentuk perendahan terhadap ilmu.
Mereka memandang rendah ilmu fiqh dan ilmu lainnya. Ilmu pengetahuan mereka anggap sebagai duri dalam perjalanan spiritual dan para ilmuwan mereka anggap sebagai syetan yang menyesatkan para musafir perjalanan spiritual.
Sifat takabbur pada ahli fiqih dan hadits berupa munculnya padangan bahwa dirinya patut menerima pujian dan penghargaan dan orang-orang harus patuh perintah mereka dengan buta.
Semoga Allah menghindarkan kita dari sifat takabbur ini.
*selamat membaca & beramal*
*MUHASABAH*
*
Saudaraku,
ِAllah Azza wa Jalla berfirman:
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ﴿٥﴾وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ﴿٦﴾فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ﴿٧﴾وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ﴿٨﴾وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ﴿٩﴾فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَىٰ
"Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar."
(QS. Al-Lail: 5-10)
Allah Azza wa Jalla menjelaskan bahwa aktifitas yang dilakukan manusia itu bermacam-macam, ada yang baik dan ada yang buruk. Yang baik akan berbuah kebahagian dunia dan akhirat, sebaliknya yang buruk akan menyeret pelakunya ke lembah penderitaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla berfirman:
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ
“Adapun orang yang memberikan” segala yang diperintahkan oleh Allah Azza wa Jalla baik berupa ibadah harta, seperti zakat, kafarat, nafkah, sedekah, infak dalam kebaikan; atau ibadah badan, seperti shalat, puasa dan sejenisnya; ataupun perpaduan antara ibadah badan dan harta, seperti; haji dan umrah. “Dan bertakwa” maksudnya menjauhkan diri dari perbuatan yang dilarang Allah.
وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ
"Dan membenarkan adanya ganjaran yang terbaik (al-husna)”, maksudnya, mengimani kandungan ‘la ilaha illallah’ dan segala keyakinan agama yang berhubungan dengannya serta beriman dengan konsekuensinya berupa ganjaran berlipat ganda di akhirat yang telah dijanjikan oleh Allah Azza wa Jalla. Untuk orang seperti ini, Allah Azza wa Jalla berfirman,
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ
Maka Kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”. Maksudnya, Allah Azza wa Jalla akan mempermudah orang tersebut untuk senantiasa melakukan kebaikan dan meninggalkan perbuatan buruk. Ini adalah “buah” usaha-usaha yang telah ia lakukan.
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ﴿٨﴾وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ
“Dan adapun orang-orang yang bakhil” dengan tidak mengeluarkan infak yang wajib yaitu zakat, apalagi infak sunat serta tidak menunaikan berbagai ibadah yang menjadi kewajibannya. “Dan merasa dirinya cukup” sehingga enggan beribadah kepada Allah Azza wa Jalla; tidak merasa butuh dengan Allah Azza wa Jalla; “Serta mendustakan pahala terbaik” maksudnya, dia tidak beriman terhadap apa yang Allah Azza wa Jalla wajibkan kepada para hamba-Nya untuk diimani. Untuk orang seperti ini, Allah Azza wa Jalla berfirman:
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَىٰ
“Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar”, maksudnya, dia akan dipermudah untuk terus melakukan perbuatan buruk dan meninggalkan perbuatan baik, yang pada akhirnya akan menyeretnya ke neraka.
Saudaraku,
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa apabila seseorang senantiasa melakukan amal shaleh maka Allah Azza wa Jalla akan memberikan kemudahan kepadanya untuk terus beramal shaleh. Sebaliknya, apabila seseorang terbiasa melakukan suatu yang buruk, maka Allah Azza wa Jalla akan mempermudah jalannya melakukan keburukan. Di dalam Al-Qur’an kita akan mendapatkan banyak sekali ayat-ayat seperti ini, di antaranya adalah sebagai berikut:
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ ۚ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
"Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah Azza wa Jalla memalingkan hati mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik."
(QS. Ash-Shaff:5)
وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي
طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
"Dan Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (al-Qur’an) pada permulaannya, dan kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat."
(QS. Al-An’am: 110)
Saudaraku,
Allah Azza wa Jalla sudah mentakdirkan segala sesuatu. Lalu untuk apa kita beramal? Pertanyaan itu pernah ditanyakan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawabannya, sebagaimana pada hadits:
عَنْ عَلِيٍّ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ-… قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ أَفَلاَ نَتَّكِلُ عَلَى كِتَابِنَا وَنَدَعُ الْعَمَلَ ؟ قَالَ:(اعْمَلُوا, فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ, أَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ, وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاءِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ ثُمَّ قَرَأَ {فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى} الآيَةَ
"Dari ‘Ali Radhiyallahu anhu. Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Ya Rasulullah! Apakah kita pasrah saja dengan apa yang dituliskan untuk kita dan kita tidak beramal?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Hendaklah kalian beramal ! Setiap orang akan dimudahkan sesuai dengan tujuan dia diciptakan. Barangsiapa yang tergolong orang-orang yang berbahagia maka ia akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang yang berbahagia tersebut. Barangsiapa yang yang tergolong orang-orang yang sengsara maka ia akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang yang sengsara itu.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah Azza wa Jalla (yang artinya) Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.
(QS. Al-Lail: 5-7)
Saudaraku,
Dalam ayat-ayat di atas terdapat penegasan sunnatullah yaitu pemberian dari taufiq Allah Azza wa Jalla kepada seorang hamba tergantung pada kesukaan, pilihan, usaha yang dilakukan seorang hamba, antusiasmenya serta usahanya untuk mengendalikan hawa nafsunya dalam menggapai taufiq itu sendiri. Jika sebaliknya, maka hasil yang diprolehnya sejalan dengan usaha dan pilihannya...
Kendatipun kita mengetahui bahwa Allah Azza wa Jalla telah menetapkan takdir setiap insan, sampai-sampai Allah Azza wa Jalla menakdirkan apakah nanti dia akan masuk surga atau neraka, kita tetap diperintahkan untuk beramal dan berusaha...
Saudaraku,
Orang-orang yang senantiasa beriman dan beramal shaleh serta menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat harus bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla, karena ini merupakan ciri kebaikan untuknya. Meskipun demikian, dia tidak boleh merasa aman dari ancaman neraka, karena amalan seseorang itu tergantung dengan bagaimana akhir hayatnya nanti...
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa beriman dan beramal shaleh, mengendalikan hawa nafsu untuk meraih ridha-Nya...
Aamiin Ya Rabb.
_Wallahua'lam bishawab_
*
*Ibrahim 'alaihissalam banyak mendapatkan keistimewaan dari Allah. Namanya harum abadi dalam pujian al-Quran. Allah juga menyebut beliau sebagai qudwah atau teladan bagi segenap ummat Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam, dalam firman-Nya*:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌۭ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ
_"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia..."_ [QS. Al-Mumtahanah: 4]
Bersama baginda Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam, Ibrahim 'alaihissalaam meraih predikat khaliilurrahmaan, Kekasih Allah Yang Maha Penyayang.
Derajat yang tinggi di sisi Allah itu, beliau raih karena terkumpulnya sifat-sifat agung pada diri beliau. Al-Qur'an menyebutkannya dalam surah an-Nahl ayat yang ke-120, Allah berfirman:
إِنَّ إِبْرَٰهِيمَ كَانَ أُمَّةًۭ قَانِتًۭا لِّلَّهِ حَنِيفًۭا وَلَمْ يَكُ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ
_"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),"._ [Surat An-Nahl: 120]
Ayat yang mulia ini menyebutkan 4 sifat agung yang ada pada diri IBrahim 'alaihissalaam:
Pertama: Ibrahim 'alaihissalam adalah seorang "ummah", yaitu seorang pemimpin yang menjadi teladan sekaligus guru yang mengajarkan kebaikan.
Kedua: Ibrahim 'alaihissalaam memiliki sifat "qaanitan lillaah", yang senantiasa berada di atas ketaatan dan ketundukan pada Allah.
Ketiga: Ibrahim 'alaihissalam disebutkan bersifat "haniif", yang berpaling secara total dari kesyirikan, menghadap sepenuhnya kepada Allah, tidak kepada selain-Nya..
Keempat: Ibrahim 'alaihissalam disifatkan "lam yaku minal musyrikiin", dia secara total memisahkan diri dari kesyirikan, dia mengingkari kesyirikan orang-orang musyrik dengan jiwanya, dengan lisannya, dan dengan raganya.
Keempat sifat tersebut, merupakan inti ajaran tauhid yang wajib kita wujudkan pada diri kita. Karena Allah memerintahkan kita untuk menjadikan beliau sebagai qudwah (teladan).
***
Referensi:
al-Mulakh-khash fii Syarhi Kitab at-Tauhid (hal. 34-35), Syaikh Dr. Shalih Fauzan al-Fauzan.
✍ Abu Ziyan Jo Saputra Halim
Page: fb.com/kristaliman
Channel Telegram: *kristaliman*
Reshare : #bassfm
https://bassfm.id
https://instagram.com/bassfm
https://facebook.com/bassfmid
🌿⛅🍃 *
Manusia setiap hari membuat dosa dan kesalahan, yang jika terus menumpuk akan merusak jiwanya.
Akan tetapi Allah Subhanahu wa ta'ala dengan kasih sayang-Nya, telah memberikan jalan bagi kita untuk memperbaiki diri kita di hadapan-Nya, dengan menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat kita.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberitahukan jalan untuk memperbaiki diri kita, yaitu di antaranya adalah 3 amalan dalam sabdanya :
"أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الْخَطَايَا، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟ " قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: "إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ"
"Maukah kalian aku beritahukan amalan yang dengannya akan menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat? Para sahabat menjawab : mau wahai Rasulullah. Beliau bersabda : menyempurnakan wudhu disaat yang sulit, banyak melangkah menuju masjid, dan menunggu sholat setelah sholat, itulah perjuangan."
[HR.Muslim]
Itulah 3 jalan untuk memperbaiki diri kita, menghapus dosa-dosa kita, mengangkat derajat kita di sisi Allah.
Pertama, berwudhu disaat yang berat, misalnya setiap kali hendak tidur atau waktu lainnya, dan bahkan setiap kali batal wudhu disunnahkan untuk memperbaharui wudhu kita.
Kedua, banyak melangkah menuju masjid, yaitu senantiasa menghadiri shalat berjamaah di masjid, khususnya bagi kaum pria.
Ketiga, menunggu sholat setelah sholat, misalnya setelah sholat Maghrib berjamaah tetap duduk berdzikir atau berdoa atau kajian ilmu sambil menunggu didirikannya sholat Isya.
Inilah 3 jalan yang memperbaiki keadaan diri kita. Mari kita tempuh 3 jalan tersebut dengan penuh kesungguhan, karena membutuhkan perjuangan berat melawan malas dan lemahnya jiwa.
Mudah-mudahan Allah memberikan taufiq-Nya kepada kita agar dapat mengamalkan ketiganya.. aamiin
Ditulis oleh Ustadz Askar Wardhana, Lc حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى . ✍
(Pengajar STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya)
Buka tautan ini untuk bergabung ke grup WhatsApp saya: https://chat.whatsapp.com/BZHs2Gky6F7HjJbENt1m6f
┏☾﷽☽• ⊰✿🌹✿⊱•━━━━┓
*_I LOVE TAREEM PECINTA AHLA SADAH_*
*_ﺑِﺴْــــــــــــــــــﻢِﺍﷲِﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِﺍﺍﺭَّﺣِﻴﻢ_*
*
```1. Pertama Kali Kafir Kepada Muhammad Sallalahu ‘Alaihi wa Sallam.(QS Al-Baqarah/2 : 41)
2. Suka Memutarbalikkan Kebenaran. (QS Al-Baqarah/2 : 42)
3. Diingatkan Allah Karena Keingkarannya Terhadap Nikmat Allah.(QS Al-Baqarah/2 : 47-48)
4. Diuji dalam Perbudakan Raja-raja Mesir. (QS Al-Baqarah/2 : 49)
5. Menyembah Berhala di Tengah Bimbingan Nabinya. (QS Al-Baqarah/2 : 51)
6. Diperintahkan Untuk Melakukan Bunuh Diri Massal. (QS Al-Baqarah/2 : 54)
7. Mengingkari Sifat Ghaib dan Berpaham Materialisme. (QS Al-Baqarah/2 : 55-56)
8. Berbuat Aniaya di Tengah Nikmat Allah. (QS Al-Baqarah/2 : 57)
9. Paling cerewet Terhadap Nabinya. (QS Al-Baqarah/2 : 61)
10. Cepat Melanggar Janji Allah.(QS Al-Baqarah/2 : 64)
11. Paling Suka Mempermainkan Perintah Nabinya.(QS Al-Baqarah/2 : 67-71)
12. Paling Keras Menolak Kebenaran Ilahi. (QS Al-Baqarah/2 : 74)
13. Tidak Dapat Diharapkan Beriman Kepada Nabi. (QS Al-Baqarah/2 : 75)
14. Paling Suka Mengatur Tipu Daya. (QS Al-Baqarah/2 : 76)
15. Suka Memperjualbelikan Agama Allah. (QS Al-Baqarah/2 : 79)
16. Beranggapan Tidak Disentuh Neraka Kecuali Sebentar. (QS Al-Baqarah/2 : 80-81)
17. Paling Sedikit Orang-orang Baiknya. (QS Al-Baqarah/2 : 83)
18. Paling Senang Bermusuhan Sesamanya. (QS Al-Baqarah/2 : 84-85)
19 Paling Sombong dan Membanggakan Etnisnya . (QS Al-Baqarah/2 : 91)
20. Paling Rakus Terhadap Kesenangan Dunia dan Takut Mati. (QS Al-Baqarah/2 : 96)
21. Benci Terhadap Malaikat Jibril. (QS Al-Baqarah/2 : 97-98)
22. Paling Suka Mengingkari Perjanjian. (QS Al-Baqarah/2 : 100)
23. Paling Suka Mengikuti Khurafat. (QS Al-Baqarah/2 : 102)
24. Paling Dengki Terhadap Nabi Muhammad dan Ummatnya. (QS Al-Baqarah/2 : 105)
25. Paling Keras Berupaya Mengkafirkan Ummat Islam. (QS Al-Baqarah/2 : 109-110)
26. Tidak mengakui Agama Nashrani. (QS Al-Baqarah/2 : 113)
27. Menyatakan Allah Berputra. (QS Al-Baqarah/2 : 116)
28. Membenci Kebebasan Beragama. (QS Al-Baqarah/2 : 120)
29. Membenci Agama Ibrahim. (QS Al-Baqarah/2 : 130-133)
30. Rasialis dan Apologetik. (QS Al-Baqarah/2 : 135)
31. Tidak Malu Bersikap Sok Tahu. (QS Al-Baqarah/2 : 139-140)
32. Menganggap Dirinya Paling Pintar. (QS Al-Baqarah/2 : 142)
33. Hanya Menuruti Kemauannya Sendiri.(QS Al-Baqarah/2 : 145)
34. Paling Mengenal Ciri Nabi Muhammad Tapi Mengingkarinya. (QS Al-Baqarah/2 : 146)
35. Dikutuk Allah karena Merahasiakan Kebenaran. (QS Al-Baqarah/2 : 159)
36. Paling Fanatik Terhadap Tradisi dan Leluhurnya. (QS Al-Baqarah/2 : 170)
37. Menganggap Dagang dan Riba Sama Saja. (QS Al-Baqarah/2 : 275)
38. Menjadikan Agama Sebagai Alat Kebohongan. (QS. Ali-Imraan/3 : 23-24)
39. Terlarang Kaum Mukminin Untuk Bersetia Kawan. (QS. Ali-Imraan/3 : 28)
40. Pertama-tama Merencanakan Pembunuhan Isa As. (QS. Ali-Imraan/3 : 52-54)
41. Paling Senang Membuat Siasat Keragu-raguan. (QS. Ali-Imraan/3 : 72-73)
42. Suka Mengingkari Amanah Allah.(QS. Ali-Imraan/3 : 75)
43. Mengada-ada Urusan Agama. (QS. Ali-Imraan/3 : 78)
44. Menjadikan Agama Sebagai Alat Memperbudak Bangsa Lain.(QS. Ali-Imraan/3 : 79-80)
45. Ingin Membuat Agama Lain Sebagai Tandingan Islam.(QS. Ali-Imraan/3 : 83-85)
46. Kedzalimannya Mempersulit Hatinya Melihat Kebenaran.(QS. Ali-Imraan/3 : 86-87)
47. Suka Menghalangi Orang Berjalan Pada Kebenaran.(QS. Ali-Imraan/3 : 99)
48. Suka Berpecahbelah dan Meruusak Paham Agama. (QS. Ali-Imraan/3 : 105)
49. Tidak Suka Melihat Kebaikan Ummat Islam. (QS. Ali-Imraan/3 : 118-120)
50. Suka Mencela Allah Sebagai Fakir. (QS. Ali-Imraan/3 : 181)
51. Senang Membuat Ukuran Kebenaran Menurut Seleranya Sendiri. (QS. Ali-Imraan/3 : 183)
52. Suka Mencari Pujian Palsu.(QS. Ali-Imraan/3 : 188)
53. Menganggap Dirinya Paling Bersih. (QS. An-Nisa/4 : 49)
54. Memeras Orang Lain Apabila Berkuasa. (QS. An-Nisa/4 : 53)
55. Selalu Dengki Kepada Keberuntungan Orang Lain.(QS. An-Nisa/4 : 54)
56. Senang Membuat Kelaliman Dalam Hukum.(QS. An-Nisa/4 : 60)
57. Berusaha Mempengaruhi Ke Arah Kesesatan Apabila Dijadikan Teman. (QS. An-Nisa/4 : 89)
58. Senang Mempermainkan Para Nabi. (QS. An-Nisa/4 : 153)
59. Mengaku Membunuh Isa As. (QS. An-Nisa/4 : 157)
60. Diharamkan Allah Memakan Makanan Yang Baik.(QS. An-Nisa/4 : 160)
61. Mengaku Menjadi Anak Tuhan dan Kekasih-Nya. (QS. Al-Maidah/5 : 18)
62. Paling Pengecut.(QS. Al-Maidah/5 : 22)
63. Dibebani Hukum Yang Berat Karena Mentalnya Bobrok.(QS. Al-Maidah/5 : 32)
64. Paling Cepat Bersikap Menolak Kebenaran dan Menyukai Kebohongan. (QS. Al-Maidah/5 : 41)
65. Menyuruh Rakyat Berkonfrontasi dengan Orang-orang Yang Benar. (QS. Al-Maidah/5 : 41)
66. Gemar melakukan Usaha-usaha kotor.(QS. Al-Maidah/5 : 42)
67. Lebih Takut Kepada Manusia Daripada Kepada Allah.(QS. Al-Maidah/5 : 44)
68. Senang Mengejek dan Mempermainkan Agama Islam. (QS. Al-Maidah/5 : 58)
69. Menyatakan Allah itu Bakhil. (QS. Al-Maidah/5 : 64)
70. Gemar Membangkitkan Peperangan.(QS. Al-Maidah/5 : 64)
71. Suka Mendustakan Kebenaran Yang Tidak Disenanginya. (QS. Al-Maidah/5 : 70)
72. Berani Membunuh Nabi-nabinya. (QS. Al-Maidah/5 : 71)
73. Dilaknat Oleh Nabi-nabinya. (QS. Al-Maidah/5 : 78)
74. Ulamanya Tidak Perduli Terhadap Kemungkaran di Masyarakat.(QS. Al-Maidah/5 : 79)
75. Mau Bekerjasama dengan musuh-musuh Agama Demi Menghancurkan Islam.(QS. Al-Maidah/5 : 80)
76. Paling Keras Permusuhannya Terhadap Islam. (QS. Al-Maidah/5 : 82)
Hanya kepada Allah kita panjatkan puji dan syukur. Shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada Rasulullah Sallalahu ‘Alaihi wa sallam, keluarganya dan sahabat serta para pengikutnya yang mukhlis.
Wa ba’du, bersama ini kami sajikan kepada para pembaca baik muslim maupun non-muslim, sebuah kajian elementer tentang “Karakter Yahudi” yang haqiqi.```
*اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ [ ﷺ ]*
"𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡𝐮𝐦𝐦𝐚 𝐬𝐡𝐨𝐥𝐥𝐢 𝐚𝐥𝐚 𝐒𝐚𝐲𝐲𝐢𝐝𝐢𝐧𝐚 𝐌𝐮𝐡𝐚𝐦𝐦𝐚𝐝 𝐰𝐚 𝐚𝐥𝐚 𝐀𝐥𝐢 𝐒𝐚𝐲𝐲𝐢𝐝𝐢𝐧𝐚 𝐌𝐮𝐡𝐚𝐦𝐦𝐚𝐝."
*_✿ I LOVE TAREEM PECINTA AHLA SADAH✿ ✿ ✿_* ━━━━•⊰✿☾✿III💚III✿☽✿⊱•┛
┏☾﷽☽• ⊰✿🌹✿⊱•━━━━┓
*_I LOVE TAREEM PECINTA AHLA SADAH_*
*_ﺑِﺴْــــــــــــــــــﻢِﺍﷲِﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِﺍﺍﺭَّﺣِﻴﻢ_*
*_📡*
```Setidaknya menurut hadits-hadits Rasulullah Saw ada 7 tanda pemimpin yang dimurkai dan terburuk di akhir zaman, antara lain:
1. Para Pemimpin Sesat
Dari Aus yang berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :```
*«إِنِّي لاَ أَخَافُ عَلىَ أُمَّتيِ إِلاَّ الأَئِمَّةَ المُضَلِّينَ»*
```“Aku tidak takut (ujian yang akan menimpa) pada umatku, kecuali (ujian) para pemimpin sesat.” (HR. Ibnu Hibbân).
Sufyan as-Tsauri menggambarkan mereka dengan mengatakan:
“Tidaklah kalian menjumpai para pemimpin sesat, kecuali kalian mengingkari mereka dengan hati, agar amal kalian tidak sia-sia.”
2. Para Pemimpin Bodoh
Dari Jabir bin Abdillah bahwa Rasulullah ﷺ berkata kepada Ka’ab bin Ajzah :```
*«أَعَاذَكَ اللهَ مِنْ إمَارَةِ السُّفَهَاءِ »*
```“Aku memohon perlindungan untukmu kepada Allah dari kepemimpinan orang-orang bodoh.” (HR. Ahmad)
Dalam hadits riwayat Ahmad dikatakan bahwa pemimpin bodoh adalah pemimpin yang tidak mengikuti petunjuk dan sunnah Rasulullah ﷺ . Yakni pemimpin yang tidak menerapkan syariah Islam.
3. Para Pemimpin Penolak Kebenaran, Penyeru Kemungkaran
Dari Ubadah bin Shamit berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :```
*«سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ يَأْمُرُونَكُمْ بِمَا لاَ تَعْرِفُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا تُنْكِرُونَ فَلَيْسَ لاِؤلَئِكَ عَلَيْكُمْ طَاعَةٌ»*
```“Kalian akan dipimpin oleh para pemimpin yang memerintah kalian dengan hukum yang tidak kalian ketahui (imani). Sebaliknya, mereka melakukan apa yang kalian ingkari. Sehingga terhadap mereka ini tidak ada kewajiban bagi kalian untuk menaatinya.” (HR. Ibnu Abi Syaibah)
4. Para Penguasa Yang Memerintah dengan Mengancam Kehidupan dan Mata Pencaharian
Dari Abu Hisyam as-Silmi berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :```
*«سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ أَئِمَّةٌ يَمْلِكُوْنَ رِقَابَكُمْ وَيُحَدِّثُوْنَكُمْ فَيَكْذِبُونَ، وَيَعْمَلُوْنَ فَيُسِيؤُونَ، لا يَرْضَوْنَ مِنْكُمْ حَتَّى تُحَسِّنُوا قَبِيْحَهُمْ وَتُصَدِّقُوْا كَذِبَهُمْ، اعْطُوْهُمُ الحَقَّ مَا رَضُوا بِهِ»*
```“Kalian akan dipimpin oleh para pemimpin yang mengancam kehidupan kalian. Mereka berbicara (benjanji) kepada kalian, kemudian mereka mengingkari (janjinya). Mereka melakukan pekerjaan, lalu pekerjaan mereka itu sangat buruk. Mereka tidak senang dengan kalian hingga kalian menilai baik (memuji) keburukan mereka, dan kalian membenarkan kebohongan mereka, serta kalian memberi pada mereka hak yang mereka senangi.” (HR. Thabrani)
5. Para Pemimpin Yang Mengangkat Pembantu Orang-orang Jahat, dan Mengakhirkan Shalat (Mengabaikan Syari'ah)
Dari Abu Hurairah ra yang berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda : ```
*« يَكُونُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ أُمَرَاءُ ظَلَمَةٌ، وَوُزَرَاءُ فَسَقَةٌ، وَقُضَاةٌ خَوَنَةٌ، وَفُقَهَاءُ كَذَبَةٌ، فَمَنْ أَدْرَكَ مِنْكُمْ ذَلِكَ الزَّمَنَ فَلا يَكُونَنَّ لَهُمْ جَابِيًا وَلا عَرِيفًا وَلا شُرْطِيًّا»*
```“Akan ada di akhir zaman para penguasa sewenang-wenang, para pembantu (pejabat pemerintah) fasik, para hakim pengkhianat, dan para ahli hukum Islam (fuqaha’) pendusta. Sehingga, siapa saja di antara kalian yang mendapati zaman itu, maka sungguh kalian jangan menjadi pemungut cukai, pegawai kanan, dan polisi.” (HR. Thabrani)
Ada riwayat lain seperti hadits di atas dengan matan yang sedikit berbeda : ```
*عَنْ أَبِي سَعِيدٍ ، وَأَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالا : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَيَأْتِيَنَّ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ يُقَرِّبُونَ شِرَارَ النَّاسِ ، وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلاةَ عَنْ مَوَاقِيتِهَا ، فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَلا يَكُونَنَّ عَرِيفًا ، وَلا شُرْطِيًا ، وَلا جَابِيًا ، وَلا خَازِنًا*
```Daripada Abu Sa'id dan Abu Hurairah mereka berdua berkata: Rasulullah ﷺ bersabda :
"Akan datang atas kalian pemerintah yang rapat dengan seburuk-buruk manusia dan melewat-lewatkan sholat (sehingga terkeluar) daripada waktunya. Maka barangsiapa antara kalian yang menemui keadaan ini janganlah menjadi pegawai kanan, jangan polisi, jangan pemungut cukai dan jangan (pula menjadi) bendahari." (HR. Ibn Hibban dalam Sahih-nya [4586])
6. Para Pemimpin Diktator (Kejam Dan Tangan Besi)
Rasulullah ﷺ bersabda: ```
*«إِنَّ شَرَّ الوُلاَةِ الحُطَمَةُ»*
```“Sesungguhnya seburuk-buruknya para penguasa adalah penguasa al-huthamah (diktator).” (HR. Al-Bazzar)
Pemimpin al-huthamah (diktator) adalah pemimpin yang menggunakan politik tangan besi terhadap rakyatnya.
Dari Abu Layla al-Asy’ari bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :```
*«وسَيَلي أُمَرَاءُ إنْ اسْتُرْحِمُوا لَمْ يَرْحَمُوا، وإنْ سُئِلُوا الحَقَّ لَمْ يُعْطُوا، وإِنْ أُمِرُوا بالمَعْرُوفِ أَنْكَرُوا، وسَتَخَافُوْنَهُمْ وَيَتَفَرَّقَ مَلأُكُمْ حَتى لاَ يَحْمِلُوكُمْ عَلى شَيءٍ إِلاَّ احْتُمِلْتُمْ عَلَيْهِ طَوْعاً وَكَرْهاً، ادْنَى الحَقِّ أَنْ لاَ تٌّاخُذُوا لَهُمْ عَطَاءً ولا تَحْضُروا لَهُمْ في المًّلاَ»*
```“Dan berikutnya adalah para pemimpin jika mereka diminta untuk mengasihani (rakyat), mereka tidak mengasihani; jika mereka diminta untuk menunaikan hak (rakyat), mereka tidak memberikannya; dan jika mereka disuruh berlaku baik (adil), mereka menolak. Mereka akan membuat hidup kalian dalam ketakutan; dan memecah-belah tokoh-tokoh kalian. Sehingga mereka tidak membebani kalian dengan suatu beban, kecuali mereka membebani kalian dengan paksa, baik kalian suka atau tidak. Serendah-rendahnya hak kalian, adalah kalian tidak mengambil pemberian mereka, dan tidak kalian tidak menghadiri pertemuan mereka.” (HR. Thabrani)
7. Para Penguasa Zindik (Pura-Pura Beriman)
Dari Ma’qil bin Yasar bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: ```
*«صِنْفَانِ مِنْ أُمَّتِي لَنْ تَنَالَهُمَا شَفَاعَتِي: إِمَامٌ ظَلُومٌ، وَكُلُّ غَالٍ مَارِقٍ»*
```“Dua golongan umatku yang keduanya tidak akan pernah mendapatkan syafa’atku: pemimpin yang bertindak zalim, dan orang yang berlebihan dalam beragama hingga sesat dari agama.” (HR. Thabrani).```
*حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ الْجُمَحِيُّ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ*
```Akan datang kepada masyarakat tahun-tahun yang penuh tipuan. Pada tahun-tahun itu pembohong dipandang benar, yang benar dianggap bohong; pada tahun-tahun tersebut pengkhianat diberi amanat, sedangkan orang yang amanah dianggap pengkhianat. Pada saat itu yang berbicara adalah ruwaibidhah.” Lalu ada sahabat bertanya, “Apakah ruwaibidhah itu?” Rasulullah menjawab, “Orang bodoh yang berbicara/mengurusi urusan umum/publik.” (Dalam riwayat lain disebutkan, ruwaibidhah itu adalah “orang fasik yang berbicara/mengurusi urusan umum/publik” dan “al-umara [pemerintah] fasik yang berbicara/mengurusi urusan umum/publik”)." (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Abu Ya’la dan al-Bazzar)
(gwa).```
*و الله اعلم ب الصواب*
*اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ [ ﷺ ]*
"𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡𝐮𝐦𝐦𝐚 𝐬𝐡𝐨𝐥𝐥𝐢 𝐚𝐥𝐚 𝐒𝐚𝐲𝐲𝐢𝐝𝐢𝐧𝐚 𝐌𝐮𝐡𝐚𝐦𝐦𝐚𝐝 𝐰𝐚 𝐚𝐥𝐚 𝐀𝐥𝐢 𝐒𝐚𝐲𝐲𝐢𝐝𝐢𝐧𝐚 𝐌𝐮𝐡𝐚𝐦𝐦𝐚𝐝."
*_✿ I LOVE TAREEM PECINTA AHLA SADAH✿ ✿ ✿_* ━━━━•⊰✿☾✿III💚III✿☽✿⊱•┛
┏﷽🍃💞🔴━━━━━━┓
*📚 Berani Baca*
┗━━━━━━━━🔴💞🍃┛
*السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه*
*Manusia, Agama dan Aspek Negatif Budaya Modern*
Persoalan penting yang saat ini sering mengemuka ke tengah-tengah kita, entah itu disadari ataupun tidak, diantaranya adalah tentang manusia yang direduksi kemanusiaannya oleh bangunan kehidupan yang saat ini mempengaruhinya. Pengaruh yang ingin kita bicarakan adalah kuatnya budaya modern yang lahir dari cara-cara dan gaya-gaya hidup yang dianut oleh kebanyakan manusia-manusia saat ini.
Sisi lain, di tengah pengaruh tersebut, manusia saat ini memiliki kesadaran yang lebih kuat atas persoalannya. Sebagaimana diterangkan oleh Shadr, kesadaran tersebut tiada lain lahir daripada keinsyafannya bahwa persoalan-persoalan ini muncul disebabkan oleh tangan mereka sendiri. Di samping itu, kesadaran ini menjadi semakin ‘terasa’ ketika manusia dirasa telah teralienasi atau terasing dari kehidupannya sendiri.
Siapa yang tidak merasa terasing, ketika salah satu unsur pokok kemanusiaannya yaitu, spiritualitas, telah terpinggirkan bahkan terlempar dari kehidupan saat ini yang lebih menghargai materi dan menempatkannya di atas segalanya.
Kita tidak bisa begitu saja menutup mata atas fenomena-fenomena kehidupan yang sering dan tengah terjadi. Kesibukan-kesibukan yang memperkosa waktu, yang entah tentang apa yang tengah dikerjakannya.
Manusia-manusia yang lalu lalang dengan kendaraannya yang pandai menggoda kemarahan dengan kemacetan, yang entah dari mana dan akan ke mana mereka pergi. Kalangan muda yang terus-menerus membudayakan kesenangannya sendiri. Hidupnya yang hampir ia abdikan pada peradaban hiburan.
Kalau dulu kalangan muda berbudaya sebagai pencari kebenaran (sebelum kemudian kelak mereka akan menjadi penegak-penegaknya), kini sebutan yang mungkin tepat disematkan pada mereka adalah para “pencari hiburan”. Maka jangan heran, jika lebih banyak yang lebih tertarik menegakan dunia dengan bermacam-macam wujud hiburan daripada menegakan kebenaran. Orang tua mereka pun lebih bijak dan canggih dalam membangun kerusakan kehidupan. Perilaku-perilaku korupsi para politisi, penipuan, kerakusan yang dibersamai kerasukan setan-setan dunia.
Semua aktifitas hidup telah menutup mata nurani manusia dari dunia di luar dunia yang tengah dibangunnya sendiri. Semua yang tengah terjadi benar-benar telah kita biarkan terjadi.
Kelalaian atas hal ini –menutup mata, tidak peduli atas fenomena-fenomena kehidupan yang terus mereduksi dan menggerus kemanusiaan manusia–, telah membawa manusia pada ketenggelaman dirinya. Cara kita hidup dengan membiarkan segalanya terjadi hanya akan mengantarkan manusia pada jurang kehinaan. Juga dunia hanya akan semakin rusak dengan tatanan kehidupan yang kita biarkan berjalan dengan sendirinya. Memang tidak dapat dipungkiri, individualisme yang menjangkiti kehidupan kita saat ini, kita sadari dengan telanjang, memaksa siapapun untuk hanya memikirkan dirinya sendiri. Tapi, sampai kapan kita terus menerima semua pembiaran ini?
Augustu Comte, memandang agama sebagai satu diantara tahapan sejarah yang pernah dilalui oleh manusia. Hal itu dipahami bahwa agama, pernah memperoleh perhatian dari manusia, pernah dianggap penting oleh manusia, namun kemudian berlalu dan terganti dengan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain itu tidak lain adalah ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan telah dianggap mampu untuk dijadikan sebagai pegangan sekaligus jalan hidup bagi manusia dalam menyelesaikan dan menjawab segala persoalan-persoalan yang tengah dihadapi. Ilmu pengetahuan telah melahirkan teknologi, alat-alat yang digunakan oleh manusia untuk mempermudah mereka dalam menjalani kehidupannya. Murtadha Mutahari menerangkan kepada kita, bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan wujud dari pada budaya modern saat ini dengan sifat inti nya yang materialistis.
Budaya modern, telah membawa manusia kepada kehidupan yang selalu menempatkan materi pada posisi yang utama. Sehingga manusia yang berkembang di tengah budaya modern, adalah perkembangan materialnya manusia saja, bukan kemanusiaannya secara utuh. Atau dalam posisi lain, unsur material telah begitu mendominasi perkembangan manusia dalam dunia dan kehidupan.
Agama yang sejak dulu dijadikan ‘pegangan’ dan ‘jalan’ hidup oleh manusia di dunia ini, telah dianggap tidak mampu menjawab persoalan-persoalan tadi. Cukup kita memahami kalimat tersebut dengan melihat manusia hari ini banyak yang masih menjalankan ritus-ritus agama tetapi mereka justru telah meninggalkan agama. Jalan hidup manusia, berangkat daripada pemenuhan kebutuhan hidup jasmaninya semata. Padahal, kita telah diajarkan, bahwa manusia tidak hanya terdiri dari unsur jasmani atau fisik semata, tapi juga terdiri dari unsur kejiwaan atau spiritual.
Agama yang dijalankan oleh kebanyakan orang saat ini, penulis berani katakana hampa dari nilai-nilai hakiki agamanya sendiri, yakni spiritualitas. Hal itu terjadi tidak lain karena bagi manusia-manusia yang hidup di tengah budaya modern, agama dijadikan hanya sebagai tempat persinggahan atau pemberhentiaan sementara dari kesibukannya mencari dunia. Arti yang lain, agama bagi manusia saat ini, bukan merupakan jalan hidupnya.
Budaya modern yang berkembang di tengah kita saat ini, terkhusus aspek-aspek negatifnya, menunjukan pengaruh yang nyata terhadap manusia dan agama. Dari segi kemanusiaan, padahal manusialah yang melahirkan budaya. Artinya manusialah yang mempengaruhi lingkungannya kemudian memproduksi budaya. Namun saat ini yang terjadi, karena gelombang besar yang terdapat dalam diri budaya modern, justru malah mempengaruhi manusia dalam proses perkembangannya sebagai manusia. Betapa malangnya, manusia dikuasai oleh hasil produksinya sendiri. Dalam kondisi ini, kita perlu mengembalikan martabat tinggi manusia di tengah budaya modern.
Dari segi agama, budaya modern terus menyingkirkan agama dari panggung kehidupan manusia. Padahal, budaya modern telah cukup berkuasa di dunia manusia. Ternyata ia pun berhasrat untuk menguasai kehidupan manusia. Manusia sebagai entitas yang terdiri dari unsur jiwa dan fisik, spiritual dan material tidak dapat dipungkiri sangatlah membutuhkan agama. Dalam kondisi ini, manusia harus mampu menempatkan agama agar bagaimana bisa berwibawa selaku pegangan dan jalan hidup yang akan menuntun kehidupan manusia di tengah budaya modern saat ini.
***
🔰Zarifin
*#BeraniBaca #Agama #BudayaModern*
➖➖➖➖➖➖
*۞Allahu A'lam*
*Bergabunglah dengan link broadcast Berani Baca*
Hub : 👤 Admin 089687961339 (WA)
```🤳🏻Join us```
*Instagram @shareceramahpendek*
*Website : fokusmaca.blogspot.com*
*©2020 Berani Baca - Membuka, Menginspirasi, Free To Share.*
*MOTTO : Perbanyaklah membaca agar akal sehat tidak wafat lebih cepat.*
TIDAK MEMBENCI
- Jangan benci seseorang walaupun dia buat salah padamu.
TIDAK MERUNGUT
- Jangan berkeluh kesah sebaliknya banyakkan doa.
BERSEDERHANA
- Hidup sederhana walaupun kamu ada kedudukan tinggi dan berharta.
BERSANGKA BAIK
- Sentiasa fikir positif walaupun sentiasa di timpa ujian.
SELALU SENYUM
- Senyumlah walaupun hati terluka.
SELALU MEMBERI
- Banyakkan beri sedekah walaupun kita terhalang melakukannya..
DOA TANPA PENGETAHUAN MEREKA
- Jangan putus-putus mendoakan kebaikan untuk saudaramu tanpa pengetahuannya.
TIDAK BERDENGKI DAN IRI HATI
- Jangan berdengki dengan kejayaan teman-teman anda, berdoalah semoga anda jua berjaya sepertinya, jika anda dengki dengan mengaibkan dia, ingtlah segala amal baik anda pasti hangus. Kerana Allah tak terima amal kebajikan orang yang berhasad dengki.
MUDAH MEMAAFKAN
- Jangan merasa liat dan susah dalam memaafkan kesalahan orang lain kerana terdapat kemuliaan dan ketenangan didalam memaafkan
HINDARI PERMUSUHAN
- Jangan menganggap orang yang tidak sependapat sebagai lawan namun dia adalah kawan anda.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
*🔹
Istighfar adalah memohon ampun kepada ALLAH Subhanahu Wata'ala dengan kalimat:
Astaghfirullaah al'adzhiim atau dengan kalimat lain yang semakna.
Permohonan Ampun ini dilakukan dengan hati yang tulus dan dibarengi dengan penyesalan atas kesalahan yang telah diperbuat serta bertekad untuk tidak mengulanginya lagi..
Inilah 7 Rahasia Istighfar :
*1. MENDATANGKAN AMPUNAN ALLAH*
Maka aku berkata (kepada mereka) Mohonlah ampun kepada RABB-mu sesungguhnya DIA adalah Maha Pengampun.
(QS. Nuh :10)
*2. MENGATASI KESULITAN DAN TERBUKANYA PINTU REZEKI*
Barangsiapa beristighfar secara rutin, pasti ALLAH memberinya jalan keluar dalam kesempitan dan memberi rezeki yang tiada terhingga padanya.
(HR. Abu Daud)
*3. MENAMBAH KEKUATAN*
Dan (Hud berkata): Hai kaum-ku,
mohon-lah Ampunan kepada RABB-mu lalu bertaubat-lah
kepada-NYA, Niscaya DIA akan menurunkan hujan yang sangat
deras dan DIA akan menambahkan kekuatan diatas kekuatan mu.
(QS. Hud :52)
*4. MEMPEROLEH BANYAK KENIKMATAN*
Dan hendak-lah kamu memohon Ampun kepada RABB-mu dan bertaubat kepada-NYA, Niscaya DIA akan memberi kenikmatan yang baik kepada-mu sampai kepada waktu yang telah di tentukan.
(QS. Hud 3)
*5. TURUNNYA RAHMAT*
Hendak-lah kamu memohon ampun kepada ALLAH, agar kamu mendapat rahmat
(QS. An-Naml :46)
*6. SEBAGAI KAFARATUL MAJELIS*
Barangsiapa yang duduk dalam satu Majlis (perkumpulan orang)
lalu di dalamnya banyak perkataan sia-sianya atau (perdebatan) kemudian sebelum ia bangkit dari Majlis membaca (Istighfar):
Subhaanakallahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta Astaghfiruka wa atuubu ilaih..
(Maha suci ENGKAU YAA ALLAH,dan aku memuji-MU dan aku bersaksi bahwa tiada ALLAH melainkan ENGKAU, aku memohon ampun dan bertaubat kepada-MU).. Maka ia akan diampuni kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya selama di Majlis itu.
(HR. Ath-Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Hibban, Abu Daud dan Al-Hakim)
*7. TERHINDAR DARI ADZAB ALLAH*
Dan tidak-lah (pula) ALLAH akan mengadzab mereka, sedang
mereka masih memohon ampun (Istighfar )
(QS. Al-Anfal :33)
*Assalamualaikum warahmatillahi wabarakatuh*
*
Oleh :
Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan
A. DEFINISI KUFUR
Kufur secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara’ kufur adalah tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya.
B.JENIS KUFUR
Kufur ada dua jenis : Kufur Besar dan Kufur Kecil
🛑 KUFUR BESAR
Kufur besar bisa mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Kufur besar ada lima macam
*1.* Kufur Karena Mendustakan
Dalilnya adalah firman Allah.
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ ۚ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ
Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau mendustakan kebenaran tatkala yang hak itu datang kepadanya ? Bukankah dalam Neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir ?” [Al-Ankabut/29 : 68]
*2.* Kufur Karena Enggan dan Sombong, Padahal Membenarkan.
Dalilnya firman Allah.
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat, ‘Tunduklah kamu kepada Adam’. Lalu mereka tunduk kecuali iblis, ia enggan dan congkak dan adalah ia termasuk orang-orang kafir” [Al-Baqarah/2 : 34]
*3.* Kufur Karena Ragu
Dalilnya adalah firman Allah.
وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَٰذِهِ أَبَدًا﴿٣٥﴾وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُدِدْتُ إِلَىٰ رَبِّي لَأَجِدَنَّ خَيْرًا مِنْهَا مُنْقَلَبًا﴿٣٦﴾قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلًا ﴿٣٧﴾ لَٰكِنَّا هُوَ اللَّهُ رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِرَبِّي أَحَدًا
Dan ia memasuki kebunnya, sedang ia aniaya terhadap dirinya sendiri ; ia berkata, “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira Hari Kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Rabbku, niscaya akan kudapati tempat kembali yang baik” Temannya (yang mukmin) berkata kepadanya, ‘Apakah engkau kafir kepada (Rabb) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, kemudian Dia menjadikan kamu seorang laki-laki ? Tapi aku (percaya bahwa) Dialah Allah Rabbku dan aku tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun” [Al-Kahfi/18 : 35-38]
*4.* Kufur Karena Berpaling
Dalilnya adalah firman Allah.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ
Dan orang-orang itu berpaling dari peringatan yang disampaikan kepada mereka” [Al-Ahqaf/46 : 3]
*5.* Kufur Karena Nifaq
Dalilnya adalah firman Allah
ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ اٰمَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا فَطُبِعَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُوْنَ
Yang demikian itu adalah karena mereka beriman (secara) lahirnya lalu kafir (secara batinnya), kemudian hati mereka dikunci mati, karena itu mereka tidak dapat mengerti” [Al-Munafiqun/63 : 3]
🛑 KUFUR KECIL
Kufur kecil yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, dan ia adalah kufur amali. Kufur amali ialah dosa-dosa yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Seperti kufur nikmat, sebagaimana yang disebutkan dalam firmanNya.
يَعْرِفُوْنَ نِعْمَتَ اللّٰهِ ثُمَّ يُنْكِرُوْنَهَا وَاَكْثَرُهُمُ الْكٰفِرُوْنَ
Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkari dan kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir” [An-Nahl/16 : 83]
Termasuk juga membunuh orang muslim, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ
Mencaci orang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu kekufuran” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
لَا تَرْتَدُّوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ
Janganlah kalian sepeninggalku kembali lagi menjadi orang-orang kafir, sebagian kalian memenggel leher sebagian yang lain” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Termasuk juga bersumpah dengan nama selain Allah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَ
Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik” [At-Tirmidzi dan dihasankannya, serta dishahihkan oleh Al-Hakim]
Yang demikian itu karena Allah tetap menjadikan para pelaku dosa sebagai orang-orang mukmin. Allah berfirman.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِى الْقَتْلٰىۗ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenan dengan orang-orang yang dibunuh” [Al-Baqarah/2 : 178]
Allah tidak mengeluarkan orang yang membunuh dari golongan orang-orang beriman, bahkan menjadikannya sebagai saudara bagi wali yang (berhak melakukan) qishash[1].
Allah berfirman
فَمَنْ عُفِيَ لَهٗ مِنْ اَخِيْهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ ۢبِالْمَعْرُوْفِ وَاَدَاۤءٌ اِلَيْهِ بِاِحْسَانٍ
Maka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari saudarnya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma’af) membayar (diat) kepada yangmemberi maaf dengan cara yang baik (pula)” [Al-Baqarah/2 : 178]
Yang dimaksud dengan saudara dalam ayat di atas tanpa diargukan lagi- adalah saudara seagama, berdasarkan firman Allah.
وَاِنْ طَاۤىِٕفَتٰنِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اقْتَتَلُوْا فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَاۚ فَاِنْۢ بَغَتْ اِحْدٰىهُمَا عَلَى الْاُخْرٰى فَقَاتِلُوا الَّتِيْ تَبْغِيْ حَتّٰى تَفِيْۤءَ اِلٰٓى اَمْرِ اللّٰهِ ۖفَاِنْ فَاۤءَتْ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَاَقْسِطُوْا ۗاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ – اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” [Al-Hujurat/49 : 9-10][2]
🛑 KESIMPULAN PERBEDAAN ANTARA KUFUR BESAR DAN KUFUR KECIL
*1.* Kufur besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menghapuskan (pahala) amalnya, sedangkan kufur kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, juga tidak menghapuskan (pahala)nya sesuai dengan kadar kekufurannya, dan pelakunya tetap dihadapkan dengan ancaman.
*2.* Kufur besar menjadikan pelakunya kekal dalam neraka, sedankan kufur kecil, jika pelakunya masuk neraka maka ia tidak kekal di dalamnya, dan bisa saja Allah memberikan ampunan kepada pelakunya, sehingga ia tiada masuk neraka sama sekali.
*3.* Kufur besar menjadikan halal darah dan harta pelakunya, sedangkan kufur kecil tidak demikian.
*4.* Kufur besar mengharuskan adanya permusuhan yang sesungguhnya, antara pelakunya dengan orang-orang mukmin. Orang-orang mukmin tidak boleh mencintai dan setia kepadanya, betapun ia adalah keluarga terdekat. Adapun kufur kecil, maka ia tidak melarang secara mutlak adanya kesetiaan, tetapi pelakunya dicintai dan diberi kesetiaan sesuai dengan kadar keimananny, dan dibenci serta dimusuhi sesuai dengan kemaksiatannya.
Hal yang sama juga dikatakan dalam perbedaan antara pelaku syirik besar dan syirik kecil
...........................................
[Disalin dari kitab At-Tauhid Lis Shaffitss Tsalis Al-Ali, Edisi Indonesia Kitab Tuhid
3, Penulis Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Penerjemah Ainul Harits Arifin Lc, Penerbit Darul Haq]
______
Footnote
[1]. Qishash ialah mengambil pembalasan yang sama. Qishash itu tidak dilakukan bila yang membunuh mendapat pemaafan dari ahlis waris yang terbunuh yaitu dengan membayar diat (ganti rugi) yang wajar. Pembayaran diat diminta dengan baik, umpanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaknya membayar dengan baik, umpanya dengan tidak menangguh-nagguhkannya. Bila ahli waris si korban sesudah Allah menjelaskan hukum-hukum ini membunuh yang bukan si pembunuh atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat maka terhadapnya di dunia di ambil qishah dan di akhirat dia mendapat siksa yang pedih,-pent
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Pak ustadz, langsung saja bagaimana cara menghilangkan penyakit hati dengki, dendam, iri dan sombang terima kasih Wasalamu’alaikum Wr. Wb
Edy Kuswanto – kuswantoedy@yahoo.co.id
Jawab:
Pertama anda harus mohon perlindungan kepada Allah swt, dari semua penyakit kronis di atas, sebab tanpa ‘inayah Allah Ta’ala, seseorang tidak akan pernah bisa mentas dari iri dengki, dendam dan sombongnya.
Kedua, lawanlah dirimu dengan tegas. Karena semua sumber penyakit itu adalah egoisme dan merasa lebih dibanding yang lain, keakuan, harga diri, dan pristise. Akhirnya, anda mengukur diri anda melalui penglihatan makhluk, opini publik, bukan penglihatan Allah Ta’ala.
Ketiga, ingatlah betapa menjijikkan jika anda sendiri melihat orang yang penuh iri dengki, pendendam, dan sombong. Tidak ada aroma ruhani yang harum kecuali hanya bau busuk yang menusuk jiwa.
Kelima menyadari bahwa diri anda tak lebih dari budak atau hamba Allah Ta’ala, bahwa segalanya dari Allah, bersama Allah, menuju Allah, hanya bagi Allah Azza wa-Jalla.
Oleh :
Ustadz Abu Isma’il Muslim Al-Atsari
Sesungguhnya, kemuliaan seorang hamba, ialah dengan beribadah kepada Allah semata, tanpa menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Jika seorang hamba semakin menambah ketundukan dan peribadahannya kepada Allah, maka semakin bertambah pula kesempurnaan dan derajatnya.
Ibadah adalah hak Allah yang menjadi kewajiban hamba. Kebaikannya akan kembali kepada hamba itu sendiri. Karena sesungguhnya Allah tidak membutuhkan hambaNya.
وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِۚ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Dan Barangsiapa yang berjihad, Maka Sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam (seluruh makhluk). [al ‘Ankabut/29 : 6].
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan di dalam tafsir beliau tentang ayat ini: “Yaitu, barangsiapa melakukan amal shalih, maka sesungguhnya manfaat amal shalihnya akan kembali kepada dirinya sendiri, karena sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Cukup (yakni tidak membutuhkan) dari perbuatan-perbuatan hamba. Walaupun mereka semua berada pada hati hambaNya yang paling bertakwa, hal itu tidaklah menambah sesuatupun dalam karajaanNya”[1]
Walaupun manusia dengan akalnya dapat memahami mengenai kewajiban beribadah kepada Rabb-nya, namun dia tidak mungkin mengetahui cara beribadah kepada Allah secara benar hanya dengan melandaskan pada akal dan perasaannya. Sehingga Allah mengutus rasul-rasulNya dan menurunkan kitab-kitabNya untuk memberikan petunjukNya.
Allah berfirman:
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ
Maka jika datang kepada kamu (manusia) petunjuk dariKu, lalu barangsiapa mengikuti petunjukKu, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. [Thaha/20:123].
Adapun sebelum diutus rasul dan tanpa petunjuk Rasul, maka manusia itu di dalam keadaan jahiliyah. Allah Azza wa Jalla berfirman:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (as Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. [al Jumu’ah/62 : 2].
🛑 KAIDAH-KAIDAH IBADAH
Ibadah yang benar kepada Allah dibangun di atas dasar-dasar atau kaidah-kaidah yang kokoh. Ini semua dijelaskan oleh Allah di dalam kitabNya, dan oleh Nabi n di dalam Sunnahnya, serta oleh para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
1. Ibadah adalah tauqifiyah.
Maknanya, ibadah tidak dilakukan kecuali dengan apa yang diperintahkan atau dituntunkan wahyu Allah Ta’ala. Karena sesungguhnya akal semata-mata tidak dapat menjangkau perincian masalah ibadah, masalah halal-haram, dan masalah-masalah yang dibenci atau dicintai oleh Allah Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْاۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. [Hud/11:112].
Ayat ini dengan tegas menyatakan, beribadah harus mengikuti perintah Allah dan tidak boleh melewati batas. Tatkala orang-orang musyrik mengharamkan sebagian binatang ternak dan menghalalkan sebagian lainnya, maka Allah membantah mereka dengan firmanNya:
أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ وَصَّاكُمُ اللَّهُ بِهَٰذَاۚ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا لِيُضِلَّ النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan? Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. [al An’am/6:144]
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata di dalam tafsir beliau: “(Firman Allah: Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapkan ini bagimu?”) Allah mengejek orang-orang musyrik tentang perkara yang mereka buat-buat dan mereka adakan secara dusta atas (nama) Allah, yaitu pengharaman yang mereka lakukan. (Firman Allah: Maka siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?), yaitu tidak ada seorangpun yang lebih zhalim daripada mereka.”[2]
Setelah menjelaskan ayat-ayat tentang batilnya anggapan orang-orang musyrik yang mengharamkan sebagian binatang ternak dan menghalalkan sebagian lainnya dengan tanpa hujjah, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di rahimahullah berkata: “Tidak tersisa bagi kamu kecuali dakwaan semata, tidak ada jalan bagi kamu untuk menetapkan kebenarannya dan keabsahannya. Dakwaan itu adalah bahwa kamu mengatakan: ‘Sesungguhnya Allah telah mewasiatkan kami tentang ini, dan Allah telah memberikan wahyu kepada kami sebagaimana Dia telah memberikan wahyu kepada para rasulNya.
Bahkan telah diwahyukan kepada kami sebuah wahyu yang berbeda dengan apa yang diserukan oleh para rasul dan apa yang diturunkan kitab-kitab’. Tetapi kedustaan tersebut pastilah diketahui oleh setiap orang. Oleh karena itulah Allah berfirman: ‘Maka siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan?’ Yaitu, bersamaan kedustaannya dan berdusta (atas nama Allah), dia berniat menyesatkan hamba-hamba Allah dari jalan Allah, dengan tanpa bukti dari Allah, tanpa penjelasan, tanpa akal, dan tanpa riwayat (dari Rasul)”.[3]
Setelah menyebutkan ayat 59 dan 60 surat Yunus, juga ayat 116 dan 117 surat an Nahl, Syaikh Muhamad bin Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah berkata : Sesungguhnya termasuk kejahatan yang besar, yaitu :
1. Seseorang mengatakan tentang sesuatu itu halal, padahal dia tidak mengetahui hukum Allah tentang sesuatu yang ia sebutkan itu.
2. Atau seseorang mengatakan tentang sesuatu itu haram, padahal dia tidak mengetahui hukum Allah tentang sesuatu yang ia sebutkan itu.
3. Atau seseorang mengatakan tentang sesuatu itu wajib, padahal dia tidak mengetahui hukum Allah tentang sesuatu yang ia sebutkan itu.
4. Atau seseorang mengatakan tentang sesuatu itu tidak wajib, padahal dia tidak mengetahui hukum Allah tentang sesuatu yang ia sebutkan itu.
Demikian ini merupakan kejahatan dan adab yang buruk terhadap Allah Azza wa Jalla. Wahai hamba Allah, engkau mengetahui bahwa hukum adalah milik Allah, tetapi bagaimana kemudian engkau mendahuluiNya? Engkau berkata tentang sesuatu yang tidak engkau ketahui tentang agama dan syari’atNya? Sesungguhnya Allah telah merangkaikan (larangan) berbicara tentang Allah tanpa ilmu dengan syirik [surat al A’raf/7 ayat 33].[4]
2. Ibadah harus dilakukan dengan ikhlas, bersih dari noda-noda syirik.
Ikhlas secara bahasa artinya memurnikan. Adapun menurut syara’, yang dimaksud ikhlas adalah memurnikan niat dalam beribadah kepada Allah, semata-mata mencari ridha Allah, menginginkan wajah Allah, dan mengharapkan rahmatNya, takut terhadap siksaNya, dan mencari pahala (keuntungan) akhirat. Serta membersihkan niat dari syirik niat, riya’, sum’ah, mencari pujian, balasan, dan ucapan terimakasih dari manusia, serta niat duniawi lainnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلَ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
Sesungguhnya Allah tidak akan menerima dari semua jenis amalan kecuali yang murni untukNya dan untuk mencari wajahNya. [HR Nasaa-i, no. 3140].[5]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “Aku paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa beramal dengan suatu amalan, dia menyekutukan selain Aku bersamaKu pada amalan itu, Aku tinggalkan dia dan sekutunya. [HR Muslim no. 2985].
Jika ibadah dicampuri dengan syirik, maka syirik itu menggugurkan ibadah tersebut, betapa pun banyak ibadah yang telah dilakukan. Allah berfirman:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu: Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. [az Zumar/39:65].
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as Sa’di rahimahullah, di dalam tafsirnya mengenai ayat ini, beliau berkata: “Dalam nubuwah seluruh nabi, bahwa syirik itu melenyapkan amalan, sebagaimana Allah telah berfirman di dalam surat al An’am”.[6]
Syaikh Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz rahimahullah berkata,”Telah maklum berdasarkan dalil-dalil syar’i dari al Kitab dan as Sunnah, bahwa seluruh amalan dan perkataan hanyalah sah dan diterima jika muncul dari aqidah shahihah (yang benar). Jika aqidah tidak shahihah, maka seluruh amalan dan perkataan yang muncul pun menjadi batal.”[7]
3. Ibadah harus mutaba’ah, yaitu meneladani Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam .
Orang yang telah bersyahadat bahwa Nabi Muhammad n adalah utusan Allah, maka syahadat tersebut memuat kandungan: meyakini berita beliau, mentaati perintah beliau, menjauhi larangan beliau, dan beribadah kepada Allah hanya dengan syari’at beliau.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kamu (umat Islam, yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (pahala) hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah. [al Ahzab/33 : 21].
Sehingga, siapapun yang beribadah dengan tidak mengikuti Sunnah (ajaran) Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ibadahnya tersebut tertolak. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
Barangsiapa membuat perkara baru di dalam urusan kami ini (agama), apa-apa yang bukan padanya, maka urusan itu tertolak. [HR Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718]
4. Ibadah yang telah ditetapkan, meliputi sebabnya, jenisnya, kadarnya, caranya, waktunya, dan tempatnya, maka wajib dilakukan sebagaimana yang dituntunkan.
Tidak boleh melanggar ketentuan-ketentuan tersebut. Sehingga, barangsiapa beribadah kepada Allah, namun ibadahnya itu tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh syari’at, maka ibadahnya tersebut tertolak.
Contoh :
Sebab. Orang yang bertahajjud pada malam 27 Rajab dengan sebab anggapan bahwa malam itu adalah malam Isra’ Mi’raj. Sebagaimana sudah diketahui, tahajjud termasuk ibadah sunnah, namun ketika dia menghubungkan dengan sebab yang tidak benar menurut syari’at, maka ibadahnya tersebut menjadi bid’ah.
Jenis. Ibadah qurban telah ditetapkan jenisnya dengan binatang ternak, yaitu onta, sapi, atau kambing. Jika ada orang berqurban dengan kuda, kelinci atau ayam, maka qurban itu tertolak.
Kadar/ukuran. Shalat subuh telah ditetapkan dua raka’at. Sehingga barangsiapa sengaja menambahnya, maka shalatnya tidak sah, karena menyelisihi kadar yang telah ditetapkan syari’at.
Cara. Barangsiapa mengubah tertib atau cara-cara wudhu’ atau shalat, maka ibadahnya tersebut tidak sah, karena telah menyelisihi cara yang ditetapkan syari’at.
Waktu. Jika seseorang menyembelih qurban pada bulan Rajab, atau puasa Ramadhan pada bulan Syawwal, atau wukuf di ‘Arafah pada tanggal 9 Dzul qa’dah, maka itu semua tidak sah, karena menyelisihi waktu ibadah yang benar.
Tempatnya. Orang yang i’tikaf di rumahnya, atau wukuf di Mudzalifah, maka itu tidak sah, karena menyelisihi tempat ibadah yang telah ditetapkan.[8]
5. Ibadah harus dilakukan dengan dasar kecintaan, mengharapkan rahmat Allah, takut siksaNya dan disertai ketundukan dan pengangungan kepada Allah.
Ketika Allah memuji Nabi Zakaria sekeluarga, Dia berfirman:
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًاۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
Sesungguhnya mereka (Nabi Zakaria sekeluarga) adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami. [al Anbiya’/21: 90].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,”Ibadah, menggabungkan kesempurnaan (puncak) kecintaan dan kesempurnaan ketundukan. Orang yang beribadah adalah orang yang mencintai dan tunduk. (Ini) berbeda dengan orang yang mencintai seseorang, yang ia tidak tunduk kepadanya, tetapi ia mencintainya karena menjadikannya sebagai perantara kepada perkara lain yang ia cintai. Dan (juga) berbeda dengan orang yang tunduk kepada seseorang, yang ia tidak mencintainya, seperti orang yang tunduk kepada seorang zhalim. Maka keduanya ini bukanlah ibadah yang murni.”[9]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berkata: Ibadah, asal maknanya adalah kerendahan (ketundukan) juga (seperti makna din). Tetapi ibadah yang diperintahkan (oleh Allah) mengandung makna kerendahan (ketundukan) dan makna kecintaan. Sehingga ibadah yang diperintahkan (oleh Allah) itu mengandung sifat puncak kerendahan (ketundukan) kepada Allah disertai puncak kecintaan kepadaNya.
Barangsiapa tunduk kepada seorang manusia disertai kebenciannya kepadanya, maka ia tidak menjadi seorang yang beribadah kepadanya. Dan seandainya seseorang mencintai sesuatu dan ia tidak tunduk kepadanya, maka ia tidak menjadi seorang yang beribadah kepadanya. Sebagaimana seseorang mencintai anaknya, dan kawannya.
Oleh karena itu, dalam beribadah kepada Allah tidak cukup dengan salah satu dari kedua sifat itu saja. Tetapi seorang hamba, (ia) wajib menjadikan Allah sebagai yang paling dicintai daripada segala sesuatu, dan menjadikan Allah yang paling diagungkan daripada segala sesuatu. Bahkan tidak ada yang berhak mendapatkan kecintaan dan ketundukan yang sempurna, kecuali Allah. Sehingga apa saja yang dicintai bukan karena Allah, maka kecintaannya itu rusak. Dan apa saja yang diagungkan bukan dengan perintah Allah, maka pengagungannya itu batil.[10]
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata di dalam sya’irnya, beliau menjelaskan tonggak ibadah, sebagai berikut:
Dan ibadah kepada (Allah) Yang Maha Pemurah,
adalah puncak kecintaan kepadaNya bersama kepatuhan
dari orang yang beribadah kepadaNya.
Itulah dua kutub yang orbit ibadah beredar pada keduanya.
Orbit itu tidak akan beredar sampai kedua kutubnya tegak.
Dan beredarnya dengan perintah. Yaitu perintah RasulNya.
Tidak dengan (perintah) hawa nafsu, kemauan diri sendiri, dan setan.[11]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Di antara Salaf mengatakan, ‘Barangsiapa beribadah kepada Allah hanya dengan kecintaan, maka dia seorang zindiq (munafik). Barangsiapa beribadah kepada Allah hanya dengan harapan, maka dia seorang Murji’ah[12] Barangsiapa beribadah kepada Allah hanya dengan rasa takut, maka dia seorang Haruri.[13] Dan barangsiapa beribadah kepada Allah dengan kecintaan, rasa takut, dan harapan, maka dia seorang yang beriman, bertauhid”[14]
6. Kewajiban ibadah tidak gugur dari hamba, semenjak baligh sampai meninggal dunia.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. [Ali ‘Imran/3:102].
Manusia yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah ialah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau berkewajiban beribadah sampai wafatnya. Maka orang-orang yang derajatnya di bawah beliau, tentu lebih wajib untuk beribadah kepada Allah sampai matinya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
Dan beribadahlah kepada Rabb–mu (Penguasamu) sampai al yaqin (kematian) datang kepadamu. [al Hijr/15:99]
Para ulama ahli tafsir bersepakat, makna al yaqin dalam ayat ini adalah kematian. Hal ini, sebagaimana tersebut dalam firman Allah pada ayat lain, yang memberitakan pertanyaan penduduk surga kepada penduduk neraka:
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَقَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَوَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَوَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِحَتَّىٰ أَتَانَا الْيَقِينُ
Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka (penduduk neraka) menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami al yaqin (kematian)”. [al Muddatstsir/74: 42-47].
Setelah kita mengetahui kaidah-kaidah tentang ibadah ini, maka ketahuilah, seseorang yang memiliki anggapan bahwa “kewajiban beribadah kepada Allah dengan syari’at Nabi Muhammad gugur atas diri seseorang yang telah mencapai hakikat atau ma’rifat”, sungguh anggapan ini bertentangan dengan al Qur`an, al Hadits dan kesepakatan umat Islam, semenjak dahulu sampai sekarang.
Demikianlah enam kaidah penting berkaitan dengan masalah ibadah, semoga bermanfaat.
..........................................
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun X/1427H/2006M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo
___
Footnote
[1] Tafsir al Qur`anil ‘Azhim, surat al ‘Ankabut/29 ayat 6.
[2] Tafsir al Qur`anul ‘Azhim, surat al An’am/6 ayat 144.
[3] Tafsir Taisir Karimir–Rahman, surat al An’am/6 ayat 144.
[4] Kitabul ‘Ilmi, halaman 75-76.
[5] Lihat Silsilah ash-Shahihah no. 52, Ahkamul Janaiz, halaman 63.
[6] Taisir Karimir Rahman fi Tafsir Kalamil Mannan.
[7] ‘Aqidah Shahihah wa Nawaqidhul Islam, halaman 3.
[8] Lihat al Ibda’ fi Bayani Kamalisy-Syar’i wa Khatharil Ibtida’, halaman 21-22, karya Syaikh al ‘Utsaimin.
[9] Kitab Qaidah fil Mahabbah, dalam Jami’ur–Rasail, Juz 2, halaman 284.
[10] Kitab al ‘Ubudiyah, hlm. 23-24, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Tahqiq Khalid ‘Abdul Lathif al ‘Alami, Penerbit Darul Kitab al ‘Arabi.
[11] Kitab Fathul Majid, halaman 28, karya Syaikh ‘Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh, Penerbit Dar Ibni Hazm.
[12] Firqah yang beranggapan, bahwa amal tidak termasuk hakikat iman. Mereka juga beranggapan, dengan adanya iman, maka maksiat tidak membahayakan.
[13] Yakni orang yang berfaham Khawarij. Mereka sangat takut kepada Allah, sehingga rasa takut mereka itu melewati batas, sampai mengkafirkan orang Islam yang melakukan dosa besar. Adapun Haruri adalah nisbat kepada Harura’, kampung di luar kota Kufah, tempat mereka berkumpul di sana sebelum memberontak kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib.
[14] Al ‘Ubudiyah, halaman 78-79