Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary
“Bagian nafsu dalam kemaksiatan itu jelas nyata. Sedangkan
bagian nafsu di dalam ta’at, itu tersembunyi dan tidak nyata. Mengobati yang
tersembunyi itu sangat sulit terapinya.”
Bahwa nafsu itu memiliki kecenderungan maksiat dan
melakukan tindak maksiat itu sangat nyata dan jelas, karena naluri nafsu memang
demikian. Namun ketika nafsu menyelinap di balik aktivitas taat, kebajikan,
amaliah, sangat tersembunyi.
Sedangkan perselingkuhan nafsu dibalik taat dan ibadah kita
begitu tersembunyi. Tiba-tiba ia merasa lebih tinggi dibanding orang lain,
lebih suci, kemudian muncul rekayasa untuk manipulasi, dengan tujuan tertentu
atau imbalan tertentu, yang menyebabkan riya’.
Mari kita bertanya pada diri sendiri dibalik nafsu yang
tersembunyi ini. Apakah ketika kita beribadah, melakukan aktivitas kebajikan
dan amaliyah lainnya, agar kita disebut berperan? Agar disebut lebih dibanding
yang lain? Mendapat pujian dan kehormatan orang lain? Anda sendiri dan
orang-orang sholeh yang memiliki matahatilah yang mengenal karakter itu.
Ahmad bin Abul Hawary ra, mengatakan, “Siapa pun bila senang kebaikannya dipandang orang lain atau disebut-sebut, ia benar-benar musyrik dalam ibadahnya. Karena orang yang berbakti pada cinta, tidak senang bila baktinya dipandang oleh selain yang dijabdi.”
Ahmad bin Abul Hawary ra, mengatakan, “Siapa pun bila senang kebaikannya dipandang orang lain atau disebut-sebut, ia benar-benar musyrik dalam ibadahnya. Karena orang yang berbakti pada cinta, tidak senang bila baktinya dipandang oleh selain yang dijabdi.”
dikutip dari www.sufinews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar