Jumat, 25 Juni 2021

6 Wasiat dari Wali Abdal

 


Dalam ilmu tasawuf, Wali Abdal adalah sekelompok orang terpilih yang memiliki kedudukan mulia di sisi Allah. Wali Abdal disebut juga paku bumi, jumlah mereka sangat sedikit sekitar 7 orang saja.


Mereka adalah manusia pengganti yang diberi karunia khusus sepeninggal Para Nabi. Jika salah seorang dari mereka wafat, maka Allah akan menggantikan kedudukannya dengan wali lain yang telah dipilih Allah.


Berikut 6 wasiat Wali Abdal yang dinukil dari Kitab At-Tadzkirul Mustofa Hal 143. 


Mudah-mudahan wasiat ini menjadi ibrah bagi kita semua.


ف وعلمت أنهم أبدال، فقلت لهم : أوصوني بوصية بالغة حتى أخاف الله مثل خوفكم . فقالوا ؛ نوصيك بستة أشياء


Berkata sebagian orang soleh: "Singgah di rumahku beberapa tamu dan aku tahu mereka adalah golongan Wali Abdal, aku katakan kepada mereka, "Berilah aku wasiat sehingga aku takut kepada Allah seperti takutnya kalian kepadanya."


Mereka menjawab: "Kami menasehatimu dengan 6 perkara, yaitu:


١. من أكثر النوم فلا يطمع في رقة قلبه

1. Barangsiapa banyak tidur, maka tidak diharap hatinya lembut.


٢. من أكثر الأكل فلا يطمع في قيام الليل

2. Barangsiapa banyak makan, maka dapat dipastikan tidak akan bangun malam untuk ibadah.


٣. من أكثر صحبة جاهل أو ظالم فلا يطمع في استقامة دينه

3. Barangsiapa banyak/sering berteman dengan orang bodoh atau zolim maka sangat kecil kemungkinannya dia akan istiqomah dalam agamanya.


٤. من كانت الغيبة والكذب عادته فلا يطمع أنه يخرج من الدنيا ومعه الإيمان

4. Barangsiapa menjadikan ghibah dan berbohong sebagai kebiasaannya, maka sangat kecil kemungkinannya dia akan mati dengan membawa iman.


٥. من كثر اختلاطه بالناس فلا يطمع في حلاوة العبادة

5. Barangsiapa banyak bergaul dengan manusia, maka sangat kecil kemungkinannya dia merasakan manisnya ibadah.


٦. من طلب رضا الناس فلا يطمع في رضا الله عز وجل

6. Barangsiapa mencari ridha (pengakuan/disenangi/dihormati) manusia, maka sangat kecil kemungkinannya dia mendapatkan ridha Allah.

Selasa, 15 Juni 2021

Dunia

 19 Syawal 1442H

31 Mei 2021M


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ


بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـنِ ٱلرَّحِيم


Hati bila tidak disibukkan dengan mengingati Allah dan Hari Akhirat, ia akan bersibuk bahkan tertipu dengan kehidupan dunia...


وَقِيۡلَ الۡيَوۡمَ نَنۡسٰٮكُمۡ كَمَا نَسِيۡتُمۡ لِقَآءَ يَوۡمِكُمۡ هٰذَا وَمَاۡوٰٮكُمُ النَّارُ وَمَا لَـكُمۡ مِّنۡ نّٰصِرِيۡنَ‏.

ذٰلِكُمۡ بِاَنَّكُمُ اتَّخَذۡتُمۡ اٰيٰتِ اللّٰهِ هُزُوًا وَّغَرَّتۡكُمُ الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَا‌ ۚ فَالۡيَوۡمَ لَا يُخۡرَجُوۡنَ مِنۡهَا وَلَا هُمۡ يُسۡتَعۡتَبُوۡنَ‏


Dan dikatakan (kepada mereka): "Pada hari ini Kami tidak hiraukan kamu (menderita di dalam azab seksa) sebagaimana kamu tidak hiraukan persediaan untuk menemui hari kamu ini; dan tempat kamu ialah neraka, dan kamu tidak akan beroleh sesiapapun yang dapat memberikan pertolongan.(34)

"(Balasan buruk) yang demikian ini ialah kerana kamu telah menjadikan ayat-ayat keterangan Allah sebagai ejek-ejekan, dan kerana kamu telah membiarkan diri kamu diperdayakan oleh kehidupan dunia". Maka pada hari itu mereka tidak akan dikeluarkan dari neraka, dan mereka tidak diberi peluang untuk bertaubat (memperbaiki kesalahannya).(35)

(Al Jatsiyyah: 34-35)


 اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَا لَعِبٌ وَّلَهۡوٌ وَّزِيۡنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٌ فِى الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَوۡلَادِ‌ؕ كَمَثَلِ غَيۡثٍ اَعۡجَبَ الۡكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيۡجُ فَتَرٰٮهُ مُصۡفَرًّا ثُمَّ يَكُوۡنُ حُطٰمًا‌ؕ وَفِى الۡاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيۡدٌ ۙ وَّمَغۡفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضۡوَانٌ‌ؕ وَمَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَاۤ اِلَّا مَتَاعُ الۡغُرُوۡرِ‏ 


Ketahuilah bahawa (yang dikatakan) kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah (bawaan hidup yang berupa semata-mata) permainan dan hiburan (yang melalaikan) serta perhiasan (yang mengurang), juga (bawaan hidup yang bertujuan) bermegah-megah di antara kamu (dengan kelebihan, kekuatan, dan bangsa keturunan) serta berlumba-lumba membanyakkan harta benda dan anak pinak; (semuanya itu terhad waktunya) samalah seperti hujan yang (menumbuhkan tanaman yang menghijau subur) menjadikan penanamnya suka dan tertarik hati kepada kesuburannya, kemudian tanaman itu bergerak segar (ke suatu masa yang tertentu), selepas itu engkau melihatnya berupa kuning; akhirnya ia menjadi hancur bersepai; dan (hendaklah diketahui lagi, bahawa) di akhirat ada azab yang berat (di sediakan bagi golongan yang hanya mengutamakan kehidupan dunia itu), dan (ada pula) keampunan besar serta keredaan dari Allah (disediakan bagi orang-orang yang mengutamakan akhirat). Dan (ingatlah, bahawa) kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan bagi orang-orang yang terpedaya.

(Al Hadid: 20)


‎قَالَ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ: مَتَاعُ الْغُرُورِ لِمَنْ يَشْتَغِلُ فِيهَا بِطَلَبِ الْآخِرَةِ، وَمَنِ اشْتَغَلَ بِطَلَبِهَا فَلَهُ مَتَاعُ بِلَاغٍ إِلَى مَا هُوَ خَيْرٌ مِنْهُ.


Sa'id bin Jubair berkata : “Dunia yang dikatakan sebagai kesenangan yang menipu adalah yang membuatmu lalai dari mencari akhirat. Adapun yang bersibuk dengan menuntut akhirat maka baginya kesenangan yang menyampaikan kepada apa yang lebih baik daripadanya.”


Ciri-ciri dunia yang menipu:


 (a) Permainan ( ٌلٓعِب )

 (b) Sesuatu yang melalaikan/senda gurau ( ٌلٓهْو )

 (c). Perhiasan ( ٌزِينٓة ).

 Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Maknanya adalah bahwasanya orang kafir sibuk sepanjang hidupnya untuk mencari perhiasan dunia tanpa beramal untuk akhirat.” 

(d) Saling berbangga ( ٌتٓفَاخُر )

(e) Berbangga-bangga tentang harta dan anak ( ٌتٓكٓاثُر )


Oleh itu, bukalah mata hatimu untuk mengenali hakikat kehidupan sebenarnya...


Bila harapan dan angan-angan sudah tidak ada faedahnya lagi...


يٰلَيۡتَنِىۡ كُنۡتُ تُرٰبًا 


"Alangkah baiknya kalau aku menjadi tanah (supaya aku tidak dibangkitkan untuk dihitung amalku dan menerima balasan)".

(An Naba': 40)


 يٰلَيۡتَنِىۡ قَدَّمۡتُ لِحَـيَاتِى‌ۚ‏ 


"Alangkah baiknya kalau aku dahulu sediakan amal-amal baik untuk hidupku (di sini)!"

(Al Fajr: 24)


يٰلَيۡتَنِىۡ لَمۡ اُوۡتَ كِتٰبِيَهۡ‌ۚ


"Alangkah baiknya kalau aku tidak diberikan Kitab amalku.

(Al Haqqah: 25)


يٰلَيۡتَنِى اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِيۡلً


"Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul".

(Al Furqan: 27)


يٰوَيۡلَتٰى لَيۡتَنِىۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِيۡلًا‏ 


"Wahai celakanya aku, alangkah baiknya kalau aku tidak mengambil si dia itu menjadi sahabat karib!

(Al Furqan: 28)


 يٰلَيۡتَـنَاۤ اَطَعۡنَا اللّٰهَ وَاَطَعۡنَا الرَّسُوۡلَا‏ 


"Alangkah baiknya kalau kami dahulu (semasa di dunia) taat kepada Allah serta taat kepada Rasul Allah.

(Al Ahzab: 66)


يّٰلَيۡتَنِىۡ كُنۡتُ مَعَهُمۡ فَاَ فُوۡزَ فَوۡزًا عَظِيۡمًا


"Alangkah baiknya kalau aku turut serta bersama-sama mereka, supaya aku juga beroleh kemenangan yang amat besar?"

(An Nisa': 73)


Kesemuanya itu adalah harapan dan angan-angan mereka yang telah mati menemui Tuhan, yang dirakam dan diputarkan kembali di dalam Al Quran agar manusia mengambil pengiktibaran. Harapan dan angan-angan yang manusia mampu mencapainya dengan amalannya ketika ia masih hidup bernyawa.


Namun, harapan dan angan-angan itu hanya mampu dicapai sebelum datang saat kematian. Bila kematian telah, ianya hanyalah menjadi keluhan penyesalan yang suadah tidak ada faedah dan manfaat untuknya.


اللهم اَيقِظْ قُلوبَنا من الغَفلة يارب العالمين. 


"Ya Allah, sedarkanlah hati kami daripada ghaflah kelalaian, wahai Tuhan Penguasa Sekelian Alam."


Justeru, selama mana masih bernyawa, usahakanlah ia, agar penyesalan tidak muncul di saat kematian datang menjemput...


~ Abu Imtiyaz ~

Kiat-Kiat Melembutkan Hati*

 *بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ* 


*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*


*📜Tausiyah Islam🕌*

 *۞اللهم صل سيدنا محمد وعل ال سيدنا محمد ﷺ۞*


*📝

*1. Perbanyak Baca Al-Quran dengan Mentadabburinya.*

 Di antara sebab lembutnya hati adalah dengan membaca Al Qur’an. Karna Al Qur’an adalah kalamullah.


*2. Perbanyak Dzikir Mengingat Allah.*


 Sebagaimana Allah firmankan dalam QS: Ar-Ra’d ayat 28 yang artinya, “Ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang.”


*3. Berteman Dengan kawan yang Baik Agamanya.*

 Tujuan untuk saling mengingatkan, menasihati dalam ketaatan. Sehingga ketika kondisi iman melemah ada yang mengingatkan.


*4. Menyayangi Anak Kecil Terutama anak kecil yang yatim.*

 Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Sayanginlah semua yang ada di bumi, niscaya Dzat yang ada dilangi akan menyayangi kalian" 

*📚(HR. Tirmidzi no. 1924 dan Abu Dawud no 4941).*


*5. Berdoa kepada Allah.*

 Perbanyak berdoa kepada allah agar dimudahkan dalam ketaantan dan diberikan kelembutan hati. Doa yang diajakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.


اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

🤲🏻(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).” 

*📚(HR. Al-Bukhari dan Muslim).*


Wallohu'alam.


*۞اللهم صل على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه وسلم ﷺ ۞*

Minggu, 13 Juni 2021

HIDAYAH ITU DIJEMPUT, BUKAN DITUNGGU*

 * 



Saudaraku

Hidayah itu mahal dan berharga

Sangat beruntung orang yang mendapat hidayah

Dia merasakan kebahagiaan dunia-akhirat

Kebahagiaan hati, ketentraman jiwa dan ketenangan yang sejati


Hidayah itu bukan ditunggu

Menunggu waktu tua dahulu

Menunggu sukses dunia dahulu

Menunggu anak dewasa dan mandiri dahulu 


Hidayah itu dijemput dengan segera

Karena taubat tidak menunggu ajalmu

Bukan lambat asal selamat

Tapi cepat agar selamat di akhirat


Hanya orang yang bersungguh-sungguh lah yang mendapatkan hidayah

Allah berfirman,


“Orang-orang yang bersungguh-sungguh (berjuang) di jalan Kami, sungguh akan Kami berikan petunjuk (hidayah) kepada mereka untuk istiqamah di jalan Kami. (QS. Al-Ankabut: 69).



Ibnul Qayyim menjelaskan ayat di atas, beliau berkata:


“Allah menggantungkan/mengkaitkan hidayah dengan perjuangan/jihad. Manusia yang paling sempurna hidayahnya adalah yang paling besar jihadnya. Jihad yang paling utama yaitu jihad mendidik jiwa, jihad melawan hawa nafsu, jihad melawan setan dan jihad melawan fitnah dunia.” [Al-Fawaid, hlm. 59]



Bersungguh-sungguh lah

melawan nafsu dunia dan syahwat yang menipu

Melawan gengsi dunia dan sombong

Melawan kerasnya hati


Bagaimana cara menjemput hidayah:


Datangi kajian dan sumber ilmu, karena hidayah dan hijrah itu harus dengan ilmu

Segera ganti dengan teman-teman yang baik dan shalih

Baca buku tata cara shalat dan perbaiki cara shalatmu

Ambil Al-Quran yang lama berdebu, bacalah dengan lama sejenak

Infaknya sebagian hartamu

Sedekahlah sembunyi-sembunyi, semoga bisa meredam murka Allah


Segera kunjungi anak yatim, usap lah kepalanya dan santuni

Ziarah ke kubur dan renungkan lah engkau akan menyusul dan dilupakan manusia

Berkunjunglah ke orang sakit dan lihat mereka menyesal tidak bisa beramal banyak lagi

Kunjungi panti jompo, lihat mereka menyesal menyia-nyiakan masa muda dengan hura-hura


Tidak lupa berdoa kepada Allah di sepertiga malam memohon hidayah kepada Allah


 


Semoga kita semua mendapatkan hidayah dari Allah

Semoga keluarga, teman dan kaum muslimin mendapatkan hidayah terbaik                                         


 *✍️Penyusun | Ustadz dr. Raehanul Bahraen*

Sabtu, 05 Juni 2021

Sukarnya dan deritanya bila dijangkiti penyakit hasad...

 13 Syawal 1442H

25 Mei 2021M


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتهُ


بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـنِ ٱلرَّحِيم




Al-Qurthubi rahimahullah (dalam kitab tafsirnya) mengatakan,


والحسد أول ذنب عصي الله به في السماء ، وأول ذنب عصي به في الأرض ، فحسد إبليس آدم ، وحسد قابيل هابيل .


 “Hasad (dengki) adalah dosa yang pertama kali dilakukan di langit dan di bumi. Di langit adalah dengkinya Iblis kepada Nabi Adam ‘alaihi salam dan di bumi adalah dengkinya Qabil kepada Habil.”

(Tafsir surah Al Falaq)


Hasad atau dengki artinya membenci datangnya nikmat Allah kepada orang lain. Jadi, hasad bukan hanya sekadar mengharapkan hilangnya nikmat Allah dari orang lain. Bahkan, ia membuahkan rasa tidak senang hati seseorang terhadap nikmat yang Allah berikan kepada seorang yang lain, samaada ia mengharap hilangnya nikmat itu atau tetap ada, tetapi ia membenci keadaan  itu.


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu beliau berkata, 


الحسد كراهة ما أنعم الله به على الغير .


“Hasad adalah kebencian seseorang terhadap nikmat yang diberikan Allah kepada orang lain.”

(Kitaabul ‘Ilmi)

 

Kebanyakan manusia tidak selamat dari hasad. Hampir seluruh manusia pernah dijangkiti hasad. 


Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, 


الحسد مرض من أمراض النفس ، وهو مرض غالب ،فلا يخلص منه إلا قليل من الناس ولهذا قيل : ما خــلا جسد من حسد ،لكن اللئيم يبديه والكريم يخفيه


“Maksudnya iaitu bahwasanya hasad adalah penyakit jiwa, dan ia adalah penyakit yang menguasai, tidak ada yang selamat darinya kecuali hanya segelintir orang. Karenanya dikatakan, “Tidak ada jasad yang selamat dari hasad, akan tetapi orang yang tercela menampakkannya dan orang yang mulia menyembunyikannya.”

(Majmuu’ Al Fatawaa)


وَقد قيل لِلْحسنِ الْبَصْرِيِّ: أيحسد الْمُؤمن فَقَالَ مَا أنساك إخوة يُوسُف لا أَبَا لَك وَلَكِنْ عَمِّه فِي صدرك فَإِنَّهُ لَا يَضرُّك مَا لم تَعْدُ بِهِ يدًا وَلِسَانًا، فَمن وجد فِي نَفسه حسدا لغيره فَعَلَيهِ أَن يسْتَعْمل مَعَه التَّقْوَى وَالصَّبْر فَيكْرَهَ ذَلِك من نَفسه، 


Pernah ditanyakan kepada Al Hasan Al Bashri : “Apakah seorang mukmin itu ada hasad (dengki)?” Beliau pun menjawab : “Tidakkah engkau ingat bagaimana kisah saudara saudaranya Yusuf?, Tidak akan dapat dihindari (oleh seorang mukmin sekalipun)?. Namun sembunyikanlah hasad itu dalam dadamu. Selama hasad itu tidak dilampiaskan , (dengan tangan dan lidah) maka penyakit itu tidak akan membahayakanmu. Barangsiapa yang mendapati pada dirinya penyakit hasad terhadap orang lain, maka hadapilah dengan taqwa dan kesabaran. Hendaklah ia membenci sifat hasad tersebut pada dirinya.

(Amrodhul qalb wa syifauha, Ibnu Taimiyah)


Penyakit ini sering berlaku di antara sesama teman dan sahabat, seperjuangan, atau yang sama darjat. Tidak hairan ahli agama hasad terhadap ahli agama, peniaga hasad kepada peniaga, pendakwah hasad kepada pendakwah yang lain. Jarang dijumpai hasad berlaku kepada  orang yang berbeza kedudukan dan darjatnya, seperti orang jahil  hasad kepada tok guru atau peniaga hasad kepada ustaz, meskipun tidak menafikan kemungkinan terjadinya.


Ibnu Rajab Al Hanbali berkata, 


الحسد مركوز في طباع البشر، وهو أن الإنسان يكره أن يفوقه أحد من جنسه في شيء من الفضائل، 


“Hasad tertanam dalam tabi’at manusia, iaitu manusia akan membenci jika ada seorangpun -yang sejenis( sedarjat) dengannya (sesama manusia)- yang mengunggulinya dalam suatu keutamaan.”

(Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam)


وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّـهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوا ۖ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ ۚ وَاسْأَلُوا اللَّـهَ مِن فَضْلِهِ ۗ إِنَّ اللَّـهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا 


“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(An-Nisa: 32)

 

Orang yang hasad selalu dalam Al Hamm ( الهم )  iaitu kesusahan atau resah memikirkan sesuatu yang belum terjadi, dan Al Hazn ( الحزن ) iaitu kesusahan memikirkan sesuatu yang sudah terjadi. Maka orang yang hasad akan dijangkiti penyakit  tidak bahagia dalam hatinya. Padahal kebahagiaan lah yang dicari oleh setiap orang. Dia memikirkan masa depan orang lain, memikirkan nikmat Allah yang diberikan kepada orang lain. Dan hatinya sakit dengan bencana yang ternyata tidak berlaku kepada orang lain. Dan kebahagiaan tidak akan datang padanya hingga penyakit hasad tersebut hilang dari dirinya.


Namun ada juga hasad yang harus dan dianjurkan.


Imam An Nawawi rahimahullah mengatakan di dalam kitabnya Syarh Muslim, para ulama mengatakan: 

“Hasad terbahagi kepada dua, iaitu hasad haqiqi dan majazi. Hasad haqiqi iaitu mengangankan hilangnya nikmat dari yang punya nikmat, dan ini haram berdasarkan kesepakatan para ulama dengan nas-nas yang sahih. Adapun Hasad majazi (ini disebut juga ghibthah, غبطة ) iaitu berangan mendapatkan nikmat semisal yang didapatkan orang lain tanpa hilangnya nikmat itu darinya. Jika dalam perkara dunia, maka boleh. Jika berkenaan dengan ketaatan maka dianjurkan.


لاَحَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسَلَّطَهُ عّلّى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا


Tidak ada hasad kecuali kepada dua orang,yang pertama; kepada seseorang yang telah diberi harta kekayaan oleh Allah dan ia habiskan dijalan yang benar, yang kedua; kepada seseorang yang telah diberi hikmah (ilmu) oleh Allah dan ia memutuskan perkara dengannya serta mengajarkannya.

(Muttafaqun alaih)


Ibnu Sirin rahimahullah berkata: 


ما حسدت أحدًا على شيء من أمر الدنيا؛ لأنَّه إن كان من أهل الجنة، فكيف أحسده على الدنيا، وهي حقيرة في الجنة؟! وإن كان من أهل النار، فكيف أحسده على أمر الدنيا، وهو يصير إلى النار؟

(نُقل من إحياء علوم الدين للغزلي )


“Aku tidak pernah hasad kepada seorang pun dalam masalah dunia, karena jika dia termasuk ahli syurga, maka bagaimana aku hasad kepadanya dalam masalah dunia, padahal dia akan masuk syurga? Dan jika dia termasuk ahli neraka, maka bagaimana aku hasad kepadanya dalam hal dunia, sedangkan dia akan masuk neraka?.”


Justeru, imbaslah hatimu wahai saudara ku jangan sampai dijangkiti...


~ Abu Imtiyaz ~

Jumat, 04 Juni 2021

Kunci kunci Rezeki

 ﷽

*ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺑَﺮَﻛَﺎﺗُﻪُ*


☘ *ONE DAY ONE HADITS* 

Kamis, 27 Mei 2021 M/ 

15 Syawal 1442 H.


*"


Kunci-kunci dan sebab-sebab datangnya rezeki yang paling penting, yang dengan itu dimohon turunnya rezeki dari Allah subhanahu wa ta’ala adalah:


*1. Istigfar dan taubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari segala dosa.*

Firman Allah subhanahu wa ta’ala tentang Nabi Nuh ‘alaihissalaam,

فَقُلۡتُ ٱسۡتَغۡفِرُواْ رَبَّكُمۡ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارٗا يُرۡسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيۡكُم مِّدۡرَارٗا وَيُمۡدِدۡكُم بِأَمۡوَٰلٖ وَبَنِينَ وَيَجۡعَل لَّكُمۡ جَنَّٰتٖ وَيَجۡعَل لَّكُمۡ أَنۡهَٰرٗا

“…Maka aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun” niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)


 

*2. Berpagi-pagi dalam mencari rezeki.*

Semestinya berpagi-pagi dalam mencari rezeki, berdasarkan sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,

اَللّهُمَّ بَارِكْ ِلأُمَّتِي فِى بُكُوْرِهَا

“Ya Allah, berkahilah umatku di pagi harinya.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi)

 

*3. Berdoa*

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (Q.S Al-Baqarah 186)

 

*4. Bertaqwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala*

Firman Allah subhanahu wa ta’ala,

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96)

 

*5. Menjauhi semua maksiat*

Firman Allah subhanahu wa ta’ala,

ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum: 41)

 

*6. Tawakkal kepada Allah subhanahu wa ta’ala*

Maknanya: Bergantungnya hati hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata-mata.

Dari ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقٌ الطَّيْرَ تَغْدُوْ خِمَاصًا وَتَعُوْدُ بِطَانًا

“Jika kalian bertawakkal kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan sebenarnya, niscaya Dia akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rizki kepada burung, ia berangkat di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali dalam kondisi kenyang.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

 

*7. Tafarrug (memusatkan diri) untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala*

Maknanya adalah: Hadirnya hati, khusyu’ dan tunduk kepada Allah subhanahu wa ta’ala saat beribadah.

Dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

يَقُوْلُ رَبُّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: يَاابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي امْلاَءْ قَلْبَكَ غِنًى وَامْلاَءْ يَدَيْكَ رِزْقًا يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَبَاعَدْ مِنِّي فَأمْلاَءْ قَلْبَكَ فَقْرًا وَامْلاَءْ يَدَيْكَ شُغْلاً أخرجه الحاكم

“Rabbmu Yang Maha Tinggi berfirman: Wahai anak Adam, pusatkanlah dirimu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku mengisi hatimu dengan kekayaan dan Aku mengisi kedua tanganmu dengan rezeki. Wahai anak Adam, janganlah engkau menjauhkan diri dari-Ku, sehingga Aku mengisi hatimu dengan kefakiran dan Aku mengisi kedua tanganmu dengan kesibukan.” (HR. al-Hakim)

 

*8. Mengikutkan antara haji dan umrah*

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu’anh, ia berkata:

تَابِعُوْا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَاِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوْبَ كَمَا يَنْفِي الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ وَالذَّهَبِ وَاْلفِضَّةِ وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُوْرِ ثَوَابٌ اِلاَّ الْجَنَّةِ

“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: ‘Ikutkanlah (teruskanlah) di antara haji dan umrah, sesungguhnya keduanya menghilangkan kefakiran dan dosa, sebagaimana ubupan (alat peniup) tukang besi menghilangkan kotoran besi, emas dan perak. Dan tidak ada pahala bagi haji mabrur selain surga.” (HR.at-Tirmidzi dan An-Nasa`i)

 

*9. Berinfak fi sabilillah*

Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

قاَلَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ

“Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: ‘Wahai anak Adam, berinfaklah niscaya Aku berinfak kepadamu.” (HR. Muslim).

 

*10. Berinfak kepada orang yang mengkhususkan diri untuk menuntut ilmu syar’i*

Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, ia berkata:

كَانَ أَخَوَانِ فِى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَكَانَ أَحَدُهُمَا يَأْتِي النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم وَاْلآخَرُ يَحْتَرِفُ فَشَكَا الْمُحْتَرِفُ أَخَاهُ اِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ

“Ada dua orang bersaudara di masa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, salah seorang dari keduanya datang kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam (untuk menuntut ilmu) dan yang lain bekerja. Maka yang bekerja mengadukan saudaranya kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, lalu Beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: ‘Bisa jadi engkau diberi rezeki karena saudaramu.” (HR. At-Tirmidzi)

 

*11. Silaturrahim*

Yaitu memberikan sesuatu berupa kebaikan kepada karib kerabat dan menolak bahaya dari mereka, serta berbuat baik kepada mereka. Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, ia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ متفق عليه

“Barangsiapa yang senang dibukakan rizkinya atau dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturrahmi.” (Muttafaqun ‘alaih)

 

*12. Memuliakan orang-orang lemah dan berbuat baik kepada mereka*

Dari Mush’ab bin Sa’ad, ia berkata, ‘Sa’ad radhiyallahu’anhu menganggap bahwa ia mempunyai kelebihan dari orang lain, maka Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ اِلاَّ بِضُعَفَائِكُمْ

“Tidaklah kamu diberi pertolongan dan diberi rezeki kecuali karena orang-orang lemah darimu.” (HR. Bukhari)

Dan pada lafaz (yang lain):

اِنَّمَا يَنْصُرُ اللهُ هذِهِ اْلأُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ وَصَلاَتِهِمْ وَاِخْلاَصِهِمْ

“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala menolong umat ini dengan orang yang lemahnya, dengan doa, shalat, dan ikhlas mereka.” (HR. An-Nasa`i)

 

*13. Hijrah fi sabilillah*

Firman Allah subhanahu wa ta’ala,

وَمَن يُهَاجِرۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ يَجِدۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُرَٰغَمٗا كَثِيرٗا وَسَعَةٗۚ وَمَن يَخۡرُجۡ مِنۢ بَيۡتِهِۦ مُهَاجِرًا إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ يُدۡرِكۡهُ ٱلۡمَوۡتُ فَقَدۡ وَقَعَ أَجۡرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا

“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisaa`: 100).

Al-Imam Abul Faraj 'Abdurrahman -Ibnul jauzi- rahimahullah bernasehat,

 💦 AKU RINDU SENYUM BAHAGIANYA AYAH DAN IBUKU...


❀━━━━━━≋≋━━━━━━❀



🖊️

برهما يكون بطاعتهما فيما يأمران به ما لم يكن بمحظور،


1️⃣. Berbakti kepada kedua orang tua adalah dengan mentaati perintah keduanya selama bukan perkara yang terlarang,


و تقديم أمرهما على فعل النافلة،


2️⃣. Mendahulukan perintah keduanya di atas melaksanakan amalan yang sunnah (jika saling berbenturan -pen.)


و الاجتناب لما نهيا عنه،


3️⃣. Menjauhi perkara-perkara yang dilarang oleh orang tua,


 و الإنفاق عليهما،


4️⃣. Memberikan nafkah kepada orang tua.


و التوخي لشهواتهما،


5️⃣. Mencari keridhaan dan kebahagian pada keinginan-keinginan mereka,


و المبالغة في خدمتهما،


6️⃣. Bersungguh-sunguh dalam berkhidmat kepada keduanya,


و استعمال الأدب و الهيبة لهما،


7️⃣. Beradab dan berlaku hormat kepada orang tua,

 

و لا يرفع الولد صوته،


8️⃣. Seorang anak tidak mengangkat suaranya (dihadapan mereka),


و لا يحدق إليهما،


9️⃣. Tidak memandang tajam kepada keduanya,


و لا يدعوهما باسمهما،


🔟. Tidak memanggil orang tua dengan namanya,


و يمشي وراءهما،


1️⃣1️⃣. (Saat berjalan), berjalan di belakang kedua orang tua,


و يصبر على ما يكره مما يصدر منهما.


1️⃣2️⃣. BERSABAR ATAS APA YANG TIDAK IA SUKAI, ATAS SEGALA YANG MUNCUL DARI ORANG TUA, (baik ucapan, perilaku, atau kemauan-pen.)".


[Birru Al-Walidain: 5]


••


💦 Betapa seringnya kita tidak sabar terhadap mereka. Dan berapa banyak hak mereka yang kita sia-sia.


Padahal sumber pahala, dan jalan menuju surga.


Duhai rindunya, saat teringat mereka tersenyum.


Air mata seakan ingin menetes saat teringat senyum itu.


Apa daya jika mereka sudah tiada. Waktu yang bergulir tidaklah akan kembali.


Sosok yang selalu perhatian tanpa kenal lelah. Berkorban dengan harta dan tenaga.


Tunggu apa lagi, bagi yang mereka masih punya. Masih ada waktu untuk membuat mereka tersenyum.


Bahagiakan dengan apa yang kita bisa; karena waktu bersama mereka, hanyalah hitungan jari jemari.


Ya Allah Ampunilah kami dan kedua orang tua kami...


✍🏼 Abu Sahilah ghafarallāhu lahu wa li wālidaihi


Https://t.me/ahlussunnahmalang


•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•

       🍃Turut menyebarkan:

WA 🌹syarhus sunnah 


_*Karena Engkau Wajib Menuntut Ilmu*_