Minggu, 07 Juli 2024

7 wasiat untuk abu dzar ghifari

 
Jandab bin Janadah, populer dengan nama Abu Dzar Al-Ghifari, termasuk sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW. Ia disebut sebagai orang yang paling baik, ramah, dan santun perangainya. ‘Ali bin Abi Thalib, sebagaimana yang dikutip Al-Mizi dalam Tahdzibul Kamal mengatakan, “Saya mendengar Rasulullah SAW berkata, ‘Setiap nabi diberikan tujuh orang (sahabat) mulia dan halus (sifat dan tabiatnya), sementara aku diberikan 14 orang yang baik lagi halus bawaannya.’” Di antara sahabat yang dimaksud Rasulullah SAW ialah Abu Dzar Al-Ghifari. Menurut catatan sejarah, Abu Dzar pertama kali masuk Islam di Mekah, kemudian dia kembali ke kampung halamannya, dan pergi ke Madinah ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke sana. Sahabat ini meninggal pada tahun 32 hijriah, tepatnya masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan. Semasa hidupnya, Rasulullah pernah berpesan tujuh hal kepada pemuda berkulit sawo matang ini. Wasiat ini terekam dalam kitab Bughyatul Bahits ‘an Zawaid Musnad Harits karya Ibnu Abi Usamah (w 282 H).
 Isinya berikut ini: 
أوصاني خليلي بسبع:
 أنظر إلى من هو أسفل مني، ولا أنظر إلى من هو فوقي،
 وأن أحب المساكين وأن أدنوا منهم،
 وأن أقول الحق وإن كان مرا،
 وأن لا أسأل أحدا شيئا،
 وأن أصل الرحم وإن أدبرت، 
وأن لا أخاف الله لومة لائم
 وأن أكثر من قول لا حول ولا قوة إلا با الله

" Artinya, “Karibku  (Nabi Muhammad SAW) mewasiatkan tujuh hal kepadaku: 
pertama, agar aku senantiasa melihat orang yang di bawahku dan jangan sekali-kali melihat orang yang di atas; 
kedua, mencintai orang miskin dan mendekati mereka; 
ketiga, selalu berkata benar, meskipun pahit; 
keempat, tidak meminta-minta kepada siapapun; 
kelima, menjalin tali silaturahmi sekalipun mereka berpaling;
keenam, tidak takut dicaci ketika berdakwah di jalan Allah, 
ketujuh; memperbanyak membaca la haula wa quwwata illa billah.”

Tujuh pesan yang disampaikan Nabi SAW ini tentu tidak terkhusus untuk Abu Dzar semata. Kendati wasiat ini disampaikan kepadanya, namun makna hadits ini tetap berlaku umum. Siapapun dianjurkan bahkan diwajibkan. Ini sejalan dengan kaidah, al-‘ibratu bi ‘umumil lafdzi la bi khususis sabab (yang menjadi patokan keumuman redaksi hadits, bukan konteks spesifiknya). Dilihat dari isi wasiatnya, sebagian besar nasihat Nabi SAW ini sangat layak dijadikan panduan menjalani kehidupan. Terlebih lagi, kontennya tidak hanya berisi ibadah ritual, tapi juga berupa panduan etika, motivasi hidup, dan panduan bermasyarakat. Misalnya, Nabi meminta untuk melihat orang yang di bawah kita dan jangan terlalu fokus pada orang yang di atas kita. Maksudnya, dalam menjalani kehidupan tentu ada yang memiliki kelebihan dan kekurangan, sering kali kita iri terhadap orang yang diberikan kelebihan, akibatnya kita malah menjadi orang yang kurang bersyukur. Dengan memperhatikan kondisi hidup orang di bawah kita baik dari sisi ekonomi, pendidikan, maupun kesehatan, hal ini akan memupuk keprihatinan dan rasa syukur terhadap nikmat yang sudah diberikan Tuhan. Begitu pula dengan anjuran mencintai fakir miskin dan mendekati mereka. Kita dituntut memperhatikan mereka dan memberikan sebagian kelebihan yang kita miliki  untuk membantu kehidupan mereka. Memberikan bantuan terhadap fakir miskin tersebut membuat ikatan persaudaraan dan kemanusiaan kita semakin menguat. Semoga kita dapat mengamalkan isi wasiat ini. Wallahu a’lam. (Hengki Ferdiansyah)


Sumber: https://www.nu.or.id/syariah/ini-tujuh-wasiat-rasulullah-kepada-abu-dzar-Zmp0g

Wasiat Rasulullah SAW kepada Abu Dzar Al Ghifari
1. Mencintai Orang Miskin
Wasiat yang pertama ialah mencintai orang miskin. Orang miskin yang dimaksud ialah mereka yang serba tidak berkecukupan dan tidak memiliki harta untuk mencukupi hidup namun enggan mengemis.

Dalam mencintai orang miskin, Allah SWT memerintahkan kaum muslimin untuk bersedekah dan zakat. Sedekah tidak terikat oleh waktu dan aturan, berbeda dengan zakat yang wajib dikeluarkan setahun sekali.

2. Melihat pada Orang yang Lebih Rendah dari Segi Materi
Wasiat kedua yaitu berkaitan dengan gaya hidup. Nabi Muhammad berwasiat agar kaum muslimin melihat kepada orang yang lebih renda dari segi materi dan penghidupan.

Dengan demikian, kita dilarang berkaca pada orang yang lebih kaya. Hal tersebut akan menimbulkan sifat dengki dan berujung tidak bersyukur atas segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT.

"Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan," (HR Bukhari)

3. Menyambung Tali Silaturahim
Wasiat selanjutnya adalah menyambung tali silaturahim. Hal ini sangat ditegaskan dalam Islam, bahkan Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk berbuat demikian.

Menyambung tali silaturahmi dapat memperkuat ukhuwah islamiyah, Allah berfirman dalam surat An Nisaa ayat 1,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Arab latin: Yā ayyuhan-nāsuttaqụ rabbakumullażī khalaqakum min nafsiw wāḥidatiw wa khalaqa min-hā zaujahā wa baṡṡa min-humā rijālang kaṡīraw wa nisā`ā, wattaqullāhallażī tasā`alụna bihī wal-ar-ḥām, innallāha kāna 'alaikum raqībā

Artinya: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu,"

4. Memperbanyak Ucapan Hauqalah
Ucapan hauqalah ialah Laa haula walaa quwwata illa billah. Wasiat ini disampaikan oleh Rasulullah karena termasuk ke dalam zikir yang memiliki keutamaan dahsyat.

Arti dari kalimat tersebut adalah "Tidak ada daya dan upaya kecuali dari pertolongan Allah," karenanya ucapan itu menegaskan kelemahan kita di hadapan Allah SWT.

5. Berani Berkata Benar Meski Pahit
Kelima, wasiat yang disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada Abu Dzar Al Ghifari ialah berani berkata benar walaupun pahit. Jujur lebih utama dan lebih baik daripada dusta, sepahit apapun kenyataan.

Nabi Muhammad bersabda,

"Jihad yang paling utama adalah mengatakan kalimat yang hak (benar) kepada penguasa yang zalim," (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)

6. Tidak Takut pada Celaan dalam Berdakwah
Wasiat lainnya yang diberikan kepada Abu Dzar Al Ghifari yaitu agar tidak takut pada celaan dalam berdakwah, Allah SWT berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 39:

ٱلَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَٰلَٰتِ ٱللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُۥ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا ٱللَّهَ ۗ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ حَسِيبًا

Arab latin: Allażīna yuballigụna risālātillāhi wa yakhsyaunahụ wa lā yakhsyauna aḥadan illallāh, wa kafā billāhi ḥasībā

Artinya: "(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan,"

7. Tidak Mengemis
Wasiat yang terakhir adalah tidak meminta-minta. Rasulullah SAW mengatakan semiskin apapun seseorang, jangan sekali-kali menjadi peminta.

Mengemis termasuk ke dalam perbuatan yang tidak mencerminkan sikap dan jiwa seorang muslim. Oleh sebab itu Islam melarang umatnya untuk meminta-minta.

Namun, perlu diketahui meminta-minta diperbolehkan dengan catatan untuk kemaslahatan umat. Contohnya seperti meminta sedekah pembangunan masjid, sarana pendidikan, atau anak yatim dan fakir miskin. Yang dilarang ialah meminta-minta untuk kepentingan pribadi.

Baca artikel detikhikmah, "7 Wasiat Nabi Muhammad kepada Abu Dzar Al Ghifari, Termasuk Larangan Mengemis" selengkapnya https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6789277/7-wasiat-nabi-muhammad-kepada-abu-dzar-al-ghifari-termasuk-larangan-mengemis.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar