Minggu, 21 Februari 2021

KAJIAN : TIGA AMAL YANG TIDAK DITIMBANG DI HARI KIAMAT LANTARAN KEDAHSYATANNYA

 

Mushola Al Musyarofah,Sabtu,6 Maret 2021,

TIGA AMAL YANG  TIDAK DITIMBANG DI HARI KIAMAT


ثلاثة أعمال ليس لها موازين يوم القيامة لعظمتها


Tiga amal yang tidak akan ada timbangannya pada hari kiamat, karena keagungannya...

AMAL PERTAMA : MEMAAFKAN..... 

1- العفو عن الناس: لم يحدد الأجر

قال الله تعالى: { فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ}.


1- Memaafkan Kesalahan Orang: (amal istimewa yang) tidak terbatas pahalanya.


Allah berfirman:


(وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ)


[Surat Ash-Shura 40]

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.

A’rof ayat 199

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ

“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh”.

Hadits nabi Muhammad SAW dari abu Khuroiroh yang diriwayatkan oleh imam At-Tirmidzi dan imam Muslim dan Abu Daud: “Tiga perkara kalo kita mengeluarkan sesuatu maka Allah akan datang yang lebih banyak lagi.Pertama, tidak akan habis harta yang disodakohkan, maka bersedekahlah;Kedua, sesorang yang memberi maaf kepada yang mendhalimi karena mencari dan mengharap keridhoan Allah, maka tidak ada pahala baginya kecuali Allah akan meninggikan derajatnya di hari kiamat.Ketiga, orang yang membiasakan meminta-minta maka Allah akan bukakan pintu kefakiran baginya.(http://lkk.unpam.ac.id/?p=610)Kamil FalahiDosen Agama Sastra Inggris Universitas PamulangKajian Ahad pagi, 6 Sept 2020

Masjid Nurul Hasanah
Kitab Ihya Ulumuddin
Nara Sumber: Ust Kamil Falahi, S.Th.I, SS, M.Pd

Bahkan Allah memerintahkan kepada kita untuk mengalahkan setiap keburukan dan kesalahan orang lain dengan infomasi (QS Fussilat: 34-35). Memaafkan merupakan salah satu karakter orang bertakwa yang Allah janjikan balasan berupa ampunan dan surga (QS Ali Imran: 134).

Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu menjadi kafir kembali setelah kamu beriman, karena rasa dengki yang ada dalam diri mereka setelah tampak jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapangdadalah, sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. - (QS Al-Baqarah: 109)

Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan meraih surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang bertakwa, (133) (yaitu) orang-orang, yang berinfak, baik di waktu orempang, ma-berinfak, baik di waktu orang lapang maupun yang, baik di waktu orang lapang maupan yang, baik di waktu orang lapang maupun yang, baik di waktu orempang lapang maupun yang, baik di waktu orang lapang maupan yang dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang peduli, (134) - (QS Ali Imran: 133-134)

(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan mereka. Engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka hanya sekelompok kecil saja di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Sesungguhnya Allah suka orang-orang yang baik. - (QS Al-Maidah: 13)

Dia (Yusuf) berkata, “Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni kamu. Dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang. - (QS Yusuf: 92)


Apa saja (kenikmatan) yang diberikan kepadamu, maka itu adalah kesenangan hidup di dunia. Sedangkan apa (kenikmatan) yang ada di sisi Allah itu lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal, (36) dan juga () orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar perbuatan keji, dan persetujuan mereka marah segera memberi maaf, (37) dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan menegakkan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan cara bermusyawarah antara sekadar; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka, (38) dan (bagi) orang-orang yang diatur dengan dzalim, mereka menolak diri sendiri. (39) Dan balasan kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barangsiapa memaafkan dan jahat baik (kepada orang yang jahat) maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak suka orang-orang dzalim. (40) Tetapi orang-orang yang meminta diri setelah didzalimi, tidak ada alasan untuk menyalahkan mereka. (41) Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang gila-gilaan dzalim kepada manusia dan melebihi batas di muka bumi tanpa kebenaran. Mereka mendapat siksaan yang pedih. (42) Tetapi barangsiapa bersabar dan memaafkan, sungguh demikian itu termasuk perbuatan yang mulia. (43) - (QS As-Syura: 36-43) (41) Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang gila-gilaan dzalim kepada manusia dan melebihi batas di muka bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka mendapat siksaan yang pedih. (42) Tetapi barangsiapa bersabar dan memaafkan, sungguh demikian itu termasuk perbuatan yang mulia. (43) - (QS As-Syura: 36-43) (41) Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang gila-gilaan dzalim kepada manusia dan melebihi batas di muka bumi tanpa kebenaran. Mereka mendapat siksaan yang pedih. (42) Tetapi barangsiapa bersabar dan memaafkan, sungguh demikian itu termasuk perbuatan yang mulia. (43) - (QS As-Syura: 36-

Wahai orang-orang yang beriman, sebenarnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Dan jika kamu memaafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. - (QS At-Taghabun: 14)


43) KEDUA : BERSABAR.... 

2- الصبر: لم يحدد الأجر 

قال تعالى: (إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ}

2- Sabar:  (amal istimewa) yang juga tidak terbatas pahalanya.

Allah berfirman:


(قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ)


[Surat Az-Zumar 10]

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.

Keempat,

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

" (Q.S Al-Baqarah: 177).


وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ * الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

(Q.S Al-Baqarah: 155-156)


بَلَى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ

Artinya: “Ya” (cukup). Jika kamu bersabar dan bertakwa ketika mereka datang menyerang kamu secara tiba-tiba, niscaya Allah akan menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda." (Q.S Ali Imran: 125).

AMAL KETIGA : BERPUASA....

3- الصيام: لم يحدد الأجر (كل عمل ابن آدم له إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به).


3- Puasa: (juga amal istimewa) yang tidak terbatas pahalanya.


Allah berfirman dalam hadits qudsi-Nya:

كل عمل ابن آدم له إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به.

Yang artinya: _semua amal anak Adam adalah diperuntukkan kepadanya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untukKu dan Aku sendiri yang akan membalasnya._ (Bukhori dan Muslim)

وينادي مُنادٍ يوم البعث: أين الذين أجرهم على الله؟ فـيقبل الصابرون والصائمون والعافون عن الناس.

Pada hari kebangkitan ada Penyeru yang memanggil : Mana orang-orang yang pahalanya atas (tanggungan) Allah..?!

Maka menghadaplah orang-orang yang sabar, orang-orang yang berpuasa dan orang-orang yang lapang hati suka memberi maaf kepada orang lain.


Selasa, 16 Februari 2021

KAJIAN: ENAM BELAS PENYEBAB PERCERAIAN (KJ)


 

Pernikahan dalam Islam itu adalah ikatan yang kuat untuk menyatukan suami-istri. Dalam berkeluarga, mereka akan hidup tenang (sakinah) dan pandangan pun terjaga. Islam pun telah memotivasi untuk menjaga hubungan tersebut, memerintahkan untuk menjaganya, dan terus terpelihara sejak akad nikah. Sehingga suami diperintahkan untuk berbuat baik pada istrinya dengan cara yang patut (cara yang makruf). Allah Ta’ala berfirman,


وَأَخَذْنَ مِنْكُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا


Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.” (QS. An-Nisaa’: 21).


Konsekuensi dari ayat ini, pernikahan hendaklah berusaha untuk dipertahankan dan dijaga.

Dan perlu dipahami bahwa memisah ikatan akad nikah (dengan perceraian), hukumnya asalnya TERLARANG.

Perceraian bisa dilakukan jika memang punya alasan tidak bisa melanjutkan lagi kehidupan berumah tangga dan tidak mungkin lagi cara perdamaian bentuk apa pun ditempuh. Karena asalnya merusak hubungan suami-istri itu terlarang. Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


لَيْسَ مِنَّا مَنْ خَبَّبَ اِمْرَأَةً عَلَى زَْجِهَا أَوْ عَبْدًا عَلَى سَيِّدِهِ


Bukan termasuk golongan kami orang yang membujuk seorang perempuan untuk memusuhi suaminya atau membujuk seorang budak untuk memusuhi tuannya.” (HR. Abu Daud, no. 2175. 

Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih sebagaimana disebutkan dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 2014).


Juga terlarang meminta cerai tanpa ada sebab yang syari seperti disebutkan dalam hadits Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


أَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا طَلاَقًا فِى غَيْرِ مَا بَأْسٍ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّة


Wanita mana saja yang meminta talak (cerai) tanpa ada alasan yang jelas, maka haram baginya mencium bau surga.” (HR. Abu Daud, no. 2226; Tirmidzi, no. 1187; Ibnu Majah, no. 2055. Abu Isa At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).

 

Sebab-sebab terjadinya perceraian


Pertama: Jeleknya dalam memilih pasangan tanpa mengetahui dengan jelas agama dan akhlaknya. Kejelekan tersebut barulah terbongkar saat sudah menikah.


Kedua: Kurang memerhatikan agama dan hak Allah terutama dalam memerhatikan ibadah shalat. Termasuk dalam hal ini adalah kurang menjaga hal-hal yang dapat membentengi diri dari berbagai gangguan seperti dzikir kepada Allah, membaca Al-Qur’an, sampai dibiarkannya suami-istri terjerumus dalam dosa dan maksiat hingga dijadikan rutinitas. Ini juga jadi sebab terjadinya perceraian antara suami-istri.


Ketiga: Jadi pecandu obat-obatan terlarang (narkoba) dan jadi pemabuk berat akhirnya dia berperilaku yang jelek pada pasangan ketika bergaul.


Keempat: Kurangnya tanggung jawab antara suami-istri seperti suami yang meninggalkan tanggung jawab dalam rumah, ia hanya mau sibuk kumpul-kumpul dengan teman, sibuk begadang, seringnya traveling tanpa ada hajat, hingga melalaikan hak-hak keluarganya.


Kelima: Sebagian pasangan suami-istri sibuk terus dengan gawainya, kurang dalam memerhatikan hak pasangan, anak, dan keluarganya.


Keenam: Sibuk dengan MEDSOS sampai kecanduan, juga sibuk menelusuri berbagai situs web yang berisi kemungkaran. Berbagai medsos dan situs web tersebut bahkan punya dampak jelek pada akidah, perilaku, dan akhlak.


Ketujuh: Tidak harmonis hidup berumah tangga, tidak memerhatikan hak satu sama lain, hingga tidak bisa saling memahami dan bersepakat.


Kedelapan: Saling berburuk sangka satu sama lain dan cemburu berlebihan.


Kesembilan: Banyak tuntutan yang mesti dipenuhi salah satu pasangan.


Kesepuluh: Istri merasa tinggi dari suami.


Kesebelas: Tidak tenang dan terusnya bertengkar.


Kedua belas: Suami tidak memahami keadaan istri, seperti banyak menyinggung istrinya dengan kalimat yang kurang menyenangkan bakda hamil.


Ketiga belas: Ikut campurnya keluarga suami atau istri hingga memperkeruh penyelesaian masalah.


Keempat belas: Kebiasaan menonton sinetron di mana yang digambarkan di dalamnya seakan-akan rumah tangga itu akan berbahagia terus, dan ada juga digambarkan rumah tangga yang rusak terus.


Kelima belas: Ada juga karena sebab memakai pil pencegah kehamilan sehingga terjadi gangguan psikis.


Keenam belas: Harapan istri untuk hidup mewah dan memandang terus orang di atasnya.

 


Penutup

Kami tutup intisari nasihat Syaikh Faishal Al-Ghazawi dengan menambahkan nasihat agar kita bisa mendamaikan konflik yang terjadi dalam rumah tangga.

Allah Ta’ala berfirman,


۞ لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا


Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS. An-Nisaa’: 114)


Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصِّيَامِ وَالصَّلاَةِ وَالصَّدَقَةِ قَالُوْا بَلَى قَالَ إِصْلاَحُ ذَاتِ الْبَيْنِ وَفَسَادُ ذَاتِ الْبَيْنِ الْحَالِقَةُ


Maukah kukabarkan kepada kalian perkara yang lebih afdal dibandingkan derajat puasa, shalat, dan sedekah?” Para sahabat menjawab, “Tentu saja.” Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Perbaikilah (hubungan) di antara sesama kalian. Dan rusaknya hubungan adalah pencukur (perusak agama).” (HR. Abu Daud, no. 4919 dan Tirmidzi, no. 2509. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih sebagaimana dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 2639).



Sumber https://rumaysho.com/22501-sebab-sebab-perceraian-intisari-khutbah-jumat-masjidil-haram.html
Intisari Khutbah Jumat Rabiul Awwal 1441 H di Masjidil Haram Makkah KSA Oleh: Imam dan Khatib Al-Masjid Al-Haram, Syaikh Dr. Faishal bin Jamil Ghazawi hafizhahullah

KAJIAN : SEMBILAN AMALAN DI USIA SENJA (KJ)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا


Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim, no. 408)

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …


Kita mulai merenungkan ayat,


إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا (2) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا (3)


Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS. An-Nashr: 1-3)

Tentang ayat di atas, coba perhatikan penjelasan yang bagus dari Ibnu ‘Abbas berikut ini.

Ada sebuah riwayat dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Suatu hari Umar mengundang mereka dan mengajakku bersama mereka. Seingatku, Umar tidak mengajakku saat itu selain untuk mempertontonkan kepada mereka kualitas keilmuanku. Lantas Umar bertanya, “Bagaimana komentar kalian tentang ayat (yang artinya), “Seandainya pertolongan Allah dan kemenangan datang (1) dan kau lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong (2) –hingga ahkir surat. (QS. An Nashr: 1-3). Sebagian sahabat berkomentar (menafsirkan ayat tersebut), “Tentang ayat ini, setahu kami, kita diperintahkan agar memuji Allah dan meminta ampunan kepada-Nya, ketika kita diberi pertolongan dan diberi kemenangan.” Sebagian lagi berkomentar, “Kalau kami tidak tahu.” Atau bahkan tidak ada yang berkomentar sama sekali. Lantas Umar bertanya kepadaku, “Wahai Ibnu Abbas, beginikah kamu menafsirkan ayat tadi? “Tidak”, jawabku. “Lalu bagaimana tafsiranmu?”, tanya Umar. Ibnu Abbas menjawab, “Surat tersebut adalah pertanda wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah dekat. Allah memberitahunya dengan ayatnya: “Jika telah datang pertolongan Allah dan kemenangan’, itu berarti penaklukan Makkah dan itulah tanda ajalmu (Muhammad), karenanya “Bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampunan, sesungguhnya Dia Maha Menerima taubat.” Kata Umar, “Aku tidak tahu penafsiran ayat tersebut selain seperti yang kamu (Ibnu Abbas) ketahui.” (HR. Bukhari, no. 4294)


Imam Nawawi rahimahullah menyimpulkan dalam Riyadhus Sholihin dengan judul bab yang beliau tulis: “Bab 12. Anjuran untuk Meningkatkan Amal Kebaikan pada Akhir Usia.

 

Jangan malah makin tua, makin menjadi-jadi

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengingatkan,


ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيْهِمْ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ : شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ


Ada tiga golongan yang Allah tidak berbicara kepada mereka pada hari Kiamat, tidak membersihkan mereka, dan tidak melihat kepada mereka, dan bagi mereka siksa yang pedih: orang yang sudah tua tapi berzina, penguasa yang suka bohong, dan orang miskin yang sombong.” (HR. Muslim, no. 172)

 

Tambah usia harusnya bertambah semakin baik

Dalam hadits disebutkan,


لَا يَتَمَنَّ أَحَدُكُمُ الْمَوْتُ وَلَا يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ. إِنَّهُ إِذَا مَاتَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ,  وَإِنَّهُ لَا يَزِيْدُ الْمُؤْمِنَ عُمْرُهُ إِلَّا خَيْرًا


Janganlah seseorang dari kalian mengharapkan kematian. Dan jangan pula berdoa agar segera mendapat kematian sebelum kematian itu datang kepadanya. Sesungguhnya bila ia mati, maka terputuslah amalannya dan bahwa tidaklah usia seorang mukmin itu bertambah pada dirinya kecuali akan menambah kebaikan.” (HR. Muslim, No. 2682)

 

AMALAN DI USIA SENJA


Pertama: Lebih memerhatikan amalan-amalan wajib. Sebab, ibadah-ibadab yang bersifat wajib (fardhu) merupakan kewajiban yang bersifat individual yang harus ditegakkan sendiri-sendiri oleh setiap Muslim dan Muslimah hingga ajal datang. Selain itu, amal-amal wajib adalah amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala

Kedua: Menghindari hal-hal yang diharamkan oleh syariat.

Ketiga: Menambah amalan-amalan sunnah.

Keempat: Banyak bertasbih, bertahmid, membaca istighfar, dan bertaubat.

Kelima: Memperbanyak amal-amal ringan, tapi berpahala besar, seperti berdzikir dan membaca shalawat.

Keenam: Rutin membaca dzikir pagi dan petang.

Ketujuh: Tetap aktif dalam thalabul ilmi (menghadiri majelis ilmu). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


أَعْذَرَ اللهُ إِلَى امْرِئٍ أَخَّرَ أَجَلَهُ حَتَّى بَلَغَ سِتِّيْنَ سَنَةً


Allah tidak akan menerima argumen kepada seseorang yang Allah tunda ajalnya hingga mencapai 60 tahun.” (HR. Bukhari, no.641)


Kedelapan: Rutin mempelajari Alquran dan mentadabburinya (merenungkannya) lewat bahasan ulama dalam kitab tafsir (yang tentu lebih mendalam dari sekadar Alquran terjemah).


Kesembilan: Berpesan kepada anak-anak dan keturunan agar menjadi saleh dan salehah, gemar mendoakan orang tua baik saat masih hidup atau setelah meninggal, dan membantu mentalqin orang tua ketika akan meninggal.


Moga kita diberi umur panjang

Rajinlah berdoa seperti ini,


اللَّهُمَّ أكْثِرْ مَالِي، وَوَلَدِي، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أعْطَيْتَنِي وَأطِلْ حَيَاتِي عَلَى طَاعَتِكَ، وَأحْسِنْ عَمَلِي وَاغْفِرْ لِي


“ALLAHUMMA AK-TSIR MAALII WA WALADII, WA BAARIK LII FIIMAA A’THOITANII WA ATHIL HAYAATII ‘ALA THO’ATIK WA AHSIN ‘AMALII WAGH-FIR LII.

(artinya: Ya Allah perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau beri. Panjangkanlah umurku dalam ketaatan pada-Mu dan baguskanlah amalku serta ampunilah dosa-dosaku).”

(Diambil dari kumpulan doa dari Syaikh Sa’id bin Wahf Al-Qahthani rahimahullah dan bisa dilihat pula di buku 50 Doa Mengatasi Problem Hidup, terbitan Rumaysho)



Sumber https://rumaysho.com/22726-khutbah-jumat-meningkatkan-amal-saleh-di-usia-senja.html

KAJIAN HADITS: EMPAT AMALAN UNTUK MASUK SURGA ( MENURUT HADITS NABI SAW) KJ




عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ سَلَامٍ قَالَ: لَمَّا قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِيْنَةَ ، اِنْجَفَلَ النَّاسُ إِلَيْهِ ، وَقِيْلَ : قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَجِئْتُ فِي النَّاسِ لِأَنْظُرَ إِلَيْهِ ، فَلَمَّا اسْتَبَنْتُ وَجْهَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهٍ كَذَّابٍ ، فَكَانَ أَوَّلَ شَيْءٍ تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، أَفْشُوْا السَّلَامَ ، وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ ، وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ ، وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ، تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ .

Dari ‘Abdullah bin Salam, ia berkata: “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, orang-orang segera pergi menuju beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (karena ingin melihatnya). Ada yang mengatakan: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah datang, lalu aku mendatanginya ditengah kerumunan banyak orang untuk melihatnya. Ketika aku melihat wajah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , aku mengetahui bahwa wajahnya bukanlah wajah pembohong. Dan yang pertama kali beliau ucapkan adalah, ‘Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikan makan, sambunglah silaturrahim, shalatlah di waktu malam ketika orang-orang tertidur, niscaya kalian akan masuk Surga dengan sejahtera.” (HR. at-Tirmidzi)

AMALAN PERTAMA
( أَفْشُوْا السَّلَامَ) “Sebarkanlah salam.”

 

Jika engkau melewati saudaramu, ucapkanlah salam kepadanya! Dan jika dia yang memulai salam kepadamu, maka jawablah salamnya, Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا

Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya…” [an-Nisa’/4:86]

Menyebarkan salam itu dapat menumbuhkan rasa cinta diantara manusia . Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا تَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا، وَلَا تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا، أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوْا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ

Tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian. [HR. Muslim]

Jika ada orang yang lewat dan mengucapkan salam kepadamu maka engkau akan merasa senang dan cinta.  Dalam sebuah hadits disebutkan, “Ada seorang yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Islam yang bagaimanakah yang paling baik?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَعَلَى مَنْ لَمْ تَعْرِفْ.

Engkau memberi makan dan engkau mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal maupun yang tidak kenal.” [HR. al-Bukhari dan Muslim]

Seorang Muslim yang tidak mau mengucapkan salam setiap kali bertemu dianggap bakhil. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَعْجَزُ النَّاسِ مَنْ عَجِزَ فِيْ الدُّعَاءِ وَأَبْخَلُ النَّاسِ مَنْ بَخِلَ بِالسَّلاَمِ.

Selemah-lemah manusia adalah orang yang lemah (malas) berdoa kepada Allah, dan sebakhil-bakhil manusia adalah orang yang bakhil mengucapkan salam. [HR. ath-Thabrani]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا لَقِيَ أَحَدُكَمْ أَخَاهُ فَلْيُسَلِّمْ عَلَيْهِ، فَإِنْ حَالَتْ بَيْنَهُمَا شَجَرَةٌ أَوْ جِدَارٌ أَوْ حَجَرٌ ثُمَّ لَقِيَهُ فَلْيُسَلِّمْ عَلَيْهِ أَيْضًا

Apabila salah seorang dari kalian berjumpa dengan saudaranya sesama Muslim, hendaklah ia mengucapkan salam kepadanya! Kemudian apabila keduanya terhalang pohon atau tembok atau batu lantas berjumpa lagi, maka hendaklah ia mengucapkan salam lagi. [HR. Abu Dawud]

Hadits ini dengan sangat gamblang menganjurkan salam kendati pun ia sudah mengucapkannya pada pertemuan sebelumnya. Hadits ini tidak membatasi hanya sekali salam, justru hadits ini menganjurkan agar setiap Muslim mengucapkan salam berkali-kali, karena ini merupakan kebaikan. Itulah yang dimaksud dengan ifsya-us salam (menyebarkan salam).

Anas bin Malik Radhiyallahu anhu mengatakan:

كُنَّا إِذَا كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتُفَرِّقُ بَيْنَنَا الشَّجَرَةُ فَإِذَا الْتَقَيْنَا سَلَّمَ بَعْضُنَا عَلَى بَعْضٍ

Kami (para shahabat) apabila berjalan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu kami terhalang oleh pohon lantas kami bertemu lagi, maka sebagian dari kami mengucapkan salam kepada sebagian lainnya. [HR. ath-Thabrani]

betapa pentingnya ifsya-us salam (menyebarkan salam), insya Allah akan terwujud rasa saling menyayangi dan mencintai sesama kaum Muslimin.

Salam merupakan cara untuk memulihkan hubungan yang tidak baik sesama Muslim. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ. يَلْتَقِيَانِ فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا، وَخَيْرُهُمَا الَّذِيْ لَيَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ

Tidak halal seorang Muslim tidak bertegur sapa dengan saudaranya selama tiga malam, keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu pun berpaling. Akan tetapi orang yang terbaik dari keduanya adalah yang terlebih dahulu mengucapkan salam. [HR. al-Bukhari dan Muslim]


Hal ini sebagaimana riwayat dari shahabat Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma.

Dari Thufail bin Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhuma, suatu ketika ia mendatangi Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma, kemudian ia berjalan bersamanya ke pasar. Thufail berkata, “Setiap kali ia bertemu dengan tukang loak (pedagang barang bekas), pedagang, orang miskin, atau siapa saja, ia selalu mengucapkan salam.” Thufail melanjutkan, “Suatu hari aku datang lagi ke rumah Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, lalu ia ingin ikut menemaniku ke pasar. Aku pun bertanya, ’Apa yang engkau kerjakan di pasar sedangkan engkau tidak berjual beli, tidak menanyakan harga barang-barang, dan tidak pula mau duduk-duduk di pasar.’ Aku melanjutkan, ‘Sebaiknya kita duduk-duduk saja disini sambil bercakap-cakap.’ Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma langsung menjawab, ‘Wahai Abu Bathn, sesungguhnya kita pergi ke pasar semata-mata hanya ingin mengucapkan salam saja, yaitu kita ucapkan salam kepada kaum Muslimin mana saja yang kita jumpai.’”[HR. Malik]

Ucapan salam adalah kalimat yang disenangi oleh Allah Azza wa Jalla, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman. Apabila kalimat salam diucapkan oleh kaum Muslimin setiap saat, setiap waktu, setiap hari, maka insya Allah ummat Islam ini akan selamat dari penyakit-penyakit hati dan ummat Islam akan mempunyai ‘izzah (harga diri) di hadapan ummat-ummat yang lain. 

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَفْشُوْا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ

“Sebarkanlah salam, niscaya kalian akan selamat.” [HR. al-Bukhari]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

أَفْشُوْا السَّلاَمَ كَيْ تَعْلُوْا

Sebarkanlah salam agar kalian menjadi tinggi (mempunyai ‘izzah) [HR. ath-Thabrani]

AMALAN KEDUA
"(وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ) “Berikanlah makan.”

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Rabbnya Azza wa Jalla disebutkan:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ …

Sedekah tidak mengurangi harta…[HR. Muslim]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berkata kepada Asma’ binti Abu Bakar Radhiyallahu anhma,

اِنْفَحِيْ، أَوِ انْضَحِيْ، أَوْ أَنْفِقِيْ، وَلاَ تُحْصِيْ فَيُحْصِيَ اللهُ عَلَيْكِ، وَلَا تُوْعِيْ فَيُوْعِيَ اللهُ عَلَيْكِ.

Infakkan, atau sedekahkan, atau nafkahkanlah, dan janganlah kamu menghitung-hitungnya sehingga Allah akan menghitung-hitung pemberian-Nya kepadamu. Dan Janganlah kamu menakar-nakarnya sehingga Allah menakar-nakar pemberian-Nya kepadamu. [HR. al-Bukhari dan Muslim]

Orang yang memberi makan atau berinfak pasti akan diganti oleh Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ

…Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik. [Saba’/34: 39]

Adapun jika engkau menahan rezeki yang Allah Azza wa Jalla berikan kepadamu, maka Allah Azza wa Jalla juga akan menahan rezeki-Nya kepadamu.

 

Namun yang perlu diingat, memberi makan dan berinfak serta ibadah-ibadah lainnya wajib dilakukan dengan ikhlas karena Allah. Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا ﴿٨﴾ إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. [al-Insan/76:8-9]

AMALAN KETIGA
 (وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ) “Sambunglah tali silaturrahim.”

al-Arham adalah jamak dari rahim. Maksudnya kerabat yang memiliki hubungan kekeluargaan dari ibu atau bapak, seperti paman, bibi, kakek, nenek, sepupu, dan lainnya. Mereka adalah al-arham. Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ

…Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan… [an-Nisa’/4:1]

Maksudnya bertakwalah kepada Allah Azza wa Jalla dan bertakwalah dalam urusan kekeluargaan agar engkau tidak memutusnya. Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَآتِ ذَا الْقُرْبَىٰ حَقَّهُ

Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat… [al-Isra’/17:26]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ

“Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib-kerabat…” [an-Nisa’/4:36]

Banyak ayat yang memerintahkan untuk menyambung tali silaturrahim dan ancaman bagi yang memutus tali silaturrahim. Allah Azza wa Jalla berfirman:

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ ﴿٢٢﴾ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰ أَبْصَارَهُمْ

“Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah; lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya.” [Muhammad/47: 22-23]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman :

وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۙ أُولَٰئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ

“…Dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah agar disambungkan dan berbuat kerusakan di bumi; mereka itu memperoleh kutukan dan tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” [ar-Ra’d/13:25]


AMALAN KETIGA

 (وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ) “Shalatlah di waktu malam, di saat manusia sedang tidur.”



Ini mencakup shalat-shalat wajib, seperti shalat ‘Isya dan shalat Shubuh, juga mencakup shalat malam, karena malam adalah waktunya orang-orang tidur. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya…” [as-Sajdah/32:16]

Dia berusaha untuk mengerjakan shalat wajib yang lima waktu berjamaah di Masjid. Dia juga berusaha untuk bangun di tengah malam untuk melakukan shalat Tahajjud di saat manusia sedang tidur. Di tengah malam dan di akhir malam dia gunakan untuk bermunajat kepada Allah Azza wa Jalla, shalat malam, berdoa dan minta ampun kepada Allah Azza wa Jalla atas semua dosa-dosanya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu melakukan Tahajjud sampai kakinya bengkak, ketika beliau ditanya bukankah engkau sudah diampuni dosa-dosamu yang lalu dan akan datang. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidaklah pantas aku menjadi hamba-hamba Allah Azza wa Jalla yang bersyukur?” Shalat malam adalah kebiasaan orang-orang shalih, menghapuskan dosa-dosa dan merupakan kemuliaan bagi seorang Muslim. Mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla memberikan kekuatan kepada kita untuk dapat merutinkan shalat malam meskipun sedikit.

Barangsiapa mengerjakan keempat amalan ini, yakni menyebarkan salam, memberi makan, menyambung tali silaturrahim, dan shalat malam ketika manusia tertidur, akan masuk surga dengan sejahtera, sebagaimana Allah Azza wa Jalla berfirman:

ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ آمِنِينَ

Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera dan aman. [al-Hijr/15:46]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ ۖ ذَٰلِكَ يَوْمُ الْخُلُودِ

Masuklah ke (dalam surga) dengan aman dan damai, itulah hari yang abadi. [Qaf/50: 34]

SUMBER:
[Diadaptasi dari tulisan Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas حفظه الله di majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XVI/1433H/2012M].
DIKUTIP DARI : Amal-Amal Yang Dapat Memasukkan Ke Surga Dengan Selamat
Nur Fitri Hadi, MA
August 27, 2019

Bersih Hati 


 

 

Jumat, 12 Februari 2021

KAJIAN : SEBAB- SEBAB ALLAH SWT MURKA, RENUNGAN "VALENTINE DAY"

SEBAB PERTAMA

*1. ZINA MATA, TELINGA, LISAN, TANGAN, KAKI DAN HATI, HINGGA KEMALUAN*

Sebagian anak muda yang kurang ilmu dan iman menjadikan momen Valentine Day sebagai ajang zina, mulai dari zina mata hingga kemaluan, dan semua itu dibungkus dalam satu tipuan setan yang disebut Hari “Kasih Sayang”, yang pada hakikatnya hanya mendatangkan murka Allah ‘azza wa jalla; mereka mencurahkan cinta kepada makhluk dan mengharapkan kasih sayang dari makhluk, dan mereka lupa dengan cinta dan kasih sayang Allah tabaraka wa ta'ala yang seharusnya diutamakan.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah mengingatkan,

كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الِاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ، وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُه

“Telah ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, akan mengenainya tidak mungkin tidak, maka kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah meraba, kaki zinanya adalah melangkah, hati bernafsu dan berkeinginan, dan yang membenarkan serta mendustakan semua itu adalah kemaluan.” [HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]

Oleh karena itu Allah ta’ala telah melarang semua jalan yang dapat mengentarkan kepada zina, bukan hanya zinanya, sebagaimana firman-Nya,

وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” [Al-Isra: 32]

*KAMPANYE ZINA PERUSAHAAN ASING*

Lebih parah lagi ajakan-ajakan kepada zina di Hari Valentine telah dilakukan terang-terangan, dan kadang dilakukan demi meraup keuntungan duniawi, seperti yang dilakukan oleh sebagian perusahaan asing yang menjual atau mempromosikan produk-produk cokelatnya, sehingga wajar kalau kita bertanya-tanya, apakah keberadaan sebagian perusahaan asing tersebut di negeri ini untuk misi dagang atau sekaligus menghancurkan generasi…?!

Allah ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang amat keji itu tersebar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [An-Nur: 19]

*APABILA ZINA TERSEBAR*

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ، فَقَدْ أَحَلُّوا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ

“Apabila zina dan riba telah nampak di suatu negeri, maka sungguh penduduk negeri itu telah menghalalkan azab Allah bagi diri-diri mereka.” [HR. Al-Hakim dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma, Shahihut Targhib: 2401]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

تُفْتَحُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ نِصْفَ اللَّيْلِ فَيُنَادِي مُنَادٍ: هَلْ مِنْ دَاعٍ فَيُسْتَجَابَ لَهُ؟ هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَيُعْطَى؟ هَلْ مِنْ مَكْرُوبٍ فَيُفَرَّجَ عَنْهُ؟ فَلا يَبْقَى مُسْلِمٌ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ إِلا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ إِلا زَانِيَةٌ تَسْعَى بِفَرْجِهَا أَوْ عَشَّارٌ

“Pintu-pintu langit dibuka pada pertengahan malam, lalu menyerulah seorang penyeru: Apakah ada yang mau berdoa sehingga dikabulkan doanya? Apakah ada yang mau meminta sehingga diberikan permintaannya? Apakah ada orang yang tertimpa musibah (yang memohon pertolongan Allah) sehingga dihilangkan kesusahannya? Maka tidaklah seorang muslim pun yang berdoa dengan satu doa (di waktu tersebut) kecuali Allah akan mengabulkannya, kecuali seorang wanita pezina yang menjajakan kemaluannya dan seorang pemungut pajak.” [HR. Ath-Thabrani dari ‘Utsman bin ‘Abil ‘Ash Ats-Tsaqofi radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 1073]

Rasulullah shallallahu’ alaihi wa sallam juga bersabda,

يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ ، وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ

لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ ، حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا ، إِلاَّ فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ ، وَالأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلاَفِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا

وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ ، إِلاَّ أُخِذُوا بِالسِّنِينَ ، وَشِدَّةِ الْمَؤُونَةِ ، وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ

وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ ، إِلاَّ مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ ، وَلَوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا

وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللهِ ، وَعَهْدَ رَسُولِهِ ، إِلاَّ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ ، فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ

وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللهِ ، وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ ، إِلاَّ جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ

“Wahai kaum Muhajirin, waspadailah lima perkara apabila menimpa kalian, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak menemuinya:


(1) Tidaklah perzinahan nampak (terang-terangan) pada suatu kaum pun, hingga mereka selalu menampakkannya, kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka wabah penyakit tha’un dan penyakit-penyakit yang belum pernah ada pada generasi sebelumnya.


(2) Dan tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan diazab dengan kelaparan, kerasnya kehidupan dan kezaliman penguasa atas mereka.


(3) Dan tidaklah mereka menahan zakat harta-harta mereka, kecuali akan dihalangi hujan dari langit, andaikan bukan karena hewan-hewan niscaya mereka tidak akan mendapatkan hujan selamanya.


(4) Dan tidaklah mereka memutuskan perjanjian Allah dan perjanjian Rasul-Nya, kecuali Allah akan menguasakan atas mereka musuh dari kalangan selain mereka, yang merampas sebagian milik mereka.

(5) Dan tidaklah para penguasa mereka tidak berhukum dengan kitab Allah, dan hanya memilih-milih dari hukum yang Allah turunkan, kecuali Allah akan menjadikan kebinasaan mereka berada di antara mereka.”

[HR. Ibnu Hibban, dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma, Ash-Shahihah: 106]


SEBAB KEDUA

*2. TASYABBUH, MENYERUPAI ORANG-ORANG KAFIR*

Telah dimaklumi bahwa perayaan Valentine Day berasal dari tradisi Paganisme Nasrani, dan sampai hari ini pun mereka masih merayakannya, maka ikut-ikutan merayakannya adalah tasyabbuh (penyerupaan) kepada orang-orang kafir yang termasuk dosa besar, bahkan dapat mengantarkan kepada kekafiran.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia bagian dari mereka.” [HR. Ahmad dan Abu Daud dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, Shahihul Jaami’: 6149]


Disebutkan dalam fatwa Komite Tetap untuk Pembahasan Ilmiah dan Fatwa yang diketuai oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah,


وعيد الحب هو من جنس ما ذكر؛ لأنه من الأعياد الوثنية النصرانية ، فلا يحل لمسلم يؤمن بالله واليوم الآخر أن يفعله أو أن يقره أو أن يهنئ به ، بل الواجب تركه واجتنابه استجابة لله ولرسوله وبعدا عن أسباب سخط الله وعقوبته


“Dan perayaan Valentine Day termasuk bentuk tasyabbuh terhadap orang-orang kafir, sebab ia berasal dari Paganisme Kristen, maka tidak halal bagi seorang muslim yang beriman kepada Allah ta’ala dan hari akhir untuk merayakannya, menyetujuinya, atupun sekedar mengucapkan selamat kepada yang merayakannya. Bahkan wajib untuk meninggalkannya dan menjauhinya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam, dan dalam rangka menjauhi sebab-sebab yang mengantarkan kepada kemurkaan Allah ‘azza wa jalla dan azab-Nya.” [Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 2/263 no. 21203]

SEBAB KETIGA

*3. BERSIKAP LOYAL KEPADA ORANG-ORANG KAFIR*


Mengikuti tradisi-tradisi orang kafir juga termasuk bentuk sikap loyal kepada mereka dan keridhoaan terhadap kemungkaran mereka.


Allah ta’ala telah mengingatkan,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali-wali (orang-orang yang kamu bersikap loyal kepada mereka); sebahagian mereka adalah wali bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.” [Al-Maidah: 51]

Al-Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan makna ayat ini,

ينهى تعالى عباده المؤمنين عن موالاة اليهود والنصارى، الذين هم أعداء الإسلام وأهله، قاتلهم الله، ثم أخبر أن بعضهم أولياء بعض، ثم تهدد وتوعد من يتعاطى ذلك فقال: {وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ}


“Allah ta’ala melarang hamba-hamba-Nya yang beriman untuk bersikap loyal kepada Yahudi dan Nasrani, karena mereka itu adalah musuh-musuh Islam dan kaum muslimin. Kemudian Allah ta’ala mengabarkan bahwa sebagian mereka adalah wali bagi sebagian yang lain. Kemudian Allah ta’ala mengingatkan dengan keras dan mengancam siapa saja yang loyal kepada mereka dengan firman-Nya, ‘Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim’.” [Tafsir Ibnu Katsir, 3/132]

Disebutkan dalam fatwa ulama-ulama besar yang tergabung dalam Komite Tetap untuk Pembahasan Ilmiah dan Fatwa,

وإذا انضاف إلى العيد المخترع كونه من أعياد الكفار فهذا إثم إلى إثم ؛ لأن في ذلك تشبها بهم ونوع موالاة لهم ، وقد نهى الله سبحانه المؤمنين عن التشبه بهم وعن موالاتهم في كتابه العزيز

“Dan apabila tenyata hari perayaan yang diada-adakan tersebut asalnya dari orang-orang kafir maka bertambahlah dosanya, sebab dalam hal itu terdapat tasyabbuh (penyerupaan) dan merupakan satu bentuk sikap loyal kepada orang-orang kafir. Dan sungguh Allah subhanahu wa ta’ala dalam kitab-Nya yang mulia telah melarang kaum mukminin untuk tasyabbuh dan loyal kepada orang-orang kafir.” [Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 2/263 no. 21203]

SEBAB KEEMPAT

4. BID'AH, MENAMBAH-NAMBAH HARI PERAYAAN SELAIN YANG DITETAPKAN AGAMA*

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَهَذَا عِيدُنَا

“Sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya, dan ini adalah hari raya kita (Idul Adha atau Idul Fitri).” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha]

Sahabat yang Mulia Anas bin Malik radhiyallahu’anhu berkata,

قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ قَالُوا كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ

“Ketika Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mendatangi kota Madinah, para sahabat memiliki dua hari raya yang padanya mereka bersenang-senang. Maka beliau bersabda: Dua hari apa ini? Mereka menjawab: Dua hari yang sudah biasa kami bersenang-senang padanya di masa Jahiliyah. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah telah mengganti kedua hari tersebut dengan dua hari yang lebih baik, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri.” [HR. Abu Daud, Shahih Abi Daud: 1039]

Dan ditegaskan dalam fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah,

دلت الأدلة الصريحة من الكتاب والسنة ، وعلى ذلك أجمع سلف الأمة أن الأعياد في الإسلام اثنان فقط ، هما : عيد الفطر وعيد الأضحى ، وما عداهما من الأعياد ، سواء كانت متعلقة بشخص أو جماعة أو حدث أو أي معنى من المعاني فهي أعياد مبتدعة لا يجوز لأهل الإسلام فعلها ولا إقرارها ولا إظهار الفرح بها ولا الإعانة عليها بشيء ؛ لأن ذلك من تعدي حدود الله ، ومن يتعد حدود الله فقد ظلم نفسه

“Dalil-dalil yang tegas dari Al-Qur’an dan As-Sunnah serta Ijma’ (kesepakatan) ulama Salaf (terdahulu) menunjukkan bahwa hari-hari perayaan dalam Islam hanya ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Adapun hari-hari perayaan selain itu, apakah berkaitan dengan perayaan seseorang, kelompok, kejadian atau berkaitan dengan apa saja, maka itu termasuk kategori bid’ah, tidak boleh bagi kaum muslimin untuk melakukannya, menyetujuinya, menampakkan kegembiraan ataupun membantunya sedikit pun; sebab hal itu termasuk pelanggaran terhadap ketentuan Allah ta’ala, dan barangsiapa yang melanggar ketentuan Allah maka sungguh ia telah menzalimi dirinya sendiri.” [Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 2/263 no. 21203]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Setiap bid’ah itu sesat.” [HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu’anhu]

Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim rahimahullah berkata,

فإنه لو أحدثه المسلمون لقد كان يكون قبيحًا فكيف إذا كان مما لم يشرعه نبي قط، بل أحدثه الكافرون، فالموافقة فيه ظاهرة القبح

“Sesungguhnya bid’ah itu sudah jelek apabila yang mengada-adakannya adalah kaum muslimin, maka bagaimana lagi jika bid’ah itu tidak pernah diajarkan oleh seorang nabi pun, melainkan bid’ah yang diada-adakan oleh orang-orang kafir, maka menyerupai mereka dalam bid’ah itu jelas kejelekannya.” [Al-Iqtidho, 1/423]

SEBAB KELIMA

*5. MUBAZIR, MEMBELANJAKAN HARTA UNTUK KESIA-SIAAN BAHKAN KEMAKSIATAN*

Allah ta’ala berfirman,

وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا, إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا.

“Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Rabb-nya.” [Al-Isra: 26-27]

Sahabat yang Mulia Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata,

التَّبْذِيرُ: الْإِنْفَاقُ فِي غَيْرِ حَقٍّ.

“Pemborosan adalah membelanjakan harta pada jalan yang tidak benar.” [Tafsir Ibnu Katsir, 5/69]

Al-Imam Qotadah rahimahullah berkata,

التَّبْذِيرُ: النَّفَقَةُ فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ تَعَالَى، وَفِي غَيْرِ الْحَقِّ وَفِي الْفَسَادِ.

“Pemborosan adalah pengeluaran harta dalam bermaksiat kepada Allah ta’ala, pada jalan yang tidak benar dan pada kerusakan.” [Tafsir Ibnu Katsir, 5/69]

para ulama besar yang tergabung dalam lembaga fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah,

يحرم على المسلم الإعانة على هذا العيد أو غيره من الأعياد المحرمة بأي شيء من أكل أو شرب أو بيع أو شراء أو صناعة أو هدية أو مراسلة أو إعلان أو غير ذلك ؛ لأن ذلك كله من التعاون على الإثم والعدوان ومعصية الله ورسوله ، والله جل وعلا يقول: وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Diharamkan atas seorang muslim untuk membantu perayaan Valentine Day dan perayaan-perayaan lainnya yang diharamkan, apakah membantunya dalam bentuk makanan, minuman, penjualan, pembelian, pembuatan, hadiah, pengiriman, pengumuman, atau bantuan apapun juga diharamkan, sebab hal itu termasuk tolong menolong dalam dosa dan permusuhan, serta maksiat kepada Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam. Allah jalla wa ‘ala telah berfirman,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-Maidah: 2)." [Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 2/263 no. 21203]


SUMBER DARI:

*WA Group KAJIAN ISLAM*

Ketik: Daftar

Kirim ke Salah Satu Admin:

wa.me/628111833375

wa.me/628119193411

wa.me/628111377787


*TELEGRAM*

t.me/taawundakwah

t.me/sofyanruray

t.me/kajian_assunnah

t.me/videokitabtauhid

t.me/kaidahtauhid

t.me/akhlak_muslim


*Medsos dan Website:*

– youtube.com/c/kajiansofyanruray

– Sofyan Chalid bin Idham Ruray

– instagram.com/sofyanruray.info

– twitter.com/sofyanruray

– taawundakwah.com

– sofyanruray.info