Enam perkara yang dapat melenyapkan amal baik kita. Nanti kita akan sibuk bertanya, Ya Allah, mana solatku, mana puasaku, mana perginya zakatku, mana haji dan umrah ku, mana hilangnya segala amal jariah ku ???
1. AL ISTIGHLAL BI'UYUBIL KHOLQI (sibuk dengan aib orang lain); sehingga lupa pada aib diri sendiri. Semut di seberang kelihatan sedang gajah di pelupuk mata tidak kelihatan.
2. QASWATUL QULUB ( hati yang keras) Kerasnya hati terkadang lebih keras dari batu karang. Sulit menerima nasihat.
3. HUBBUN DUNYAH ( cinta terhadap dunia) Merasa hidupnya hanya di dunia sahaja maka segala perbuatannya tertumpu kepada kenikmatan dunia sehingga lupa akan hari esok di akhirat.
4. QILLATUL HAYA' (terlalu sedikit rasa malunya). Jika seseorang telah kehilangan rasa malu maka akan melakukan apa saja tanpa takut dosa.
5. THULUL AMAL ( panjang angan- angan), merasa hidupnya masih lama di dunia ini sehingga enggan untuk memohon ampun dan bertaubat.
6. DHULMUN LA YANTAHI (kezaliman yang tak pernah berhenti) perbuatan maksiat itu biasanya menjadi kecanduan bagi pelakunya. Jika tidak segera taubat dan berhenti maka sulit untuk meninggalkan kemaksiatan tersebut.
Mudah-mudahan kita semua dijauhkan dari perkara perkara ini sehingga tetap istiqomah dalam ketaqwaan.
Saudaraku, untuk berjalan menuju Allah ada tangga bertingkat-tingkat yang dijalani oleh sang hamba. Tangga level tertinggi yang dapat dijangkau hamba namanya tangga mahabbah. Level dimana hamba telah menjadi kekasih Allah, Tuhan Yang Maha tinggi lagi Maha Perkasa.
Setiap kita bermimpi untuk meraih level tersebut tentunya, betapa tidak, bagaimana rasanya jika kau dikenal, dicintai dan dekat dengan orang nomer satu di negerimu, sebut saja raja atau presiden, pastilah hatimu berbunga-bunga dan semua orang akan iri padamu dengan kedekatanmu padanya, maka bagaimana pula bila engkau dekat dengan pencipta alam semesta, dicintainya, dikasihinya, dibelanya..?
Dalam kitab Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim menyebutkan 10 sebab yang menyebabkan seorang hamba memperoleh level mahabbah ini;
1️⃣Banyak membaca Alquran diiringi dengan tadabbur, pemahaman terhadap apa yang kau baca, melakukan perintahnya, menjauhi larangannya, membenarkan beritanya.
2️⃣Memperbanyak ibadah sunnah setelah melakukan segala yang Allah wajibkan.
3️⃣Memperbanyak zikrullah dengan segenap lisan, hati dan fikiran, dengan mengamalkan zikir-zikir yang datang dari Nabi, baik berupa zikir pagi dan sore, zikir bangun tidur, zikir mau makan , masuk rumah, dst..
4️⃣Mendahulukan apa yang diridhoi dan dicintai Allah dari apa yang kau cintai dan gandrungi manakala antara keduanya bertemu.
5️⃣Menyelami samudera keindahan nama-nama dan sifat-sifat Allah, bak kata pepatah ”tak kenal maka tak sayang”, maka semakin kau kenal dari nama-nama dan sifat-sifatnya yang dia jelaskan dalam kitab dan sunnah NabiNya, kau akan bertambah cinta padaNya semakin meresapi arti penghambaan yang sebenarnya. Jalur inilah yang telah berusaha dipotong oleh Ahlul kalam, jahmiyyah dan muktazilah, firauninyyah.
6️⃣Meresapi di dalam hati dan mengakui betapa luasnya rahmat dan pemberian Allah pada hamba, betapa deras curahan karunia dan rezekiNya yang tak terbilang. Bilamana diceritakan ada orang yang baik dermawan, berakhlak mulia, maka hatimu kan mencintainya walaupun mungkin belum bertemu dengannya, bagaimana pula dengan Zat yang segala kebaikan yang ada padamu datang dariNya..?
7️⃣Merintih dan menghinakan dirimu dihadapan kebesaranNya, menampakkan kekerdilanmu dan kenaifan dirimu dihadapan kesempurnaanNya.
8️⃣Berkhulwat menyendiri bersama Allah disepertiga malam terakhir, di waktu nuzul ilahi ke langit dunia.
9️⃣Bermajlis dengan orang-orang sholeh yang memilah-milah perkataan baik dari yang buruk sebagaimana petani kurma dan anggur mensortir panen mereka.
🔟Menjauhkan segala yang menjadi penghalang hati menuju Allah, dari segala yang melalaikan hamba, pada saat ini hp dan gadged-lah penghalang terbesar bagi hati untuk sampai kepada Allah.
Inilah sobat tips meraih kecintaan Allah, mari bersama kita resapi dan coba praktekkan, semoga saja Allah menyampaikan kita pada tangga mahabbah ini, amin ya Rabb.
Ditulis oleh,
Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى
"Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya."(Saba' : 39)
Katakanlah wahai Nabi Allah kepada mereka yang tertipu dengan harta-harta dan anak-anak mereka : Sesungguhnya Tuhanku yang meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya; Sebagai ujian dan hikmah. Kemudian Allah menasihati mereka yang sering berinfak untuk keperluan yang baik, Allah juga mengabarkan bahwa akan mengganti orang-orang yang ikhlas di dunia dengan pahala di akhirat, sebagaimana sabda Nabi ﷺ : Tidaklah berkurang sedekah dari harta. Dialah Allah yang maha memberi rezeki dan kebaikan yang diberikan.
Siapa saja yang menginfakkan hartanya dalam kebaikan –khususnya jihad fi sabilillah- dari harta yang halal dan hanya mencari ridha Allah, maka Allah akan lipat gandakan pahala dan balasan untuknya. 1 kebaikan menjadi sepuluh sampai 700 kali lipatnya. Bahkan sampai jumlah tak terbatas. Ini sesuai kondisi orang berinfak, niat dan kebutuhannya.
Ibnu Katsir رحمه الله berkata,
مهما أنفقتم من شيء فيما أمركم به وأباحه لكم، فهو يخلفه عليكم في الدنيا بالبدل، وفي الآخرة بالجزاء والثواب
"Apapun yang kamu infakkan dalam apa yang diperintahkan kepadamu atau yang dimubahkan bagimu, maka Dia akan memberikan gantinya untukmu di dunia, dan di akhirat dengan ganjaran dan pahala."
Hal ini dengan sejalan dengan firman Allah di hadits Qudsi,
أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ
"Berinfaklah, niscaya Aku berinfak kepadamu." (Muttafaq 'Alaih)
"Tiada hari melainkan pada pagi harinya ada dua malaikat yang turun. Lalu salah satunya berucap (berdoa): Ya Allah, berilah ganti untuk orang yang berinfaq. Sedangkan yang lain berdoa: Ya Allah timpakanlah kehancuran kepada orang yang kikir (tidak berinfaq)." (Muttafaqun 'alaih)
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (Al-Baqarah: 245)
Dari ayat ini, Allah juga sanggah anggapan sebagian orang, kalau ia keluarkan infak maka akan miskin. Bahwa Allah yang mengatur rizki para hamba-Nya. Dialah yang melapangkan dan menyempitkan rizki seseorang. Orang yang berinfak tidaklah menyempitkan rizkinya. Sebaliknya, pelit infak tidaklah melapangkan rizkinya. Bersamaan itu, dalam ayat ini, Allah akan berinfak akan mendapatkan balasan memuaskan atas infaknya; baik di dunia dengan ganti berlipat maupun di akhirat dengan balasan kenikmatan yang tiada tara.
Keyakinan ini akan menjadi penawar atas bisikan syetan yang menakut-nakuti orang berinfak dengan kemiskinan sehingga tidak menginfakkanya dalam keridhaan Allah.
"Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah: 268)
Ibnu Katsir berkata tentang firman Allah,
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ
"Syetan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan", maksudnya: ia menakut-nakuti kalian dengan kefakiran supaya kalian tetap menggenggam tangan kalian, sehingga tidak menginfakkanya dalam keridhaan Allah.
Setiap orang mempunyai takdirnya masing-masing. Ada orang yang ditakdirkan penuh kebahagiaan, ada pula yang ditakdirkan untuk menjalani beragam cobaan menyakitkan.
Takdir yang dituliskan Allah merupakan hal terbaik dalam hidup kita, walau terkadang yang terbaik itu tak selalu indah.
Takdir memang sudah digariskan, tetapi bukan berarti tidak pernah berubah dan kita tetap wajib ikhtiar.
Syekh Ibrahim Al Bajuri di dalam kitabnya Tuhfatul Murid halaman 96, menegaskan kalau takdir itu ada 2 macam, takdir yang bisa berubah sepenuhnya, yaitu takdir muallaq dan ada takdir yang pasti dan tidak bisa berubah, yaitu takdir mubram.
1. Takdir Muallaq (Takdir yang bisa berubah sepenuhnya)
Yaitu takdir yang bisa berubah secara utuh, berbeda sepenuhnya dari takdir yang telah tertulis. Takdir ini dapat berubah berdasarkan terpenuhinya syarat. Seperti kita ditakdirkan kaya, namun di 'Azali Allah telah menulis jika bermaksiat maka ia menjadi miskin. Atau ditakdirkan miskin, tetapi jika beramal shaleh dan berdoa maka akan menjadi kaya.
Karena itu ikhtiar doa dalam Pandanga Ahlussunnah Wal Jamaah sangat bermanfaat, disamping pasti dapat pahala krn berdoa hukumnya sunat, juga berkemungkinan besar merobah takdir Muallaq
والدعاء ينفع مما نزل ومما لم ينزل وإن البلاء لينزل ويتلقاه الدعاء فيتعالجان إلى يوم القيامة. والدعاء ينفع في القضاء المبرم والقضاء المعلق. أما الثانى فلا استحالة في رفع ما علق رفعه منه على الدعاء ولا في نزول ما علق نزوله منه على الدعاء
Doa bermanfaat terhadap apa yang datang dan apa yang belum datang (dari langit). Bala pun akan datang dan bertemu dengan doa. Keduanya (bala dan doa) senantiasa ‘berperang’ hingga hari qiamat. Doa bermanfaat pada qadha mubram dan qadha muallaq. Perihal yang kedua (qadha muallaq), maka tidak mustahil menghilangkan putusan yang penghilangannya digantungkan pada doa dan tidak mustahil mendatangkan putusan yang penghadirannya digantungkan pada doa.
2. Takdir Mubram (Takdir yang pasti)
Yaitu takdir yang pasti terjadi, namun hanya cara terjadinya yang mungkin berubah. Seperti ditakdirkan bahwa hari ini kita akan ditimpa bebatuan besar, tapi karena kebaikan dan amal shaleh serta do’a yang kita perbuat hari ini, batu tersebut memang mengenai kita, namun berubah dalam bentuk kerikil yang banyak. Begitu pula kematiaan dan umur seseorang, itu pasti terjadi dan tidak berubah. Hanya saja, terkadang, cara berubah atau maksud dari ditambah umur adalah dengan cara umurnya diberkati (bertambah dalam kebaikan)
وأما الأول فالدعاء وإن لم يرفعه لكن الله تعالى ينزل لطفه بالداعى كما إذا قضى عليه قضاء مبرما بأن ينزل عليه صخرة فإذا دعا الله تعالى حصل له اللطف بأن تصير الصخرة متفتتة كالرمل وتنزل عليه
Adapun perihal yang pertama (takdir mubram) maka dengan berdoa, meskipun do'a tidak berefek terangkatnya bala, namun Allah akan mendatangkan kelembutanNya kepada orang yang berdo'a. Sebagaimana saat Allah menentukan satu keputusan yang tidak bisa di ganggu gugat, seperti keputusan Allah menurunkan sebuah batu yang besar terhadap hambanya, maka jika hamba tersebut berdoa, maka ia akan merasakan sifat lutfun dari Allah, dengan proses jadilah batu yang besar tadi hancur seperti pasir, kemudian baru diturunkan kepada hamba yang berdo'a tadi.
Dengan pengetahuan tentang takdir ini, maka marilah berusaha untuk terus menjadi lebih baik. Terlepas bagaimana takdir yang tertulis, kita perlu menempuh langkah-langkah yang baik demi bertemu dengan takdir yang baik. Karena Setiap dosa dan ibadah yang kita lakukan selalu bisa merubah takdir dan haluan hidup kita. Jika itu ibadah, maka akan berbuah takdir yang manis di dunia terlebih di akhirat. Jika itu maksiat (dosa) maka akan berujung pada kesengsaraan di dunia dan tentunya di akhirat.
Dan, jangan lupa sertakan doa dan harapan atas segala usahamu. Sebab, doa itu bagaikan benteng dalam bertahan, dan ibarat pedang dalam berjuang. Sementara harapan, itu adalah gelora semangatmu, yang memperkokoh dirimu untuk menggenggam erat benteng pertahanan, dan memperkuat jiwa berjuangmu dalam ayunan pedang.
Dan jangan pernah bersedih, jika usaha dan do’amu berbanding terbalik dengan harapan. Jangan membenci takdir, dan jangan membenci usahamu. MANUSIA MEMANG WAJIB BERUSAHA, BUKAN WAJIB BERHASIL. MANUSIA BISA BERENCANA, NAMUN HASIL AKHIR ADALAH HAK SANG PENCIPTA.
Kita wajib bersyukur, atas beragam nikmat dalam hidup. Allah telah memberikan ribuan nikmat hebat; nikmah iman, dan nikmat islam. Tidak perlu mengeluh kehilangan nikmat yang kecil sekali. Beryukurlah bahwa hari ini, kita masih beriman, sehingga tidak kekal di dalam neraka jahannam.
Bersyukurlah bahwa hari ini kita menjadi orang islam, sehingga semua ibadah dan kebaikan kita terhitung sebagai pahala. Dan semoga, kita masih memiliki nikmat iman dan islam ini, mempertahankannya sehebat mungkin atas ijin Allah, walaupun diatas sakitnya sakratul maut dimana sekaligus kita kehilangan sebagian akal pula.
Maka tidak perlu khawatir, jika hidup kita ternyata biasa-biasa saja, bahkan, seringkali berhadapan dengan masalah dan cobaan yang tak kunjung berakhir. Karena kita belum kehilangan sesuatu yang penting yaitu IMAN. Kebahagiaan di dunia ini, bukanlah sesuatu yang penting. Hidup mulus di dunia, bukan berarti indah. Keindahan sejati hanyalah di akhirat; di dalam surga. Disanalah layak disebut kebahagiaan. Maka jika akhirat yang menjadi fokus kebahagiaan kita, kita tidak akan peduli seberapa sakit takdir di dunia ini. Dan andaipun pernah menjatuhkan air mata, itu sekedar menampakkan kelemahan diri pada Yang Maha Segalanya, yang membawa kita untuk meminta pertolongan kepada Allah, hanya berharap segala sesuatu kepada Allah.
Untuk aku, kamu dan kita, teruslah menjadi baik, milikilah harapan untuk menjadi baik. Jika pernah salah, cobalah untuk menyadari bahwa itu adalah kesalahan, dengan menjadi penuntut ilmu agama, lalu segeralah memperbaiki kesalahan tersebut.
Untuk aku, kamu dan kita, semoga mampu bertahan dari ribuan sakit dunia ini, demi kebahagian sejati di akhirat nanti. Semoga kita bahagia, meskipun tidak ditakdirkan bahagia di dunia, tapi semoga ditakdirkan bahagia di akhirat nanti..Aamiin.
Manusia adalah mahluk yang netral, diberi nafsu dan juga qolbu , dimana sebelum di lahir kan ,sebelum ruhnya di tiupkan dalam alam kandungan Alloh telah telah mengambil janji mereka tentang ke imanan nya Kepada Alloh....
Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyerumu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia (Allah) telah mengambil perjanjianmu, jika kamu adalah orang yang beriman, (QS. Al Hadid [57]:8).
Dan kemudian ketika sudah terlahir di dunia semua ingatan tentang perjanjian iman itu di hilangkan oleh Alloh .... Untuk menguji mereka , dan Alloh menjanjikan kepada manusia juga sebuah tempat yang menyenangkan berupa surga jika manusia menepati janjinya akan ketaatannya kepada Alloh ta'ala.... Dan juga menjanjikan neraka ketika manusia lalai akan janjinya.....
Dan Alloh selalu mengutus seorang rosul untuk mengingatkan manusia dr janjinya tersebut.... Dengan mu'jizat , kecerdasan dan juga logika, tapi masih banyak dari manusia yang lupa , dan gagal melogikan apa yang telah di sampaikan utusanNya ,....
Sesungguh nya kau menyembah Alloh ataupun tidak itu sama sekali tidak berpengaruh padaNYA , tidak menjadikan DIA lebih tinggi jika kau sembah , tidak pula menjadikannya rendah ketika kau durhaka , karna dia sudah maha tinggi .... Dan sesungguhnya peribadahan mu itu kembalinya hanya untuk dirimu sendiri... !!!
Jika Alloh menginginkan semua mahluknya untuk menyembahNya itu sangatlah mudah bagiNYA , Allah telah menciptakan malaikat yang hanya taat kepadaNya , Alloh juga menciptakan iblis yang hanya durhaka kepadanya...
Silahkan bertanya , jika saya bisa akan saya jawab....
"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri."
(QS. Luqman 31: Ayat 18)
Al-Imam Ibnu Hibban al-Busty rahimahullah berkata: "Sesungguhnya tidaklah seorangpun menyombongkan diri terhadap orang lain, sampai dia merasa ujub dengan dirinya sendiri dan menganggap dirinya memiliki kelebihan atas orang lain."
(Raudhatul Uqala' hlm. 60)
#2.Perangkap kedua, *RIYA* = memperlihatkan atau memamerkan diri saat berbaik kebaikan agar disanjung manusia.
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya’. Allah akan mengatakan kepada mereka pada hari Kiamat tatkala memberikan balasan atas amal-amal manusia “Pergilah kepada orang-orang yang kalian berbuat riya’ kepada mereka di dunia. Apakah kalian akan mendapat balasan dari sisi mereka?” [HR Ahmad, V/428-429 dan al Baghawi dalam Syarhus Sunnah, XIV/324, no. 4135 dari Mahmud bin Labid. Lihat Silsilah Ahaadits Shahiihah, no. 951]
#3.Perangkap ketiga, *SUM'AH = Setelah berbuat baik, memperdengarkannya kepada orang lain untuk berharap pujian.
“Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada orang lain (agar orang tahu amalnya), maka Allah akan menyiarkan aibnya di telinga-telinga hambaNya, Allah rendahkan dia dan menghinakannya”. [HR Thabrani dalam al Mu’jamul Kabiir; al Baihaqi dan Ahmad, no. 6509. Dishahihkan oleh Ahmad Muhammad Syakir. Lihat Shahiih at Targhiib wat Tarhiib, I/117, no. 25].
#4.Perangkap keempat, *TAKABUR* = Sombong atau angkuh dengan merasa lebih baik dan meremehkan orang lain.
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat dzarrah (biji atom)”.
[HR Muslim, no. 91; Abu Dawud, no. 4091; at Tirmidzi, no. 1999 dan al Baghawi, no. 3587 dari hadits Abdullah bin Mas’ud].
*TIPS AGAR TIDAK MERASA LEBIH BAIK DARI ORANG LAIN.*
Berikut tips cara memandang orang lain agar terhindar dari perasaan sombong, ujub, dan merasa lebih baik, yang terdapat dalam Kitab Syarh Rotibul Haddad;
Jika kamu melihat anak kecil, maka ucapkanlah dalam hatimu, _"Anak ini belum bermaksiat kepada Allah, sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepadaNya. maka tidak diragukan lagi bahwa anak ini jauh lebih baik dariku.”_
Jika kamu melihat orang tua, maka ucapkanlah dalam hatimu, _"Dia telah beribadah kepada Allah jauh lebih lama dariku, maka tidak diragukan lagi bahwa dia lebih baik dariku.”_
ﻭﺍﻥ رأيت ﻋﺎﻟﻤﺎ ﻗﻠﺖ : ﻫﺬﺍ قد أﻋﻄﻲ ما لم أعط وبلغ ما لم أبلغ وعلم ما جهلت فكيف أكون مثله
Ud'uu : fiil amar wuku jama' mudakar arti kalimat [wajib berdo'a kamu semua manusia dan jin laki" perempuan]
Nii : Nun Wikoyah "Penghalang antara kalimah fiil dan ya mutakalim.
Ii : Ya mutakalim a' Dzom arti kalimat Yakni; cuman hanya kepadaku [ Alloh]
Astajib: Fi'il mudore tingkah jazem jadi jawab amar lfad ud'u alamat jazem ny sukun wuku mutakalim wahdah, ma'na lfad [maka yakin /pasti aku akan mengkobulkan
Lakum : Lam haraf jar bima'na intifa
Kum : Majrurun bi lam arti kalimat [manfaat buat kalian semua]
Jangan sampai doa permintaanmu kepada Allah itu engkau jadikan sebagai alat (sebab) untuk mencapai pemberian Allah, niscaya akan kurang pengertianmu (ma’rifatmu) kepada Allah, tetapi hendaknya doa permintaanmu semata-mata untuk menunjukan kerendahan kehambaanmu dan menunaikan kewajiban terhadap kemuliaan kebesaran dan kekayaan Tuhanmu.
jadi kalau kita meminta kepada Allah, jangan menganggap karena kita minta, Allah memberi, jika demikian berarti Allah diatur kita. Bagi kita, berdoa itu adalah ibadah, ikhtiar itu adalah amal sholeh, perkara Allah memberi itu terserah Allah saja.
Kita diperintahkan berdoa bukan untuk memberitahu Allah tentang keperluan kita, karena Allah maha tau, bahkan Yang Menciptakan kita punya keperluan juga Allah, jadi sebelum kita minta, Allah sudah tau keperluan kita, kenapa Allah tau keperluan kita? Karena dia yang menciptakan keperluan kita.
Kita tidak mengerti kenapa kita lapar, tapi lapar,kita perlu makanan. Allah yang menciptakan kita lapar, dan Allah juga yang tau kalau kita tidak ada makanan, kita tidak bisa ibadah kepada-NYA. Allah menciptakan haus, Allah juga yang menyediakan air.
Kalau setiap permintaan selalu berbuah pemberian, bagaimana kalau kita tidak minta, pasti tidak ada pemberian.
Sekarang banyak mana? banyak mintanya? atau banyak pemberian Allahnya?kalau setiap pemberian harus lewat minta, bagaimana? repot kita, sedang kita tidak tau semua keperluan tubuh kita. Misal:“ya Allah tolong panjangkan rambut saya, dengan kecepatan, coba mau berapa kecepatannya, 1 cm/menit, tolong ya Allah, komposisi rambut, jangan terlalu keras, nanti berdiri semua, jangan juga kekecilan, dan tolong ya Allah warnanya seragam.”
Rumit…, itu baru rambut, belum kebutuhan semua anggota tubuh ini, rumit sekali tubuh ini, dan tidak minta, dicukupi, benar?
Jadi antara keperluan dengan permintaan beda, meminta ke Allah itu adalah ibadah, doa itu “mukh al-‘ibadah” saripatinya ibadah.
Yang terpenting dari doa bukan terkabulnya, yang terpenting dari doa adalah kita jadi hamba Allah, bener-bener merunduk, “saya itu tidak berdaya Allah yang maha kuasa, saya itu bodoh Allah yang maha tahu, saya itu miskin gak punya apa-apa, Allah yang punya segala-segala, saya itu kotor berlumur dosa, hanya Allah yang maha suci”.
Kalau doa bisa membuat kita nyungsep laahaulaawalaquwwata illabillah, itu sudah berhasil doanya.
Dikasih apapun bentuknya, mau cocokdengan yang kita minta, mau tidak cocok, tidak apa-apa, karena yang penting dari doa itu adalah berhasilnya kita mentauhiidkan Allah.
Dikabulkannya doa juga tidak harus cocok dengan yang kita inginkan, karena yang kita inginkan belum tentu yang terbaik menurut Allah, kitakan menginginkan sesuatu cendrung hawa nafsu.
Jadi yang penting dari doa itu sebetulnya bukan fokus dikabulkannya tapi fokus: mentauhiidkan Allah, mensucikan Allah, dan pengakuan atas kehambaan diri kita.
Taubat yang diterima dan benar memiliki beberapa tanda. Diantaranya:
أن يكون بعد التوبة خيرا مما كان قبلها.
Setelah bertaubat menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Dan antaranya juga:
أنه لا يزال الخوف مصاحبا له لا يأمن مكرالله طرفة عين فخوفه مستمر إلى أن يسمع قول الرسل لقبض روحه:
Rasa takut menjadi pendampingnya dia tidak aman dengan makar Allah sekejap mata pun, dan takutnya akan terus menyertai sampai mendengar utusan Allah (Malaikat maut) untuk mencabut nyawanya:
"أﻻ تخافوا و لا تحزنوا و أبشروا بالجنة التي كنتم توعدون" [فصلت:30]
فهناك يزول الخوف.
"Janganlah kalian takut dan bersedih serta bergembiralah dengan syurga yang dijanjikan untuk kalian".
(Fushshilat: 30)
Di sanalah (syurga) rasa takut akan hilang.
Dan antaranya lagi:
انخلاع قلبه وتقطعه ندما و خوفا و هذا على قدر عظم الجناية و صغرها.
Rasa putus asa dalam hati dan Hancur sebagai wujud penyesalan dan rasa takut, ini sesuai kadar besar dan kecil perbuatan buruknya.
و هذا تأويل ابن عيينه لقوله تعالى:
Dan inilah tafsir Ibnu 'uyainah terhadap firman Allah SWT yang ertinya:
"لايزال بنيانهم الذي بنوا ريبة في قلوبهم إلا أن تقطع قلوبهم"
"Dan bangunan-bangunan yang mereka didikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan, kecuali jika hati mereka telah hancur".
(At-taubah: 110)
Beliau (Ibnu uyainah) berkata:
تقطعها بالتوبة.
Hancurnya hati dengan bertaubat
ولاريب أن الخوف الشديد من العقوبة العظيمة يوجب انصداع القلب وانخلاعه وهذا هو تقطعه وهذا حقيقة التوبة.
Dan tidak diragukan lagi bahawasanya rasa takut yang amat sangat bahagian dari hukuman besar yang menciptakan rasa pilu dan putus asanya hati, inilah kehancuran hati dan inilah hakikat taubat.
ومن موجبات التوبة الصحيحة أيضا:
Diantara yang akan muncul dalam taubat yang benar adalah:
كسرة خاصة تحصل للقلب لا يشبهها شيء و لا تكون لغير المذنب.
Remuknya hati dengan ciri khusus tidak ada yang menyerupai dan tidak terdapat di dalam hati pelaku dosa lainnya.
لاتحصل بجوع و لا رياضة و لا حب مجرد و إنما هي أمر وراء هذا كله؛
Ini tidak diraih dengan berlapar diri, berolah raga, dan sekadar cinta, dan ini sesungguhnya perkara di belakang itu semua.
تكسر القلب بين يدي الرب كسرة تامة قد أحاطت به من جميع جهاته، و ألقته بين يدي ربه طريحا ذليلا خاشعا؛
Remuknya hati di hadapan Allah adalah proses remuk yang sempurna yang meliputi dirinya dari segala arah dan menyerahkannya ke hadapan Tuhan-Nya dalam keadaan pasrah, hina dan takut.
فمن لم يجد ذلك في قلبه فليتهم توبته و ليرجع إلي تصحيحها، فما أصعب التوبة الصحيحة بالحقيقة و ما أسهلها باللسان و الدعوى!
Maka barangsiapa yang belum mendapatkan demikian di hatinya hendaknya ia curigai taubatnya dan segera kembali untuk memperbaikinya. Alangkah sulitnya taubat yang benar secara nyata dan alangkah mudahnya sekadar di lisan dan pengakuan semata!
وما عالج الصادق بشيء أشق عليه من التوبة الخالصة الصادقة.
Dan tidak ada penawar bagi orang yang jujur dengan sesuatu yang lebih berat dari taubat yang tulus dan jujur.
ولا حول و لا قوة إلا بالله.
Dan tidak ada upaya serta daya melainkan atas izin Allah.
“Kehidupan seorang muslim tidak dapat dicapai dengan sempurna, kecuali mengikuti jalan Allah Subhanahu wa Taala yang dilalui secara bertahap. Tahapan-tahapan itu antara lain: Taubat, Sabar, Faqir, Zuhud, Tawakal, Cinta, Makrifat dan Redha."
(Imam Al-Ghazali Rahimahullah Taala)
Lembutkanlah hati kita, usah biarkan ia menjadi keras, zikirlah istighfar dan taubat dengan penuh kerendahan hati. Umpama memohon sesuatu dari orang
yang kita sayangi.
Luruskan niat kita jangan campur adukan masa ibadah dengan duniawi.
Jadikanlah hamba sebenar hamba.
Taubat adalah pintu keselamatan bagi seseorang untuk menyelamatkan diri mereka daripada azab Allah. Allah tidak akan mengampunkan dosa seseorang selagi mana ianya tidak bertaubat.
Bilamana seseorang itu tidak berdosa sekalipun, dia bertaubat, taubatnya itu dikira ibadah.
Justeru, bertaubatlah sebelum pintu taubat tertutup...
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: "Jangan salahkan Allah ﷻ jika Dia menangguhkan penerimaan doamu dan jangan pula kau jemu untuk berdoa.
Sebab sesungguhnya jika kamu tak memperoleh, kamu pun tak rugi.
Jika Dia tak segera menerima doamu di kehidupan duniawi, maka Dia akan menyisakan bagimu pahala di kehidupan kelak.
Rasulullah ﷺ bersabda :
"Pada Hari Kebangkitan,hamba- hamba Allah akan mendapati dalam kitab amalnya berbagai amal yang tak dikenalinya.
Lalu, dikatakan kepadanya bahwa itu adalah balasan dari doa-doanya di kehidupan dunianya yang belum dikabulkan disana."
Saat engkau berdoa, kau juga harus selalu berada dalam dua keadaan, yakni :
💠Kesadaran untuk selalu berdzikir kepada Allah.
💠Dan kesadaran untuk mentauhidkan-Nya, sepanjang waktu, setiap saat, siang atau malam, sehat atau sakit, suka atau duka. Atau, tahan saja doamu sambil menunjukkan keridlaan dan kepasrahan menerima kehendak Allah.
Seperti jasad mati di hadapan orang memandikannya atau seperti bayi di tangan perawat, atau seperti bola polo di depan pemain polo, yang menggulirkannya dengan tongkat polonya.
Dan, ketahuilah, takdir pun membolak-balikkan dirimu sekehendak-Nya."
✨📚 [Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Adab As-Suluk wa at-Tawassul ila Manazil al-Muluk].
Menurut Imam Nawawi Al-Bantani, seorang ahli hikmah pernah ditanya: “Jika ada seorang hamba bertobat, apakah dia bisa mengetahui bahwa tobatnya itu diterima atau tidak?“
Dia menjawab: “Aku tidak bisa memberi hukumnya, hanya saja tobat yang diterima itu memiliki tanda-tanda, yaitu:
1) Tidak merasa dirinya terpelihara dari
kemaksiatan;
2) Hatinya merasa bahwa kegembiraan itu jauh,
sedang kesedihan itu dekat;
3) Senang berdekatan dengan orang-orang yang
berbuat baik, sekaligus menjauhi orang-orang
yang berbuat buruk;
4) Memandang harta miliknya yang sedikit terasa
banyak dan memandang amal akhiratnya yang
banyak terasa sedikit;
5) Sibuk dengan ketaatan kepada Allah dan tidak
menyibukkan diri dalam mengais rezeki yang
telah dijamin oleh Allah;
6) Selalu memelihara lisannya, sering bertafakkur,
Kunci-kunci dan sebab-sebab datangnya rezeki yang paling penting, yang denganKUNCI2 REZEKI" itu dimohon turunnya rezeki dari Allah subhanahu wa ta’ala adalah:
1. Istigfar dan taubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari
segala dosa:
Firman Allah subhanahu wa ta’ala tentang Nabi Nuh ‘alaihissalaam,
“…Maka aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun” niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)
Firman Allah subhanahu wa ta’ala tentang Hud ‘alaihissalaam,
“Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabbmu lalu tobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS. 11: 52)
2. Berpagi-pagi dalam mencari rezeki:
Semestinya berpagi-pagi dalam mencari rezeki, berdasarkan sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,
اَللّهُمَّ بَارِكْ ِلأُمَّتِي فِى بُكُوْرِهَا
“Ya Allah, berkahilah umatku di pagi harinya.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi)
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (Q.S Al-Baqarah 186)
“‘Isa putera Maryam berdo’a: “Ya Allah Rabb kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau, beri rezekilah kami, dan Engkau-lah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.” (Q.S Al-Maaidah 114)
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaaq: 2-3)
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96)
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum: 41)
6. Tawakkal kepada Allah subhanahu wa ta’ala:
Maknanya: Bergantungnya hati hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata-mata.
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 3)
Dari ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Jika kalian bertawakkal kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan sebenarnya, niscaya Dia akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rizki kepada burung, ia berangkat di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali dalam kondisi kenyang.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
7. Tafarrug (memusatkan diri) untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala:
Maknanya adalah: Hadirnya hati, khusyu’ dan tunduk kepada Allah subhanahu wa ta’ala saat beribadah.
Dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Rabbmu Yang Maha Tinggi berfirman: Wahai anak Adam, pusatkanlah dirimu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku mengisi hatimu dengan kekayaan dan Aku mengisi kedua tanganmu dengan rezeki. Wahai anak Adam, janganlah engkau menjauhkan diri dari-Ku, sehingga Aku mengisi hatimu dengan kefakiran dan Aku mengisi kedua tanganmu dengan kesibukan.” (HR. al-Hakim)
8. Mengikutkan antara haji dan umrah:
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu’anh, ia berkata:
“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: ‘Ikutkanlah (teruskanlah) di antara haji dan umrah, sesungguhnya keduanya menghilangkan kefakiran dan dosa, sebagaimana ubupan (alat peniup) tukang besi menghilangkan kotoran besi, emas dan perak. Dan tidak ada pahala bagi haji mabrur selain surga.” (HR.at-Tirmidzi dan An-Nasa`i)
“Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: ‘Wahai anak Adam, berinfaklah niscaya Aku berinfak kepadamu.” (HR. Muslim).
10. Berinfak kepada orang yang mengkhususkan diri untuk menuntut ilmu syar’i:
Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, ia berkata:
كَانَ أَخَوَانِ فِى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَكَانَ أَحَدُهُمَا يَأْتِي النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم وَاْلآخَرُ يَحْتَرِفُ فَشَكَا الْمُحْتَرِفُ أَخَاهُ اِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ
“Ada dua orang bersaudara di masa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, salah seorang dari keduanya datang kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam (untuk menuntut ilmu) dan yang lain bekerja. Maka yang bekerja mengadukan saudaranya kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, lalu Beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: ‘Bisa jadi engkau diberi rezeki karena saudaramu.” (HR. At-Tirmidzi)
11. Silaturrahim (Menjaga dan Menyambung Hubungan Kekerabatan dan Kekeluargaan):
Yaitu memberikan sesuatu berupa kebaikan kepada karib kerabat dan menolak bahaya dari mereka, serta berbuat baik kepada mereka. Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, ia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang senang dibukakan rizkinya atau dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturrahmi.” (Muttafaqun ‘alaih)
12. Memuliakan orang-orang lemah dan berbuat baik kepada mereka:
Dari Mush’ab bin Sa’ad, ia berkata, ‘Sa’ad radhiyallahu’anhu menganggap bahwa ia mempunyai kelebihan dari orang lain, maka Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisaa`: 100)
[Dari kitab Mukhtashor Al-Fiqh Al-Islami karya Asy-Syaikh Muhammad bin Abdullah At-Tuwaijiri hafizhahullah]
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’anul Karim, yang artinyal
“Wanita (istri) shalehah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka.” (An-Nisa: 34).
Dari ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa istri yang shalehah ialah istri yang taat kepada suami dikarenakan Allah SWT. Namun, apakah hanya itu yang membuat seorang istri dinyatakan sebagai seorang istri yang shalehah?
Maka, berikut ini akan dijelaskan mengenai ciri-ciri istri yang shalehah baik menurut Al-Qur’an maupun hadist, yakni:
Taat dan Bertaqwa kepada Allah SWT
Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya;
“Wanita dinikahi karena empat hal yakni karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan karena agamanya. Maka dapatkanlah wanita yang taat beragama niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Bukhari).
Berdasarkan hadist tersebut, jelas bahwa yang diutamakan ialah seorang wanita yang taat beragama untuk dijadikan sebagai istri. Karena wanita yang taat beragama, ia patuh dan tunduk kepada Allah Sang Khaliq dan bertaqwa kepadanya. Insya Allah, tiada wanita yang bertaqwa kepada Allah akan berlaku khianat kepada suaminya kelak karena wanita yang taat dan bertaqwa kepada Allah sadar akan hak dan kewajibannya sebagai seorang istri.
Bisa membaca AL-Qur’an (Mengaji)
Sangat diutamakan bagi seorang wanita untuk bisa mengaji atau membaca Al-Qur’an. Semakin baik lagi jika mampu menghafal ayat-ayat Allah tersebut. Tidak hanya itu, mengerti dan memahami serta mengamalkan apa-apa yang terkandung di dalam Al-Qur’an sangat baik untuk dilakukan karena Al-Qur’an sendiri merupakan tuntunan hidup yang langsung diberikan oleh Allah SWT kepada kita umat manusia.
Membiasakan diri mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an kepada anak ketika seorang wanita sedang hamil juga sangat baik untuk dilakukan, yang insya Allah mampu membantu merangsang perkembangan otak janin. Karena itu, istri yang shalehah sangat diutamakan untuk bisa membaca Al-Qur’an.
Berperilaku terpuji (akhlakul karimah)
Seorang istri yang shaleh tidak akan berbuat maksiat maupun lalai terhadap apa-apa yang menjadi tanggung jawabnya. Senantiasa bersikap lemah lembut, bertutur kata yang baik dan terpuji, serta bersikap sopan dan santun terhadap suami.
Itulah sebabnya mengapa islam menganjurkan untuk memeilih calon pendamping hidup sesuai syariat agama, karena wanita shalehah adalah sebaik-baiknya perhiasan di dunia. Terlebih untuk membangun rumah tangga dalam Islam yang sakinah, mawadah warahmah.
Menjaga rahasia maupun aib suami
Istri yang shalehah tidak akan pernah menceritakan atau membeberkan keburukan atau kekurangan suami karena itu merupakan aib suami. Istri shalehah juga tidak akan pernah menceritakan perihal hubungan intim mereka kepada orang lain. Sebagaimana dalam sebuah hadist diceritakan sebagai berikut:
Asma binti Yazid RA menceritakan bahwasanya ia pernah berada di sisi Rasulullah SAW ketiak kaum lelaki dan wanita juga sedang duduk. Rasulullah SAW kemudian bertanya;
“Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya?” Maka semua orang yang ada di sana diam, tidak menjawab. Kemudian Asma binti Yazid RA menjawab; “Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami).” Rasulullah SAW pun bersabda: “Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya sementara manusia menontonnya.” (HR. Ahmad).
Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.”(HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy- Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287).
Melayani suami dengan baik
Tugas seorang istri ialah melayani suami (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya, termasuk melayani kebutuhan biologis suami. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya;
“Jika seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur, tapi istrinya tidak mau melayaninya, lalu suami tidur dalam keadaan marah. Maka Malaikat melaknat istrinya hingga datang waktu pagi (subuh).”
Puteri Nabi Muhammad SAW, yakni Sayyidah Fathimah binti Muhammad SAW, dengan suaminya Ali bin Abi Thalib. Fathimah sangat patuh terhadap suami. Bahkan kedua tangan beliau sampai lecet-lecet karena menggiling gandum. Kemudian ketika beliau datang ke tempat Ayahandanya, ingin meminta seorang pembantu, sang Ayah pun memberikan nasihat berupa;
“Maukah aku tunjukkan kepada kalian berdua apa yang lebih baik daripada seorang pembantu? Apabila kalian ingin mendatangi tempat tidur kalian atau ingin berbaring bacalah Allaahuakbar 34 kali, Subhanallah 33 kali, dan Alhamdulillah 33 kali. Ini lebih baik daripada seorang pembantu.” (HR. Bukhari).
Melayani suami dengan baik termasuk kedalam kewajiban istri terhadap suami, oleh karenanya apa saja yang istri lakukan untuk suami, untuk kebahagian dan kepuasan suami merupakan ladang pahala bagi sang istri.
Tidak pemarah
Dalam kehidupan berumah tangga selalu ada suka dan dukanya. Bahkan tak jarang kesalahan kecil bisa memicu perdebatan antar suami istri. Demi mencegah hal demikian, salah satu ciri daripada istri shalehah ialah tidak mudah marah, terutama atas perbuatan salah yang mungkin sengaja maupun tidak sengaja dilakukan oleh suami. Sebab manusia memang tidak ada yang sempurna, pasti ada saja perbuatan salah yang dilakukannya.
Sebagai istri hendaknya tidak mudah terpancing emosi serta tidak menghakimi suami atas kesalahan yang dibuatnya. Istri shalehah akan berutur kata lembut dan memaafkan perbuatan salah suami, kemudian memberitahukannya dengan baik-baik bahwa perbuatan suami itu adalah salah sehingga suami bisa mawas diri dan tidak akan mengulangi kesalahannya lagi. Dengan demikian, perselisihan pun bisa dihindari.
Memperindah dan mempercantik diri untuk suami
Sungguh keliru jika seorang wanita berpikir bahwa ia hanya perlu bersolek atau mempercantik diri dihadapan orang lain, sementara dihadapan suami hanya berpenampilan seadanya; bahkan ada yang berpikir tidak perlu merias diri jika dihadapan suami sendiri. Padahal, justru dihadapan suamilah seharusnya seorang istri membaguskan penampilannya karena memang suami adalah maharamnya dan halal untuk melihat dirinya.
Sedangkan jika dihadapan khalayak ramai, seorang wanita diwajibkan untuk menutupi auratnya. Rasulullah SAW bersabda yang artinya;
“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalehah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud).
Bersegera ketika melayani suami
Adalah wajib bagi istri untuk memenuhi kebutuhan biologis atau hasrat suami ketika diminta, terkecuali dalam keadaan atau alasan tertentu yang tidak memungkinkan untuk istri memenuhinya (sesuai syar’i). Maka, seorang istri yang shalehah akan bersegera untuk memenuhi permintaan suami tersebut, sebab ia tahu bahwa sesuai dengan hadist Rasulullah SAW yang artinya;
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR. Muslim).
Menjaga harga diri dan kehormatan dengan sebaik-baiknya
Istri yang shalehah pasti menjaga diri dan kehormatannya dengan baik terutama ketika ia tidak sedang bersama suaminya. Kesalahan besar bagi seorang istri yang berhubungan intim kecuali dengan suaminya karena zina merupakan dosa besar yang dilaknat Allah SWT, sebagaimana firman-Nya yang artinya;
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa’ : 32).
“Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Mumtahanah : 12).
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nuur : 2-3).
Kemudian juga diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda yang artinya; “Tiga jenis orang yang Allah tidak mengajak berbicara pada hari kiamat, tidak mensucikan mereka, tidak melihat kepada mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih: Orang yang berzina, penguasa yang pendusta, dan orang miskin yang sombong.” (HR Muslim).
Diriwayatkan dari Al-Miqdad bin Al-Aswad RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabatnya;
“Bagaimana pandangan kalian tentang zina?” Mereka berkata, “Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya maka ia haram sampai hari kiamat.” Beliau bersabda, “Sekiranya seorang laki-laki berzina dengan sepuluh orang wanita itu lebih ringan daripada ia berzina dengan isteri tetangganya.” (HR. Bukhari).
Perhatian kepada suami
Tidak hanya perempuan yang ingin selalu diperhatikan, tetapi lelaki pun juga sama. Sebagai seorang istri, maka istri yang shalehah tidak akan egois menempatkan dirinya saja yang ingin selalu dimanja oleh suami, melainkan ia sadar bahwa suami pun perlu untuk selalu diperhatikan dan diperlakukan dengan baik. Perhatian bisa ditunjukkan dengan cara istri selalu sigap memenuhi kebutuhan suami, bahkan hanya dengan sebuah senyuman ketika menyambut suami pulang bekerja pun sudah termasuk perhatian kepadanya.
Pandai bersyukur terhadapa kebaikan suami
Apapun yang diberikan suami, asalkan itu halal adanya, maka seorang istri harus pandai bersyukur atas apa-apa yang telah diberikan kepadanya. Istri yang shalehah tidak akan mengabaikan kebaikan yang diberikan suamianya.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya;
“Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: “Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali.” (HR. Bukhari).
Menyenangkan hati suami
Sebagai istri, tiada yang lebih baik dibandingkan melihat suami yang tersenyum ikhlas dan senang melihat kita. Oleh sebab itu, penting bagi seorang istri untuk selalu berusaha menyenangkan hati suami, karena ini juga merupakan salah satu ciri istri yang shalehah.
Melegakan hati suami
Rasulullah SAW bersabda yang artinya;
”Bagi seorang mukmin laki-laki, sesudah takwa kepada Allah SWT, maka tidak ada sesuatu yang paling berguna bagi dirinya, selain istri yang shalehah. Yaitu, taat bila diperintah, melegakan bila dilihat, ridha bila diberi yang sedikit, dan menjaga kehormatan diri dan suaminya, ketika suaminya pergi.” (HR. Ibnu Majah).
Memiliki sifat amanah (dapat dipercaya)
Rasulullah SAW bersabda yang artinya;
”Ada tiga macam keberuntungan (bagi seorang lelaki), yaitu: pertama, mempunyai istri yang shalehah, kalau kamu lihat melegakan dan kalau kamu tinggal pergi ia amanah (dapat dipercaya) serta menjaga kehormatan dirinya dan hartamu.” (HR. Hakim).
Dapat memberikan ketenangan
Allah SWT berfirman yang artinya;
”Di antara tanda kekuasaan-Nya, yaitu Dia menciptakan pasangan untuk diri kamu dari jenis kamu sendiri, agar kamu dapat memperoleh ketenangan bersamanya. Sungguh di dalam hati yang demikian itu merupakan tanda-tanda (kekuasaan) Allah bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum : 21).
Di sinilah diperlukannya sifat saling terbuka serta selalu menempatkan diri sebagai seorang yang bisa diandalkan sekaligus bisa menjadi tempat sandaran bagi suami, baik dalam suka maupun duka dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
Tidak keluar rumah tanpa seizin suami
Tidak dibenarkan kepada seorang istri keluar dari rumahnya kecuali atas izin suami dan dengan tujuan yang jelas serta untuk kebaikan. Maka, janganlah ketika menjadi seorang istri justru pergi keluyuran keluar rumah terlebih ketika suami tidak ada hanya untuk mengobrol dengan tetangga yang ujung-ujungnya bisa berubah menjadi mengghibah bahkan fitnah.
Istri yang shalehah tahu dan sadar akan kewajibannya untuk menjaga diri sehingga ia tidak akan pergi dari rumah jika tidak memiliki keperluan dan tanpa izin suami. Allah SWT berfirman yang artinya;
“Maka wanita yang shaleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). (QS. An-Nisaa : 34).
Tidak pencemburu
Cemburu dimulai dari rasa curiga karena tingkat kepercayaan yang sedikit. Seorang istri terkadang merasa khawatir tentang apa yang dilakukan oleh suaminya ketika suami sedang bekerja atau ketika mereka tidak bersama. Maka, istri yang shalehah akan meminta kepada Allah SWT agar suaminya selalu dalam lindungan-Nya serta dijauhkan dari hal-hal yang buruk dan membuat fitnah.
Istri shalehah tidak akan mencurigai suami ini itu bahkan sampai menuduhnya, yang akhirnya akan berujung pada pertikaian yang sebenarnya tidak perlu.
Tidak malas
Tidak ada istri shalehah yang bersifat pemalas, baik dalam urusan rumah tangga maupun urusan pribadinya sendiri. Sebagai seorang istri, ia sadar akan tugas dan tanggung jawabnya sehingga tidak akan bermalas-malasan sedangkan ia tahu bahwa suami bekerja untuk memenuhi nafkah mereka.
Istri yang shalehah rajin melakukan pekerjaan apapun, tidak terkecuali soal mengurus rumah seperti mencuci piring atau mengepel. Semua itu ia lakukan semata-mata untuk mendapat ridha Allah SWT, serta untuk menyenangkan suami. Istri yang rajin, pasti akan disayang suami juga.
Tidak menyibukkan diri sendiri saat bersama suami
Terutama ketika di rumah, istri sholehah tidak akan membuat atau mengerjakan pekerjaan yang menjadikan dirinya nampak sibuk ketika bersama suami. Akibatnya, suami tidak dapat bermanja-manja dengannya. Termasuk dalam hal ini ialah mengerjakan ibadah-ibadah sunnah sekalipun.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya;
“Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya.” (HR. Bukhari).
Menjaga kehormatan dan harta suami
Istri yang shalehah senantiasa menjaga kehormatan dan kebaikan rumah tangganya baik saat suami ada maupun sedang bepergian. Istri yang shaleh juga tidak akan tamak dengan menghambur-hamburkan harta pemberian suami, melainkan menjaganya dengan baik, serta dibelanjakan dengan cara yang baik pula.
Tidak membantah ucapan suami
Seorang istri tidak benar apabila membantah perkataan suaminya, terkecuali jika yang dikatakan suami adalah salah. Meski salah pun, sebagai istri harus berbicara dan menasihati dengan lemah lembut agar tidak terjadi kesalahpahaman yang tidak perlu. Di sinilah pentingnya manajemen emosi dan komunikasi.
Karena pria kadang cenderung lebih tempramen sebab lebih banyak mengandalkan logika dibandingkan perasaan terutama ketika sedang terlibat perbedaan pendapat dengan istri, perempuan justru sebaliknya, lebih mempertimbangkan perasaan dibandingkan kenyataannya. Sehingga, diharapakan seorang istri mampu menenangkan suaminya apabila ia sedang marah dan tidak membantah atau mengacuhkannya.
Cerdas
Istri shalehah ialah istri yang cerdas, bukan sekedar pintar. Sebab, cerdas berarti seorang istri memiliki intelegensi yang baik dan berbanding lurus dengan kecerdasan emosional. Istri yang cerdas inilah yang menjadi dambaan daripada setiap pria. Sebab, dari istri shalehah yang cerdaslah mampu dihasilkan keturunan yang cerdas pula. Karena wanita yang cerdas, insya Allah dapat memberikan pendidikan dan menjadi panutan yang baik bagi anak-anak kelak.
Tidak melimpahkan tanggung jawab pada suami
Istri yang shalehah telah mengetahui apa-apa saja yang menjadi tugas dan kewajibannya sebagai seorang istri terhadapa suami. Termasuk dalam kewajiban istri ialah memenuhi segala kebutuhan suami seperti menyediakan makan dan merawat anak. Jangan sampai pekerjaan tersebut justru dilimpahkan kepada suami, sampai ada sebutan suami rumah tangga.
Istri shalehah tidak akan pernah membiarkan suaminya mengerjakan pekerjaan rumah yang memang sewajarnya adalah tugas istri. Ini juga agar tidak membebani suami yang telah memiliki kewajibannya sendiri yakni untuk menafkahi keluarga.
Tidak mengizinkan sembarang orang masuk ke dalam rumah
Istri yang shalehah tidak akan pernah sembarangan mengizinkan orang lain masuk ke dalam rumah, apalagi orang asing dan berlawanan jenis yang bukan mahramnya. Hendaknya meminta izin kepada suami, terutama ketika suami sedang tidak berada di rumah.
Hal ini semata-mata untuk menghindari terjadinya fitnah maupun hal-hal yang tidak diinginkan. Serta untuk menjaga harga diri dan kehormatan istri sendiri. Singkatnya, demi kebaikan istri dan keluarga juga.
Menghormati mertua maupun keluarga suami
Mertua ialah ibu dari suami, yang dengan kata lain sebagaimanapun jadinya, seorang suami tetaplah seorang anak yang harus berbakti kepada ibunya (sama saja halnya dengan istri yang sekalipun tanggung jawabnya telah ada pada suami, ia tetap harus berbakti kepada orang tuanya). Namun bedanya tanggung jawab suami sebagai anak tetap sama sekalipun ia telah memiliki istri. Oleh sebab itu, istri yang shalehah tidak akan pernah merasa cemburu jika suaminya banyak memerhatikan ibunya, justru istri shalehah akan bangga karena suaminya sangat berbakti kepada ibunya.
Istri shalehah juga tidak akan berkeras hati maupun emosi terhadapa ibu mertua yang terkadang ada yang memiliki sikap tidak mengenakkan (misalnya suka mengatur ini itu). Istri shalehah akan mengalah namun tetap bersikap baik serta berusaha mengambil hati sang Ibu mertua.
Bersegera meminta maaf
Sebagai manusia yang tidak pernah luput dari salah dan khilaf, seorang istri yang shalehah sekalipun pasti tidak akan luput dari dosa. Maka, ketika merasa telah melakukan hal yang salah, bersegeralah meminta maad kepada suami dan tidak pernah menunda-nundanya.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya;
“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang wanita-wanita kalian penduduk surga? Yaitu wanita yang penyayang (kepada suaminya), yang subur, yang selalu memberikan manfaat kepada suaminya, yang jika suaminya marah maka iapun mendatangi suaminya lantas meletakkantangannya di tangan suaminya seraya berkata; “Aku tidak bisa tenteram tidur hingga engkau ridho kepadaku.“ (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Sahihah no 287).
Bersedia diajak shalat malam
Nabi Besar Muhammad SAW bersabda yang artinya;
“Apabila seorang lelaki (suami) membangunkan istrinya di waktu malam hingga keduanya mengerjakan shalat atau shalat dua rakaat semuanya, maka keduanya dicatat termasuk golongan laki-laki dan perempuan yang berzikir.” (HR. Abu Dawud).
Ibadah shalat malam merupakan salah satu ibadah sunnah yang sangat mulia. Maka, ketika seorang suami mengajak istrinya yang tengah terlelap tidur untuk bangun mengerjakan shalat sunnah di tengah malam, sesungguhnya wanita yang mendapat suami demikian adalah sangat beruntung. Istri yang baik pun tidak akan menolak ajakan suaminya tersebut bahkan sebaliknya, bila perlu istrilah yang mengajak suami untuk melakukan ibadah shalat malam tersebut yang artinya bersama-sama mengajak dalam kebaikan.
Sabda Rasulullah SAW yang artinya;
“Semoga Allah merahmati seorang lelaki (suami) yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan istrinya hingga istrinya pun shalat. Bila istrinya enggan, ia percikkan air ke wajahnya. Dan semoga Allah merahmati seorang wanita (istri) yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan suaminya hingga suaminya pun shalat. Bila suaminya enggan, ia percikkan air ke wajahnya.” (HR. Abu Dawud).
Tidak menunjukkan wajah sedih
Istri yang shalehah tidak akan menunjukkan raut wajah sedihnya dihadapan suami terlebih ketika suami sedang bergembira. Juga tidak akan berlaku sebaliknya yakni ketika suami sedang bersedih, istri justru menunjukkan wajah gembira. Senantiasa, istri yang shalehah tahu di mana dan bagaimana ia harus menempatkan diri dihadapan suaminya agar suami senang dan merasa lega, serta tidak membuat suami merasa terbebani. Karena istri yang shalehah akan berusaha memahami dan memaklumi sikap dan sifat suaminya.
Mencium tangan suami
Mencium dan menyalami tangan suami ketika ia berangkat maupun kembali dari bekerja atau bepergian merupakan salah satu wujud dari sikap taat dan patuh terhadap suami.
Tidak meninggikan suara dihadapan suami
Beberapa orang mungkin ada yang terbiasa atau pada dasarnya memang memiliki suara yang cukup tinggi bahkan ketika berbicara pun ia akan terlihat seperti berteriak. Namun, itu bukan menjadi alasan untuk tidak bersikap lembut dihadapan suami. Sebab, istri yang shalehah akan berusaha sebisa mungkin bertutur kata yang lembut serta tidak meninggikan suaranya terutama dihadapan suami.
Wangi
Tubuh yang bersih dan wangi tidak hanya untuk menjaga kesehatan diri sendiri tetapi juga agar suami senantiasa tertarik dan senang ketika memandang dan berada dekat dengan istri. Maka, istri yang shalehah akan memerhatikan hal-hal kecil tersebut seperti wewangian apa yang kiranya suaminya sukai maka akan ia pakai agar suaminya senang. Istri shalehah tidak akan membiarkan suaminya sampai menghirup aroma yang tidak menyenangkan dari tubuhnya.
Tidak menceritakan tentang lelaki maupun wanita lain
Menceritakan seseorang, terutama yang merupakan lawan jenis dihadapan suami sebaiknya tidak dilakukan. Terkecuali untuk mengambil hikmah dan kebaikan misalnya dari seorang tokoh agama maupun pemuka masyarakat yang adil bijaksana agar diri maupun suami bisa bersama-sama mengambil contoh yang baik.
Termasuk dalam menceritakan kecantikan wanita-wanita lain yang sekalipun adalah teman sendiri karena ditakutkan suami justru akan terbayang-bayang akan sosok wanita yang diceritakan tersebut. Karenanya, istri shalehah harus bisa memilah dengan baik mana yang sebaiknya dibicarakan dengan suami mana yang tidak.
Yang terpenting dari ciri-ciri seorang istri shalehah ialah ia melakukan segala sesuatunya dengan ikhlas karena mengharap ridha Allah SWT semata; bukan berbuat baik dan taat pada suami karena ada maunya. Semoga bermanfaat…