Berkata As syaikh ibnu Utsaimin rahimahullah :
💧Sungguh sebagaimana keadaan orang yang buta matanya, walaupun dia berdiri di depan matahari yang (cahayanya) menembus pandangan, dia tidak akan bisa melihatnya.
❗️Maka seperti itulah orang yang ALLAH butakan mata hatinya,
❗️sekalipun ia berdiri di hadapan cahaya kebenaran maka dia tidak akan mampu melihatnya.
📚 Sumber :
Majmu' Fatawa war rasaail 8/25.
ا•┈•❖◎❂🌺❂◎❖•┈•ا
🎓 قال الشيخ ابن عثيمين رحمه الله:
" فكما أنّ أعمى البصر لو وقف أمام الشّمس الّتي تكسر نُور البصر ؛ لم يرها، فكذلك مَن أعمى الله بصيرته لو وقف أمام أنوار الحقّ ؛ ما رآها، والعياذُ بالله! “.
📚 مجموع الفتاوى والرّسائل: [٢٥/٨]
DIKUTIP DARI GRUP WA CINTA ALLAH & RASUL SAW
Jumat, 29 Mei 2020
HAKEKAT IKHLAS
APA ITU IKHLAS?
🍂Ikhlas Itu
Ketika nasihat, kritik, dan bahkan fitnah tidak mengendorkan amalmu dan tidak membuat semangatmu punah.
🍂Ikhlas Itu
Ketika hasil tak sebanding usaha dan harapan, tak membuatmu menyesali amal dan tenggelam dalam kesedihan.
🍂Ikhlas Itu
Ketika amal tidak bersambut apresiasi sebanding, tak membuatmu urung bertanding.
🍂Ikhlas Itu
Ketika niat baik disambut dengan prasangka, kamu tetap berjalan tanpa berpaling muka.
🍂Ikhlas Itu
Ketika sepi dan ramai, sedikit atau banyak, menang atau kalah, kau tetap pada jalan lurus dan terus melangkah.
🍂Ikhlas Itu
Ketika kau lebih mempertanyakan apa maumu di banding apa posisimu, apa peranmu di banding apa kedudukanmu, apa tugasmu di banding apa jabatanmu.
🍂Ikhlas Itu
Ketika ketersinggungan pribadi tak membuatmu keluar dari barisan dan merusak tatanan.
🍂Ikhlas Itu
Ketika posisimu diatas, tak membuatmu angkuh, ketika posisimu dibawah tak membuatmu enggan bekerja.
🍂Ikhlas Itu
Ketika khilaf mendorongmu meminta maaf, ketika salah mendorongmu berbenah, ketika tertinggal mendorongmu mempercepat kecepatan.
🍂Ikhlas Itu
Ketika kebodohan orang lain terhadapmu, tidak kau balas dengan kebodohanmu terhadapnya, ketika kedzalimannya terhadapmu tidak kau balas dengan kedzalimanmu terhadapnya.
🍂Ikhlas Itu
Ketika kau bisa menghadapi wajah marah dengan senyum ramah, kau hadapi kata kasar dengan jiwa besar, dan ketika kau hadapi dusta dengan menjelaskan fakta dan data.
Allah Subhana wa Ta'ala berfirman:
"Dan mereka tidak pernah diperintah kecuali agar beribadah kepada Allah dengan Ikhlas dalam (Menjalankan) agama yang lurus, dan agar mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus."
(Qs. Al Bayyinah : 5)
DIKUTIP DARI GRUP WA CINTA ALLAH & RASUL SAW
🍂Ikhlas Itu
Ketika nasihat, kritik, dan bahkan fitnah tidak mengendorkan amalmu dan tidak membuat semangatmu punah.
🍂Ikhlas Itu
Ketika hasil tak sebanding usaha dan harapan, tak membuatmu menyesali amal dan tenggelam dalam kesedihan.
🍂Ikhlas Itu
Ketika amal tidak bersambut apresiasi sebanding, tak membuatmu urung bertanding.
🍂Ikhlas Itu
Ketika niat baik disambut dengan prasangka, kamu tetap berjalan tanpa berpaling muka.
🍂Ikhlas Itu
Ketika sepi dan ramai, sedikit atau banyak, menang atau kalah, kau tetap pada jalan lurus dan terus melangkah.
🍂Ikhlas Itu
Ketika kau lebih mempertanyakan apa maumu di banding apa posisimu, apa peranmu di banding apa kedudukanmu, apa tugasmu di banding apa jabatanmu.
🍂Ikhlas Itu
Ketika ketersinggungan pribadi tak membuatmu keluar dari barisan dan merusak tatanan.
🍂Ikhlas Itu
Ketika posisimu diatas, tak membuatmu angkuh, ketika posisimu dibawah tak membuatmu enggan bekerja.
🍂Ikhlas Itu
Ketika khilaf mendorongmu meminta maaf, ketika salah mendorongmu berbenah, ketika tertinggal mendorongmu mempercepat kecepatan.
🍂Ikhlas Itu
Ketika kebodohan orang lain terhadapmu, tidak kau balas dengan kebodohanmu terhadapnya, ketika kedzalimannya terhadapmu tidak kau balas dengan kedzalimanmu terhadapnya.
🍂Ikhlas Itu
Ketika kau bisa menghadapi wajah marah dengan senyum ramah, kau hadapi kata kasar dengan jiwa besar, dan ketika kau hadapi dusta dengan menjelaskan fakta dan data.
Allah Subhana wa Ta'ala berfirman:
"Dan mereka tidak pernah diperintah kecuali agar beribadah kepada Allah dengan Ikhlas dalam (Menjalankan) agama yang lurus, dan agar mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus."
(Qs. Al Bayyinah : 5)
DIKUTIP DARI GRUP WA CINTA ALLAH & RASUL SAW
SYEKH ABDUL QODIR JAELANI - HIKMAH
agamamu akan (terhapus) hilang disebabkan empat perkara:
💚 1. Kamu tidak mengamalkan apa yang telah kamu ketahui.
💚 2. Kamu mengamalkan apa yang tidak kamu ketahui.
💚 3. Kamu tidak mau berusaha mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, sehingga tetap bodoh.
💚 4. Kamu melarang manusia untuk berusaha mengetahui apa yang mereka tidak mengetahuinya.
✍ Syekh Abdul Qodir Jaelani
DIKUTIP DARI GRUP WA CINTA ALLAH & RASUL SAW
💚 1. Kamu tidak mengamalkan apa yang telah kamu ketahui.
💚 2. Kamu mengamalkan apa yang tidak kamu ketahui.
💚 3. Kamu tidak mau berusaha mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, sehingga tetap bodoh.
💚 4. Kamu melarang manusia untuk berusaha mengetahui apa yang mereka tidak mengetahuinya.
✍ Syekh Abdul Qodir Jaelani
DIKUTIP DARI GRUP WA CINTA ALLAH & RASUL SAW
TIGA WIRID PARA AULIYA
TIGA WIRID PARA AULIYA' 💚
Al Habib Umar Bin Hafidz meriwayatkan bahwa Al Habib Ali Ibn Hasan Al Attas berkata :
Ada tiga macam wirid yang tidak pernah berpisah dengan para auliya'/sholihin, di keranakan manfaat dari wirid ini yang sangat besar dalam hidup, baik di Dunia maupun Akhirat :
1. Membaca 100x sebelum Solat Subuh :
سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم ،استغفرالله
Ini di-kenal dengan sebutan Istighfar para Malaikat.
2. Membaca 100x sesudah Solat Zuhur:
لاإله إلا الله الملك الحق المبين
Rasulullah Sallallahu alaihi wa alaa aalihi wa sallam bersabda 'Siapa saja yang membaca kalimat ini, akan selamat (di-jauhkan) dari kemiskinan dan akan menenangkan serta menyenangkan di alam kubur dari rasa kesepian "
3. Dan membaca sebelum Tidur :
33 x سبحان الله
33 x الحمدلله
34 x الله اكبر
Dan menutup dgn
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Inilah kalimat yang di-ajarkan Rasulullah ﷺ kepada anaknya tercinta, Sayyidah Fatimah RA dan juga kepada Sayyidina Ali KW, para Ulama' mengatakan ada rahasia yang sangat besar dalam tasbih ini "
Semoga bermanfaat🤲
dikutip dari grup wa cinta Allah & Rasul SAW
Al Habib Umar Bin Hafidz meriwayatkan bahwa Al Habib Ali Ibn Hasan Al Attas berkata :
Ada tiga macam wirid yang tidak pernah berpisah dengan para auliya'/sholihin, di keranakan manfaat dari wirid ini yang sangat besar dalam hidup, baik di Dunia maupun Akhirat :
1. Membaca 100x sebelum Solat Subuh :
سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم ،استغفرالله
Ini di-kenal dengan sebutan Istighfar para Malaikat.
2. Membaca 100x sesudah Solat Zuhur:
لاإله إلا الله الملك الحق المبين
Rasulullah Sallallahu alaihi wa alaa aalihi wa sallam bersabda 'Siapa saja yang membaca kalimat ini, akan selamat (di-jauhkan) dari kemiskinan dan akan menenangkan serta menyenangkan di alam kubur dari rasa kesepian "
3. Dan membaca sebelum Tidur :
33 x سبحان الله
33 x الحمدلله
34 x الله اكبر
Dan menutup dgn
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Inilah kalimat yang di-ajarkan Rasulullah ﷺ kepada anaknya tercinta, Sayyidah Fatimah RA dan juga kepada Sayyidina Ali KW, para Ulama' mengatakan ada rahasia yang sangat besar dalam tasbih ini "
Semoga bermanfaat🤲
dikutip dari grup wa cinta Allah & Rasul SAW
Kamis, 21 Mei 2020
WASPADALAH TERHADAP UJUB
Taawundakwah.com, [19.05.20 10:36]
[Forwarded from At-Tashfiyah wat Tarbiyah]
🏷Berkata Abdulloh bin Mubarak -rahimahullah- :
"Dan saya tidak mengetahui pada orang-orang yang sholat perkara yang lebih buruk daripada ujub" [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Sy'abul Iman no 8260]
🏷Berkata Muthorrif bin Abdillah Asy-Syikhkhir -rahimahullah-:
"Saya menghabiskan malam dalam keadaan tertidur (tidak sholat malam), kemudian dipagi hari saya menyesali hal tersebut, lebih saya sukai, dibanding menghabiskan malam dengan sholat malam, kemudian dipagi hari dalam keadaan ujub". [Dirwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam Az-Zuhd War Raqo'iq, no 440].
Subhanalloh ! Perhatikanlah kedalaman dan kedetailan pemahaman para salaf. Dimaklumi, bahwa sholat malam/qiyamul lail/tahajjud/Tarawih, merupakan ibadah yang paling utama setelah sholat fardhu, namun pahala dari ibadah agung tersebut dapat sirna dan tak berbekas bak debu yang tertiup angin, jika setelahnya dihinggapi penyakit ujub, yakni merasa kagum dan hebat dengan prestasi ibadahnya, yang hal tersebut tidak dia lihat pada orang lain.
Imam Al-Hafizh Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah -rahimahulloh- menuturkan :
"Sungguh, jika anda tertidur di malam hari, kemudian bangun diwaktu pagi dalam keadaan menyesal (karena kehilangan kesempatan beramal) itu lebih baik....
Dibandingkan anda bermalam, lalu bangun di waktu pagi dalam keadaan 'ujub (bangga/merasa hebat dengan diri dan amalan).
Karena orang yang 'ujub, tidak akan naik amalannya disisi Allah"[Madārijus Sālikin : 1/177].
APA ITU UJUB ?
🏷Abdulloh bin Mubarak -rahimahullah-, tatkala ditanyakan kepada beliau tentang ujub, maka beliau menjawab :
UJUB TERMASUK KESYIRIKAN
Ujub merupakan bentuk syirik kecil sebagaimana riya, orang yang melakukannya berarti tidak merealisasikan tauhid dan penghambaan diri kepada Allah dengan benar. Hal itulah yang meluluh lantakkan ibadahnya -wal iyyadzu billah-
"Dan kebanyakan riya' dan ujub digandengkan. Riya’ itu termasuk dalam perbuatan menyekutukan (Allah) dengan makhluk, sedangkan ujub merupakan bentuk menyekutukan (Allah) dengan diri sendiri, dan inilah keadaan orang yang sombong.
Maka orang yang riya’ berarti tidak merealisasikan kandungan firman Allah "Iyyaka na’budu", sedangkan orang yang ujub dia tidak merealisasikan kandungan firman-Nya "Iyyaka nasta’in".
☝️Barangsiapa yang merealisasikan Firman-Nya "Iyyaka na’budu" niscaya terbebas dari riya’. Dan barangsiapa yang berhasil mewujudkan firman-Nya "Iyyaka nasta’in" niscaya terbebas dari ujub. [Al-Fatawa Al-Kubro : 5/248].
🔖Imam Ibnu Hazm -rahimahullah- menjelaskan :
"Sesungguhnya ujub termasuk dari dosa terbesar, yang paling menghapuskan (pahala) amalan, maka hendaklah kalian menjaga diri dari hal tersebut, semoga Allah menjaga kami dan kalian dari penyakit ujub dan riya".[Rasail Ibnu Hazm : 3/180].
Semoga bermanfaat
Allohu a'lam
📝Ustadz Hilal Abu Naufal -hafizahulloh-
[Pengasuh Ponpes Darul Furqon Palopo]
dikutip dari grup telegram taawundakwah.com
[Forwarded from At-Tashfiyah wat Tarbiyah]
🏷Berkata Abdulloh bin Mubarak -rahimahullah- :
وَلاَ أَعْلَمُ فِي الْمُصَلِّيْنَ شَيْئًا شَرٌّ مِنَ الْعُجْبِ
"Dan saya tidak mengetahui pada orang-orang yang sholat perkara yang lebih buruk daripada ujub" [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Sy'abul Iman no 8260]
🏷Berkata Muthorrif bin Abdillah Asy-Syikhkhir -rahimahullah-:
"لأن أبيت نائماً وأصبح نادماً أحبُّ إليّ من أن أبيت قائماً وأصبح معجباً".
"Saya menghabiskan malam dalam keadaan tertidur (tidak sholat malam), kemudian dipagi hari saya menyesali hal tersebut, lebih saya sukai, dibanding menghabiskan malam dengan sholat malam, kemudian dipagi hari dalam keadaan ujub". [Dirwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam Az-Zuhd War Raqo'iq, no 440].
Subhanalloh ! Perhatikanlah kedalaman dan kedetailan pemahaman para salaf. Dimaklumi, bahwa sholat malam/qiyamul lail/tahajjud/Tarawih, merupakan ibadah yang paling utama setelah sholat fardhu, namun pahala dari ibadah agung tersebut dapat sirna dan tak berbekas bak debu yang tertiup angin, jika setelahnya dihinggapi penyakit ujub, yakni merasa kagum dan hebat dengan prestasi ibadahnya, yang hal tersebut tidak dia lihat pada orang lain.
Imam Al-Hafizh Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah -rahimahulloh- menuturkan :
"Sungguh, jika anda tertidur di malam hari, kemudian bangun diwaktu pagi dalam keadaan menyesal (karena kehilangan kesempatan beramal) itu lebih baik....
Dibandingkan anda bermalam, lalu bangun di waktu pagi dalam keadaan 'ujub (bangga/merasa hebat dengan diri dan amalan).
Karena orang yang 'ujub, tidak akan naik amalannya disisi Allah"[Madārijus Sālikin : 1/177].
APA ITU UJUB ?
🏷Abdulloh bin Mubarak -rahimahullah-, tatkala ditanyakan kepada beliau tentang ujub, maka beliau menjawab :
أن ترى أن عندك شيئاً ليس عند غيرك.
"Engkau melihat bahwa pada dirimu, ada sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang lain" [Tadzkiratul Huffadz : 1/278].UJUB TERMASUK KESYIRIKAN
Ujub merupakan bentuk syirik kecil sebagaimana riya, orang yang melakukannya berarti tidak merealisasikan tauhid dan penghambaan diri kepada Allah dengan benar. Hal itulah yang meluluh lantakkan ibadahnya -wal iyyadzu billah-
🔖Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- menerangkan :
وكثيراً ما يقرن الرياء بالعجب، فالرياء من باب الإشراك بالخلق، والعجب من باب الإشراك بالنفس، وهذا حال المستكبر؛ فالمرائي لا يحقق قوله {إِيَّاكَ نَعْبُدُ}، والمعجب لا يحقق قوله: {وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ}، فمن حقق قوله: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ } خرج عن الرياء، ومن حقق قوله: {وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} خرج عن الإعجاب".
"Dan kebanyakan riya' dan ujub digandengkan. Riya’ itu termasuk dalam perbuatan menyekutukan (Allah) dengan makhluk, sedangkan ujub merupakan bentuk menyekutukan (Allah) dengan diri sendiri, dan inilah keadaan orang yang sombong.
Maka orang yang riya’ berarti tidak merealisasikan kandungan firman Allah "Iyyaka na’budu", sedangkan orang yang ujub dia tidak merealisasikan kandungan firman-Nya "Iyyaka nasta’in".
☝️Barangsiapa yang merealisasikan Firman-Nya "Iyyaka na’budu" niscaya terbebas dari riya’. Dan barangsiapa yang berhasil mewujudkan firman-Nya "Iyyaka nasta’in" niscaya terbebas dari ujub. [Al-Fatawa Al-Kubro : 5/248].
🔖Imam Ibnu Hazm -rahimahullah- menjelaskan :
إن العجب من أعظم الذنوب وأمحقها للأعمال. فتحفظوا حفظنا الله وإياكم من العجب والريا
Semoga bermanfaat
Allohu a'lam
📝Ustadz Hilal Abu Naufal -hafizahulloh-
[Pengasuh Ponpes Darul Furqon Palopo]
dikutip dari grup telegram taawundakwah.com
Selasa, 19 Mei 2020
LIMA DASAR TASAWUF MENURUT IMAM NAWAWI رضي الله عنه🌹
LIMA DASAR TASAWUF MENURUT IMAM NAWAWI رضي الله عنه🌹
Syaikhul islam Imam An-Nawawi Ad-Dimasqi رضي الله عنه dalam risalahnya menulis:
إن أصول طريق التصوف خمسة:
تقوى الله في السر والعلانية،
واتباع السنة في الأقوال والأفعال،
والإعراض عن الخلق في الإقبال والإدبار،
والرضا عن الله تعالى في القليل والكثير،
والرجوع إلى الله في السراء والضراء.
فتحقيق التقوى: بالورع والاستقامة،
وتحقيق اتباع السنة: بالتحفظ وحسن الخلق،
وتحقيق الإعراض عن الخلق: بالصبر والتوكل،
وتحقيق الرضا عن الله: بالقناعة والتفويض،
وتحقيق الرجوع إلى الله تعالى: بالشكر له في السراء والالتجاء إليه في الضراء
🔴 Dasar-dasar tasawuf itu ada 5 (Lima) :
1. Bertaqwa pada Allah تعالى, baik lahir maupun batinnya.
2. Mengikuti sunnah Nabi صلى الله عليه و سلم dalam perkataan dan perbuatan.
3. Berpaling dari mengutamakan manusia, baik di depan maupun di belakangnya.
4. Ridha terhadap pemberian Allah تعالى, baik sedikit ataupun banyak.
5. Kembali dan mengembalikan segalanya kepada Allah تعالى, lahir maupun batin.
🔴Taqwa sendiri dapat diraih dengan wara’ dan istiqamah.
Mengikuti sunnah itu diwujudkan dengan menjaga diri dari dosa dan berakhlak baik.
Berpaling dari mengutamakan manusia dicapai dengan sabar dan tawakal.
Ridha terhadap pemberian Allah تعالى digapai dengan qana’ah dan menyerahkan segalanya pada Allah تعالى.
Dan kembali pada Allah تعالى didapatkan dari sikap syukur kepada-Nya secara lahir dan batin dan berlindung pada-Nya pada saat ditimpa musibah.”
🔴 الفَرْقُ بن الفِرَقِ للإمام عبدالقاهر البغدادي المتوفى سنة 429هـ ص (189) .
🔴 مقاصد الإمام النووي في التوحيد والعبادة وأصول التصوف ص 20،
DIKUTIP DARI TELEGRAM LINK KITAB ASWAJA
Orang bodoh itu dapat di kenal dengan 6 tanda :
قال بعض الحكماء : يعرف الاحمق بست خصال : الغضب من غير شيء، و الاعطاء في غير حق، و الكلام من غير منفعة، و الثقة بكل احد، و إفشاء السر، و ان لا يفرق بين عدوه و صديقه، و يتكلم ما يخطر على قلبه، و يتوهم أنه اعقل الناس.
كتاب اخبار الحمقى و المغفلين لابن الجوزي ٢٢
Orang bodoh itu dapat di kenal dengan 6 tanda :
1. Marah tanpa ada sebab apapun.
2. Memberikan sesuatu yang bukan pada Haknya. ( Inda tu na semestina)
3. Berbicara tanpa ada manfaatnya, serta selalu mengungkapkan apa saja yang terlintas di benaknya.
4. Percaya kepada setiap orang serta mudah menyebarkan rahasia.
5. Tidak dapat membedakan antara kawan dan lawan.
6. Mengira bahwa dirinya adalah manusia yang paling cerdas ( ia ma ilala ia na ia na, iama ilala ia na pintarna)
Kitab Akhbar humqo wal mughaffilin karya ibnul Jauzi hal 22.
DIKUTIP DARI GRUP TELEGRAM LINK KITAB ASWAJA
LINK KITAB HADITS
كتب الحديث
- كتاب صحيح البخاري : https://goo.gl/vfGzAq
- كتاب صحيح مسلم : https://goo.gl/yTGB3P
- كتاب سنن ابي داود : https://goo.gl/ouhavB
- كتاب سنن النسائي : https://goo.gl/tJWZD9
- كتاب سنن الترمذي : https://goo.gl/pk8mKb
- كتاب سنن ابن ماجة : https://goo.gl/HizomS
- تطبيق جامع الكتب التسعة للحديث : https://goo.gl/M4KgTe
كتب الفقه
- كتب الفقه الحنفي : https://goo.gl/9H9iT5
- كتب الفقه المالكي : https://goo.gl/g4MxxT
- كتب الفقه الشافعي : https://goo.gl/6C9Syl
- كتب الفقه الحنبلي : https://goo.gl/O5Lhxs
كتب السيرة النبوية
- كتاب السيرة لابن هشام : https://goo.gl/p0cmeh
- كتاب السيرة لابن كثير : https://goo.gl/ydNe6x
- كتاب الرحيق المختوم : https://goo.gl/h4OlkM
كتب التفسير
- كتاب تفسير الشعراوي : https://goo.gl/P47bNO
- كتاب تفسير القرطبي : https://goo.gl/PqGfJW
- كتاب تفسير ابن كثير : https://goo.gl/b4Lutb
- كتاب تفسير ابن عباس : https://goo.gl/XKwVjS
كتب متنوعة
- الموسوعة الكونية الكبري : https://goo.gl/09uhvI
- سلسلة اعلام المسلمين : https://goo.gl/CnNgpU
- سلسلة الكون كتاب الله المنظور : https://goo.gl/W5ym5q
- كتاب اركان الاسلام : https://goo.gl/9nq7f9
- كتاب اركان الايمان : https://goo.gl/ALMd9s
- كتاب ففروا الي الله : https://goo.gl/IuIFH7
- كتاب احياء علوم الدين : https://goo.gl/04yiIh
- كتاب الاتقان في علوم القران : https://goo.gl/MlPld3
- كتاب رياض الصالحين : https://goo.gl/jMCP9D
- كتاب شرح الاربعون النووية : https://goo.gl/GUJZvY
- كتاب فقه السنة : https://goo.gl/KzR5Zx
- كتاب قصص الانبياء لابن كثير : https://goo.gl/YdGGYW
- كتاب مائة من عظماء الاسلام : https://goo.gl/Xtr2y3
- كتاب دلائل النبوة : https://goo.gl/fIDFsf
- كتاب السنن الكبري للبيهقي : https://goo.gl/xDpoCy
- كتاب السنن الصغري للبيهقي : https://goo.gl/sXkmiz
- كتب الشيخ الشعراوي : https://goo.gl/Plo0EH
- كتب مصطفي محمود : https://goo.gl/WWvMcp
- كتب ابراهيم الفقي : https://goo.gl/bT7hMU
- كتب الشيخ كشك : https://goo.gl/9L6hwK
- كتب محمود المصري : https://goo.gl/LSSkUX
- كتب خالد ابو شادي : https://goo.gl/IKS0TH
- كتب احمد خيري العمري : https://goo.gl/0frj6J
- كتب علي الصلابي : https://goo.gl/U3fxDg
- كتب محمد راتب النابلسي : https://goo.gl/Og3g3D
- كتب محمد الغزالي : https://goo.gl/CxRkhy
- كتاب صحيح البخاري : https://goo.gl/vfGzAq
- كتاب صحيح مسلم : https://goo.gl/yTGB3P
- كتاب سنن ابي داود : https://goo.gl/ouhavB
- كتاب سنن النسائي : https://goo.gl/tJWZD9
- كتاب سنن الترمذي : https://goo.gl/pk8mKb
- كتاب سنن ابن ماجة : https://goo.gl/HizomS
- تطبيق جامع الكتب التسعة للحديث : https://goo.gl/M4KgTe
كتب الفقه
- كتب الفقه الحنفي : https://goo.gl/9H9iT5
- كتب الفقه المالكي : https://goo.gl/g4MxxT
- كتب الفقه الشافعي : https://goo.gl/6C9Syl
- كتب الفقه الحنبلي : https://goo.gl/O5Lhxs
كتب السيرة النبوية
- كتاب السيرة لابن هشام : https://goo.gl/p0cmeh
- كتاب السيرة لابن كثير : https://goo.gl/ydNe6x
- كتاب الرحيق المختوم : https://goo.gl/h4OlkM
كتب التفسير
- كتاب تفسير الشعراوي : https://goo.gl/P47bNO
- كتاب تفسير القرطبي : https://goo.gl/PqGfJW
- كتاب تفسير ابن كثير : https://goo.gl/b4Lutb
- كتاب تفسير ابن عباس : https://goo.gl/XKwVjS
كتب متنوعة
- الموسوعة الكونية الكبري : https://goo.gl/09uhvI
- سلسلة اعلام المسلمين : https://goo.gl/CnNgpU
- سلسلة الكون كتاب الله المنظور : https://goo.gl/W5ym5q
- كتاب اركان الاسلام : https://goo.gl/9nq7f9
- كتاب اركان الايمان : https://goo.gl/ALMd9s
- كتاب ففروا الي الله : https://goo.gl/IuIFH7
- كتاب احياء علوم الدين : https://goo.gl/04yiIh
- كتاب الاتقان في علوم القران : https://goo.gl/MlPld3
- كتاب رياض الصالحين : https://goo.gl/jMCP9D
- كتاب شرح الاربعون النووية : https://goo.gl/GUJZvY
- كتاب فقه السنة : https://goo.gl/KzR5Zx
- كتاب قصص الانبياء لابن كثير : https://goo.gl/YdGGYW
- كتاب مائة من عظماء الاسلام : https://goo.gl/Xtr2y3
- كتاب دلائل النبوة : https://goo.gl/fIDFsf
- كتاب السنن الكبري للبيهقي : https://goo.gl/xDpoCy
- كتاب السنن الصغري للبيهقي : https://goo.gl/sXkmiz
- كتب الشيخ الشعراوي : https://goo.gl/Plo0EH
- كتب مصطفي محمود : https://goo.gl/WWvMcp
- كتب ابراهيم الفقي : https://goo.gl/bT7hMU
- كتب الشيخ كشك : https://goo.gl/9L6hwK
- كتب محمود المصري : https://goo.gl/LSSkUX
- كتب خالد ابو شادي : https://goo.gl/IKS0TH
- كتب احمد خيري العمري : https://goo.gl/0frj6J
- كتب علي الصلابي : https://goo.gl/U3fxDg
- كتب محمد راتب النابلسي : https://goo.gl/Og3g3D
- كتب محمد الغزالي : https://goo.gl/CxRkhy
َ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Taawundakwah.com, [13.05.20 07:13]
[Forwarded from At-Tashfiyah wat Tarbiyah]
📋 Fiqhi Dzikir Pagi & Petang [07] -Bagian 1-
🌤MENYAMBUT PAGI DENGAN TAUHID☝️
Diantara dzikir yang disyariatkan untuk dibaca di waktu pagi sebanyak 100x adalah :
Barangsiapa yang membacanya sebanyak 100x dalam sehari, maka baginya mendapatkan pahala seperti membebaskan sepuluh orang budak, ditetapkan baginya seratus hasanah (kebaikan) dan dijauhkan darinya seratus keburukan dan baginya ada perlindungan dari (godaan) setan pada hari itu hingga petang dan tidak ada orang yang lebih baik amalnya dari orang yang membaca doa ini kecuali seseorang yang dapat lebih banyak mengamalkan (membaca) dzikir ini".
[HR. Bukhari no 3050 Muslim no 4857]
📋 Penjelasan ringkas :
Dzikir yang agung tersebut diawali dengan kalimat tauhid. Kalimat yang membedakan antara seorang muslim dan musyrik, merupakan titik permusuhan antara Rasulullah shallalahu alaihi wasallam dengan kaum musyrikin arab jahiliyah. Sebuah kalimat yang ringkas dan sangat mudah untuk diucapkan, bersamaan dengan itu, kaum musyrikin enggan mengucapkannya, bahkan mereka rela mengerahkan seluruh potensi yang dimiliki untuk melawan kalimat ini dan penyerunya, mereka rela berpisah dengan harta dan keluarga, berkorban nyawa demi memerangi kalimat tauhid. Hal itu disebabkan fahamnya mereka akan kandungan dan konsekuensi kalimat tersebut.
لا إله إلا الله
🏷Huruf "لا" adalah "laa nafiyah lil jins" yang fungsinya meniadakan seluruh jenis isim (kata benda) yang datang setelahnya. Sehingga maknanya meniadakan semua "إله " (ilah), siapapun dan apapun ilah tersebut.
🏷Lafadz "إله " adalah mashdar dari kata "أَلِهَ - يأَلَهُ" yang bermakna maf'ul (objek), sehingga maknanya adalah " مألوه أو معبود "ma'luh" atau "ma'bud" (Yang disembah, yang diibadahi, sesembahan)
🏷Huruf "إلا", atau disebut dengan huruf istisna (pengecualian), fungsinya adalah mengeluarkan kata yang terletak setelah "إلا" dari hukum yang telah ditiadakan oleh "لا",
🏷Lafadz "الله" atau juga disebut lafdzul Jalalah, yang berasal dari kata "الإله" dengan menghilangkan hamzah agar lebih mudah dibaca, kemudian huruf lam yang pertama disatukan dengan huruf lam kedua, sehingga menjadi 1 huruf lam yang ditasydid dan dibaca tebal lam yang kedua.
📋Adapun maknanya, adalah sebagaimana yang diterangkan oleh Syeikhul Islam Ahmad bin Abdil Halim Al-Harroni -rahimahullah-
«الإله» هو المعبود المطاع فإن الإله هو المألوه هو الذي يستحق أن يُعبد
"Al-Ilah adalah Al-Ma'bud (yang diibadahi) dan yang ditaati, maka "Al-Ilah", Dia lah "Al-Ma'luh" (yang disembah), Dia yang berhak untuk diibadahi [Majmu Fatawa : 12/202]
📍Al-Hafiz Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah -rahimahullah- :
🏷Kemudian, lafadz "لا" (Laa) -sebagaimana yang dimaklumi dalam kaidah bahasa arab- membutuhkan "isim" & "khobar". Adapun "isim" dari "Laa" adalah "إِلَهَ" (Ilaha), sementara khobarnya tidak ada, sehingga harus "ditaqdirkan" (ditentukan) agar dapat difahami maknanya dengan baik dan benar. Sependek pengetahuan kami, para ulama salaf menentukan khobarnya dengan kata "حَقٌّ" (haqqun) atau "بِحَقٍّ" (bihaqqin), artinya "yang berhak disembah/diibadahi". Hal itu berdasarkan firman Allah Ta'ala :
🗂Dari pemaparan diatas, diperoleh kesimpulan, -sebagaimana yang telah ditahqiq oleh para ulama- bahwa makna "Laa Ilaha Illallah" adalah TIDAK ADA SESEMBAHAN YANG BERHAK DISEMBAH/DIIBADAHI KECUALI ALLAH.
----- Insya Allah bersambung ----
Taawundakwah.com, [13.05.20 07:13]
[Forwarded from At-Tashfiyah wat Tarbiyah]
📋Fiqhi Dzikir Pagi & Petang [07] -Bagian 2-
📍Fadhilatus Syeikh Prof DR Abdurrozzaq Al-Badr -hafizahullah- berkata : "Yang mesti diperhatikan, bahwa kalimat tauhid "Laa Ilaha Illallah" mengandung 2 rukun, yang tauhid tidak akan terealisasi kecuali dengan kedua rukun tersebut, yakni
👉 "An-Nafyi" (meniadakan) yang terdapat dalam kalimat "لا إله" , yakni meniadakan semua sesembahan, dan yang diibadahi, apapun dan siapapun.
👉 "Al-Itsbat" (penetapan) yang terdapat pada kalimat "إلا الله", yakni menetapkan bahwa yang disembah, yang diibadahi, hanya Allah semata.
🏷Adapun kalimat "وَحْدَهُ", mengandung penegasan terhadap yang ditetapkan, yaitu hanya Allah semata yang disembah,
🏷Kalimat "لاَ شَرِيكَ لَهُ", mengandung penegasan terhadap yang ditiadakan, yaitu tidak ada sesuatu atau siapapun sekutu dan tandingan bagi Allah.
☝️Seluruhnya menunjukkan betapa urgennya kedudukan dan ketinggian tauhid.
🏷 Kalimat "له الملك وله الحمد وهو على كل شيئ قدير", Yakni pengakuan bahwa Allah pemilik seluruh kerajaan baik dilangit maupun dibumi, ditangan-Nya kepemilikan dan kekuasaan atas segala sesuatu, serta hanya Allah yang berhak dipuji dengan segala pujian yang terbaik disertai kecintaan dan pengagungan, sekaligus penguasa mutlak atas segala sesuatu, dan tidak ada sesuatupun yang keluar dari qudrah-Nya. [Fiqhul Ad'iyati wal Adzkar : 3/22].
Allohu A'lam
📝 Ustadz Hilal Abu Naufal -hafizahulloh-
[Pengasuh Ponpes Darul Furqon Palopo]
Taawundakwah.com, [18.05.20 15:55]
[Forwarded from At-Tashfiyah wat Tarbiyah]
🏷"Faghfirli" (Ampunilah dosaku), maghfirah mencakup 2 hal yakni ditutupinya dosa, dan perlindungan akan akibat (hukuman) dari dosa tersebut, sehingga maknanya adalah maafkanlah dosaku sehingga tidak dihukum karenanya sekaligus ditutupi.
🏷"Fa innahu Laa Yaghfiru Dzunuba illa Anta" (Karena sesungguhnya, tidak ada yang mengampuni dosa melainkan Engkau). Hal ini merupakan bentuk penetapan dan pengakuan, bahwa meskipun seluruh mahluk berkolaborasi untuk mengampuni satu dosa, pasti mereka tidak akan bisa, karena semua perkara kembalinya kepada Allah, dan tidak ada yang mengampuni dosa melainkan Allah semata.
🎁 PETIKAN PELAJARAN :
1⃣ Keutamaan dari shighoh (bentuk kalimat istighfar), karena Nabi shallalahu alaihi wasallam menyebutnya sebagai "sayyidul istighfar". Diantara alasannya :
👉 Bahwasanya bentuk-bentuk kalimat istighfar bermacam-macam, sebahagiannya tentu lebih mulia dari yang lainnya. Seandainya tingkatannya sama, maka tidak mungkin ada yang disebut sebagai "sayyid" yang berarti induk atau pimpinan.
👉 Makna yang terkandung dari sayyidul istighfar ini sangat banyak. Diantaranya adalah penetapan akan rububiyah Allah, selain itu, kalimat "Allahumma" lebih utama dari ucapan "Yaa Allah"
2⃣ Penetapan bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah. Ini merupakan ikrar akan tauhid uluhiyah yang merupakan konsekuensi dari tauhid rububiyah.
3⃣ Penetapan dan pengakuan si hamba akan tauhid rububiyah secara terperinci, berdasarkan sabda Nabi "khalaqtani", dan juga pengakuan akan uluhiyah secara terperinci, berdasarkan sabda Nabi "wa ana 'abduka"
4⃣ Memperbaharui perjanjian Allah atas hamba-Nya, yakni perjanjian untuk menegakkan ketaatan kepada-Nya dan juga menjalankan syariat-Nya.
5⃣ Bahwa si hamba hendaklah konsisten berada didalam perjanjian Allah sesuai dengan kemampuannya.
6⃣ Hendaknya berlindung dan berpegang kepada Allah dari keburukan perbuatannya (dosanya). Sehingga dengan hal tersebut si hamba meraih 2 keutamaan :
👉 si hamba mendapatkan ampunan dari Allah setelah dia terjerumus kedalam dosa,
👉 Bahwa Allah memberikan taufiq kepadanya untuk bertaubat dari dosa yang telah dilakukannya.
7⃣ Penetapan akan nikmat Allah kepada hamba-Nya. Dan nikmat Allah atas hambanya secara global ada 2 bentuk :
👉Nikmat umum, yang diberikan kepada seluruh mahluk berupa rezki. Inilah yang Allah sebutkan dalam Surah Hud : 6.
👉 Nikmat khusus, yaitu nikmat berupa agama dan dunia, yang hanya diberikan kepada hamba-Nya yang beriman. Sebagaimana yang Allah Ta'ala sebutkan dalam Surah Al-Maidah : 3.
8⃣ Pengakuan akan dosa kepada Allah Azza wa Jalla. Hal ini tidak termasuk bentuk "mujaharah" (menampakkan atau terang-terangan memperlihatkan dosa), sebab pengakuan dosanya hanya kepada Allah dan bukan menceritakannya kepada manusia secara umum.
9⃣ Butuhnya si hamba akan ampunan Allah Ta'ala
1⃣0⃣ Penetapan bahwa tidak ada yang mengampuni dosa selain Allah
1⃣1⃣ Selayaknya seorang muslim/muslimah bersungguh-sungguh berdoa dengan membaca sayyidul istighfar ini [3]
Semoga Bermanfaat,
Allohu a'lam
📝Hilal Abu Naufal -hafizahulloh-
[Pengasuh Ponpes Darul Furqon Palopo]
___________
[1] HR. Bukhari no 5831, dari Syaddad bin Aus -radhiyallahu anhu-.
[2] Taudihul Ahkam : 6/429.
[3] Disadur dari Fathu Dzil Jalali wal Ikrom : 6/487-491, dan Fiqhul Ad'iyati wal Adzkar : 3/18-19.
DIKUTIP DARI GRUP TELEGRAM
[Forwarded from At-Tashfiyah wat Tarbiyah]
📋 Fiqhi Dzikir Pagi & Petang [07] -Bagian 1-
🌤MENYAMBUT PAGI DENGAN TAUHID☝️
Diantara dzikir yang disyariatkan untuk dibaca di waktu pagi sebanyak 100x adalah :
َ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
🎁 Keutamaan :Barangsiapa yang membacanya sebanyak 100x dalam sehari, maka baginya mendapatkan pahala seperti membebaskan sepuluh orang budak, ditetapkan baginya seratus hasanah (kebaikan) dan dijauhkan darinya seratus keburukan dan baginya ada perlindungan dari (godaan) setan pada hari itu hingga petang dan tidak ada orang yang lebih baik amalnya dari orang yang membaca doa ini kecuali seseorang yang dapat lebih banyak mengamalkan (membaca) dzikir ini".
[HR. Bukhari no 3050 Muslim no 4857]
📋 Penjelasan ringkas :
Dzikir yang agung tersebut diawali dengan kalimat tauhid. Kalimat yang membedakan antara seorang muslim dan musyrik, merupakan titik permusuhan antara Rasulullah shallalahu alaihi wasallam dengan kaum musyrikin arab jahiliyah. Sebuah kalimat yang ringkas dan sangat mudah untuk diucapkan, bersamaan dengan itu, kaum musyrikin enggan mengucapkannya, bahkan mereka rela mengerahkan seluruh potensi yang dimiliki untuk melawan kalimat ini dan penyerunya, mereka rela berpisah dengan harta dan keluarga, berkorban nyawa demi memerangi kalimat tauhid. Hal itu disebabkan fahamnya mereka akan kandungan dan konsekuensi kalimat tersebut.
لا إله إلا الله
🏷Huruf "لا" adalah "laa nafiyah lil jins" yang fungsinya meniadakan seluruh jenis isim (kata benda) yang datang setelahnya. Sehingga maknanya meniadakan semua "إله " (ilah), siapapun dan apapun ilah tersebut.
🏷Lafadz "إله " adalah mashdar dari kata "أَلِهَ - يأَلَهُ" yang bermakna maf'ul (objek), sehingga maknanya adalah " مألوه أو معبود "ma'luh" atau "ma'bud" (Yang disembah, yang diibadahi, sesembahan)
🏷Huruf "إلا", atau disebut dengan huruf istisna (pengecualian), fungsinya adalah mengeluarkan kata yang terletak setelah "إلا" dari hukum yang telah ditiadakan oleh "لا",
🏷Lafadz "الله" atau juga disebut lafdzul Jalalah, yang berasal dari kata "الإله" dengan menghilangkan hamzah agar lebih mudah dibaca, kemudian huruf lam yang pertama disatukan dengan huruf lam kedua, sehingga menjadi 1 huruf lam yang ditasydid dan dibaca tebal lam yang kedua.
📋Adapun maknanya, adalah sebagaimana yang diterangkan oleh Syeikhul Islam Ahmad bin Abdil Halim Al-Harroni -rahimahullah-
«الإله» هو المعبود المطاع فإن الإله هو المألوه هو الذي يستحق أن يُعبد
"Al-Ilah adalah Al-Ma'bud (yang diibadahi) dan yang ditaati, maka "Al-Ilah", Dia lah "Al-Ma'luh" (yang disembah), Dia yang berhak untuk diibadahi [Majmu Fatawa : 12/202]
📍Al-Hafiz Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah -rahimahullah- :
اسم الله دال على كونه مألوهاً معبوداً تألهه الخلائق محبة وتعظيماً وخضوعاً...
Nama “Allah” menunjukkan bahwa Dialah yang merupakan "ma’luh" (yang disembah) "ma’bud" (yang diibadahi). Seluruh makhluk beribadah kepadanya dengan penuh kecintaan, pengagungan dan ketundukan”. [Madarijus salikin : 1/31].🏷Kemudian, lafadz "لا" (Laa) -sebagaimana yang dimaklumi dalam kaidah bahasa arab- membutuhkan "isim" & "khobar". Adapun "isim" dari "Laa" adalah "إِلَهَ" (Ilaha), sementara khobarnya tidak ada, sehingga harus "ditaqdirkan" (ditentukan) agar dapat difahami maknanya dengan baik dan benar. Sependek pengetahuan kami, para ulama salaf menentukan khobarnya dengan kata "حَقٌّ" (haqqun) atau "بِحَقٍّ" (bihaqqin), artinya "yang berhak disembah/diibadahi". Hal itu berdasarkan firman Allah Ta'ala :
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ
"Yang demikian itu karena Dialah (Allah) yang haq (untuk disembah) dan apa saja yang mereka seru selain Allah adalah sembahan yang batil".[QS Al-Hajj : 62].🗂Dari pemaparan diatas, diperoleh kesimpulan, -sebagaimana yang telah ditahqiq oleh para ulama- bahwa makna "Laa Ilaha Illallah" adalah TIDAK ADA SESEMBAHAN YANG BERHAK DISEMBAH/DIIBADAHI KECUALI ALLAH.
----- Insya Allah bersambung ----
Taawundakwah.com, [13.05.20 07:13]
[Forwarded from At-Tashfiyah wat Tarbiyah]
📋Fiqhi Dzikir Pagi & Petang [07] -Bagian 2-
📍Fadhilatus Syeikh Prof DR Abdurrozzaq Al-Badr -hafizahullah- berkata : "Yang mesti diperhatikan, bahwa kalimat tauhid "Laa Ilaha Illallah" mengandung 2 rukun, yang tauhid tidak akan terealisasi kecuali dengan kedua rukun tersebut, yakni
👉 "An-Nafyi" (meniadakan) yang terdapat dalam kalimat "لا إله" , yakni meniadakan semua sesembahan, dan yang diibadahi, apapun dan siapapun.
👉 "Al-Itsbat" (penetapan) yang terdapat pada kalimat "إلا الله", yakni menetapkan bahwa yang disembah, yang diibadahi, hanya Allah semata.
🏷Adapun kalimat "وَحْدَهُ", mengandung penegasan terhadap yang ditetapkan, yaitu hanya Allah semata yang disembah,
🏷Kalimat "لاَ شَرِيكَ لَهُ", mengandung penegasan terhadap yang ditiadakan, yaitu tidak ada sesuatu atau siapapun sekutu dan tandingan bagi Allah.
☝️Seluruhnya menunjukkan betapa urgennya kedudukan dan ketinggian tauhid.
🏷 Kalimat "له الملك وله الحمد وهو على كل شيئ قدير", Yakni pengakuan bahwa Allah pemilik seluruh kerajaan baik dilangit maupun dibumi, ditangan-Nya kepemilikan dan kekuasaan atas segala sesuatu, serta hanya Allah yang berhak dipuji dengan segala pujian yang terbaik disertai kecintaan dan pengagungan, sekaligus penguasa mutlak atas segala sesuatu, dan tidak ada sesuatupun yang keluar dari qudrah-Nya. [Fiqhul Ad'iyati wal Adzkar : 3/22].
Allohu A'lam
📝 Ustadz Hilal Abu Naufal -hafizahulloh-
[Pengasuh Ponpes Darul Furqon Palopo]
Taawundakwah.com, [18.05.20 15:55]
[Forwarded from At-Tashfiyah wat Tarbiyah]
🏷"Faghfirli" (Ampunilah dosaku), maghfirah mencakup 2 hal yakni ditutupinya dosa, dan perlindungan akan akibat (hukuman) dari dosa tersebut, sehingga maknanya adalah maafkanlah dosaku sehingga tidak dihukum karenanya sekaligus ditutupi.
🏷"Fa innahu Laa Yaghfiru Dzunuba illa Anta" (Karena sesungguhnya, tidak ada yang mengampuni dosa melainkan Engkau). Hal ini merupakan bentuk penetapan dan pengakuan, bahwa meskipun seluruh mahluk berkolaborasi untuk mengampuni satu dosa, pasti mereka tidak akan bisa, karena semua perkara kembalinya kepada Allah, dan tidak ada yang mengampuni dosa melainkan Allah semata.
🎁 PETIKAN PELAJARAN :
1⃣ Keutamaan dari shighoh (bentuk kalimat istighfar), karena Nabi shallalahu alaihi wasallam menyebutnya sebagai "sayyidul istighfar". Diantara alasannya :
👉 Bahwasanya bentuk-bentuk kalimat istighfar bermacam-macam, sebahagiannya tentu lebih mulia dari yang lainnya. Seandainya tingkatannya sama, maka tidak mungkin ada yang disebut sebagai "sayyid" yang berarti induk atau pimpinan.
👉 Makna yang terkandung dari sayyidul istighfar ini sangat banyak. Diantaranya adalah penetapan akan rububiyah Allah, selain itu, kalimat "Allahumma" lebih utama dari ucapan "Yaa Allah"
2⃣ Penetapan bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah. Ini merupakan ikrar akan tauhid uluhiyah yang merupakan konsekuensi dari tauhid rububiyah.
3⃣ Penetapan dan pengakuan si hamba akan tauhid rububiyah secara terperinci, berdasarkan sabda Nabi "khalaqtani", dan juga pengakuan akan uluhiyah secara terperinci, berdasarkan sabda Nabi "wa ana 'abduka"
4⃣ Memperbaharui perjanjian Allah atas hamba-Nya, yakni perjanjian untuk menegakkan ketaatan kepada-Nya dan juga menjalankan syariat-Nya.
5⃣ Bahwa si hamba hendaklah konsisten berada didalam perjanjian Allah sesuai dengan kemampuannya.
6⃣ Hendaknya berlindung dan berpegang kepada Allah dari keburukan perbuatannya (dosanya). Sehingga dengan hal tersebut si hamba meraih 2 keutamaan :
👉 si hamba mendapatkan ampunan dari Allah setelah dia terjerumus kedalam dosa,
👉 Bahwa Allah memberikan taufiq kepadanya untuk bertaubat dari dosa yang telah dilakukannya.
7⃣ Penetapan akan nikmat Allah kepada hamba-Nya. Dan nikmat Allah atas hambanya secara global ada 2 bentuk :
👉Nikmat umum, yang diberikan kepada seluruh mahluk berupa rezki. Inilah yang Allah sebutkan dalam Surah Hud : 6.
👉 Nikmat khusus, yaitu nikmat berupa agama dan dunia, yang hanya diberikan kepada hamba-Nya yang beriman. Sebagaimana yang Allah Ta'ala sebutkan dalam Surah Al-Maidah : 3.
8⃣ Pengakuan akan dosa kepada Allah Azza wa Jalla. Hal ini tidak termasuk bentuk "mujaharah" (menampakkan atau terang-terangan memperlihatkan dosa), sebab pengakuan dosanya hanya kepada Allah dan bukan menceritakannya kepada manusia secara umum.
9⃣ Butuhnya si hamba akan ampunan Allah Ta'ala
1⃣0⃣ Penetapan bahwa tidak ada yang mengampuni dosa selain Allah
1⃣1⃣ Selayaknya seorang muslim/muslimah bersungguh-sungguh berdoa dengan membaca sayyidul istighfar ini [3]
Semoga Bermanfaat,
Allohu a'lam
📝Hilal Abu Naufal -hafizahulloh-
[Pengasuh Ponpes Darul Furqon Palopo]
___________
[1] HR. Bukhari no 5831, dari Syaddad bin Aus -radhiyallahu anhu-.
[2] Taudihul Ahkam : 6/429.
[3] Disadur dari Fathu Dzil Jalali wal Ikrom : 6/487-491, dan Fiqhul Ad'iyati wal Adzkar : 3/18-19.
DIKUTIP DARI GRUP TELEGRAM
DZKIR SAYYIDUL ISTIGHFAR
Taawundakwah.com, [18.05.20 15:55]
[Forwarded from At-Tashfiyah wat Tarbiyah]
📋Fiqhi Dzikir Pagi & Petang [09]
Termasuk diantara dzikir (doa) yang dituntunkan untuk dibaca, baik diwaktu pagi maupun petang adalah "Sayyidul Istighfar"
ALLAHUMMA ANTA RABBI, LAA ILAHA ILLA ANTA, KHALAQTANI WA ANA ABDUKA, WA ANA 'ALA 'AHDIKA WA WA'DIKA MASTATHO'TU 'AUDZU BIKA MIN SYARRI MA SHONA'TU, ABU'U LAKA BINI'MATIKA 'ALAYYA, WA ABU'U LAKA BIDZANBI, FAGHFIRLI FA INNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUBA ILLA ANTA
📦 KEUTAMAAN :
Nabi shallalahu alaihi wasallam, -setelah menyebutkan doa tersebut- beliau bersabda :
"Barangsiapa yang membacanya di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk dari penghuni surga. Dan jika ia membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk dari penghuni surga."[1]HR. Bukhari no 5831
📋 PENJELASAN HADITS
📍Fadhilatus Syeikh Abdullah bin Abdirrahman Al-Bassam -rahimahullah- menjelaskan, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan isi hadits yang agung ini dengan "Sayyidul Istighfâr" karena terkandung dalam hadits ini berbagai makna taubat dan merendahkan diri, yang hal tersebut tidak terdapat dalam hadits-hadits lainnya, yang juga mengandung makna taubat & istighfar.
📍Imam ath-Thîbiy -rahimahullah- berkata, “Karena do’a ini mengandung makna-makna taubat secara menyeluruh maka digunakanlah istilah "sayyid", yang pada asalnya, sayyid itu artinya induk atau pimpinan yang dituju dalam semua keperluan dan semua urusan kembali kepadanya.” [2]
🏷"Allahumma Anta Rabbi, Laa Ilaha Illa Anta ", (Yaa Allah, Engkau adalah Rabb-ku, Tiada Ilah yang berhak disembah selain Engkau). Mengandung penetapan akan rububiyah dan uluhiyah Allah, serta menunjukkan bahwa si hamba menghinakan diri dan tunduk dihadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
🏷"Khalaqtani" (Engkau telah menciptakan aku), merupakan pengakuan dari hamba, bahwa Allah adalah Rabb yang menciptakannya, dan tidak ada pencipta selain-Nya.
🏷"wa ana abduka" (dan aku adalah hamba-Mu), yakni hamba-Mu, baik secara kauni maupun syar'i. Secara kauni, Allah berhak melakukan apa saja terhadap hamba, berdasarkan kehendak-Nya. Adapun secara syar'i, si hamba menegakkan perintah dan meninggalkan larangan-Nya.
🏷"Wa ana 'ala ahdika wa wa'dika (Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu).
👉"Perjanjian-Mu" maknanya, komitmen dengan beramal, sebab Allah telah mengambil perjanjian dengan manusia dengan diberikan kepada mereka ilmu dan akal serta diutus kepada mereka para Rasul, agar mereka beriman dan beribadah kepada-Nya, sehingga konsekuensinya adalah amalan sholeh.
👉"Janji-Mu" maknanya, aku percaya akan balasan pahala yang Engkau janjikan, atas amalan sholeh, sehingga ini konseskuensinya adalah keimanan.
🏷"Mastatho'tu" (sesuai kemampuanku), yakni mentaati-Mu berdasarkan kemampuan yang aku miliki. Sebab Allah Ta'ala tidaklah membebani hamba-Nya, kecuali berdasarkan kemampuan si hamba.
🏷"Audzu bika min syarri ma shona'tu" (Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku), yakni aku berlindung dan berpegang dengan-Mu, akan akibat buruk dari dosaku. Karena sesungguhnya semua dosa merupakan keburukan dan berhak mendapatkan hukuman, kecuali yang dimaafkan oleh Allah Azza wa Jalla.
🏷"Abu'u laka bini'matika 'alayya" (Aku mengakui akan nikmat-Mu kepadaku). Hal ini merupakan bentuk pengkhususan akan kesyukuran dan mengenali berbagai nikmat Allah Azza wa Jalla. Kandungannya adalah kewajiban bersyukur atas nikmat dan berlepas diri dari kufur nikmat.
🏷"Wa abu'u bidzanbi" (Aku mengakui dosaku kepada-Mu), yakni pengakuan akan seluruh dosa & kesalahan, baik bentuknya melakukan hal yang dilarang ataupun kekurangan dalam mengerjakan kewajiban, hal ini akan membuka jalan menuju kepada taubat, dan meraih ampunan Allah Ta'ala..
Taawundakwah.com, [18.05.20 15:55]
[Forwarded from At-Tashfiyah wat Tarbiyah]
🏷"Faghfirli" (Ampunilah dosaku), maghfirah mencakup 2 hal yakni ditutupinya dosa, dan perlindungan akan akibat (hukuman) dari dosa tersebut, sehingga maknanya adalah maafkanlah dosaku sehingga tidak dihukum karenanya sekaligus ditutupi.
🏷"Fa innahu Laa Yaghfiru Dzunuba illa Anta" (Karena sesungguhnya, tidak ada yang mengampuni dosa melainkan Engkau). Hal ini merupakan bentuk penetapan dan pengakuan, bahwa meskipun seluruh mahluk berkolaborasi untuk mengampuni satu dosa, pasti mereka tidak akan bisa, karena semua perkara kembalinya kepada Allah, dan tidak ada yang mengampuni dosa melainkan Allah semata.
🎁 PETIKAN PELAJARAN :
1⃣ Keutamaan dari shighoh (bentuk kalimat istighfar), karena Nabi shallalahu alaihi wasallam menyebutnya sebagai "sayyidul istighfar". Diantara alasannya :
👉 Bahwasanya bentuk-bentuk kalimat istighfar bermacam-macam, sebahagiannya tentu lebih mulia dari yang lainnya. Seandainya tingkatannya sama, maka tidak mungkin ada yang disebut sebagai "sayyid" yang berarti induk atau pimpinan.
👉 Makna yang terkandung dari sayyidul istighfar ini sangat banyak. Diantaranya adalah penetapan akan rububiyah Allah, selain itu, kalimat "Allahumma" lebih utama dari ucapan "Yaa Allah"
2⃣ Penetapan bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah. Ini merupakan ikrar akan tauhid uluhiyah yang merupakan konsekuensi dari tauhid rububiyah.
3⃣ Penetapan dan pengakuan si hamba akan tauhid rububiyah secara terperinci, berdasarkan sabda Nabi "khalaqtani", dan juga pengakuan akan uluhiyah secara terperinci, berdasarkan sabda Nabi "wa ana 'abduka"
4⃣ Memperbaharui perjanjian Allah atas hamba-Nya, yakni perjanjian untuk menegakkan ketaatan kepada-Nya dan juga menjalankan syariat-Nya.
5⃣ Bahwa si hamba hendaklah konsisten berada didalam perjanjian Allah sesuai dengan kemampuannya.
6⃣ Hendaknya berlindung dan berpegang kepada Allah dari keburukan perbuatannya (dosanya). Sehingga dengan hal tersebut si hamba meraih 2 keutamaan :
👉 si hamba mendapatkan ampunan dari Allah setelah dia terjerumus kedalam dosa,
👉 Bahwa Allah memberikan taufiq kepadanya untuk bertaubat dari dosa yang telah dilakukannya.
7⃣ Penetapan akan nikmat Allah kepada hamba-Nya. Dan nikmat Allah atas hambanya secara global ada 2 bentuk :
👉Nikmat umum, yang diberikan kepada seluruh mahluk berupa rezki. Inilah yang Allah sebutkan dalam Surah Hud : 6.
👉 Nikmat khusus, yaitu nikmat berupa agama dan dunia, yang hanya diberikan kepada hamba-Nya yang beriman. Sebagaimana yang Allah Ta'ala sebutkan dalam Surah Al-Maidah : 3.
8⃣ Pengakuan akan dosa kepada Allah Azza wa Jalla. Hal ini tidak termasuk bentuk "mujaharah" (menampakkan atau terang-terangan memperlihatkan dosa), sebab pengakuan dosanya hanya kepada Allah dan bukan menceritakannya kepada manusia secara umum.
9⃣ Butuhnya si hamba akan ampunan Allah Ta'ala
1⃣0⃣ Penetapan bahwa tidak ada yang mengampuni dosa selain Allah
1⃣1⃣ Selayaknya seorang muslim/muslimah bersungguh-sungguh berdoa dengan membaca sayyidul istighfar ini [3]
Semoga Bermanfaat,
Allohu a'lam
📝Hilal Abu Naufal -hafizahulloh-
[Pengasuh Ponpes Darul Furqon Palopo]
___________
[1] HR. Bukhari no 5831, dari Syaddad bin Aus -radhiyallahu anhu-.
[2] Taudihul Ahkam : 6/429.
[3] Disadur dari Fathu Dzil Jalali wal Ikrom : 6/487-491, dan Fiqhul Ad'iyati wal Adzkar : 3/18-19.
══════ ❁✿❁ ══════
Mari bergabung & menyebarkan Dakwah Tauhid dan Sunnah bersama kami :
🔃 Join :
📮 https://t.me/hilalpalopo
🌐 Web: palopomengaji.com
🌎 fb.me/palopomengaji
🖼️ instagram.com/hilal_abunaufal_
🖼️ instagram.com/palopomengaji
[Forwarded from At-Tashfiyah wat Tarbiyah]
📋Fiqhi Dzikir Pagi & Petang [09]
Termasuk diantara dzikir (doa) yang dituntunkan untuk dibaca, baik diwaktu pagi maupun petang adalah "Sayyidul Istighfar"
َ اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْت
ALLAHUMMA ANTA RABBI, LAA ILAHA ILLA ANTA, KHALAQTANI WA ANA ABDUKA, WA ANA 'ALA 'AHDIKA WA WA'DIKA MASTATHO'TU 'AUDZU BIKA MIN SYARRI MA SHONA'TU, ABU'U LAKA BINI'MATIKA 'ALAYYA, WA ABU'U LAKA BIDZANBI, FAGHFIRLI FA INNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUBA ILLA ANTA
📦 KEUTAMAAN :
Nabi shallalahu alaihi wasallam, -setelah menyebutkan doa tersebut- beliau bersabda :
"Barangsiapa yang membacanya di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk dari penghuni surga. Dan jika ia membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk dari penghuni surga."[1]HR. Bukhari no 5831
📋 PENJELASAN HADITS
📍Fadhilatus Syeikh Abdullah bin Abdirrahman Al-Bassam -rahimahullah- menjelaskan, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan isi hadits yang agung ini dengan "Sayyidul Istighfâr" karena terkandung dalam hadits ini berbagai makna taubat dan merendahkan diri, yang hal tersebut tidak terdapat dalam hadits-hadits lainnya, yang juga mengandung makna taubat & istighfar.
📍Imam ath-Thîbiy -rahimahullah- berkata, “Karena do’a ini mengandung makna-makna taubat secara menyeluruh maka digunakanlah istilah "sayyid", yang pada asalnya, sayyid itu artinya induk atau pimpinan yang dituju dalam semua keperluan dan semua urusan kembali kepadanya.” [2]
🏷"Allahumma Anta Rabbi, Laa Ilaha Illa Anta ", (Yaa Allah, Engkau adalah Rabb-ku, Tiada Ilah yang berhak disembah selain Engkau). Mengandung penetapan akan rububiyah dan uluhiyah Allah, serta menunjukkan bahwa si hamba menghinakan diri dan tunduk dihadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
🏷"Khalaqtani" (Engkau telah menciptakan aku), merupakan pengakuan dari hamba, bahwa Allah adalah Rabb yang menciptakannya, dan tidak ada pencipta selain-Nya.
🏷"wa ana abduka" (dan aku adalah hamba-Mu), yakni hamba-Mu, baik secara kauni maupun syar'i. Secara kauni, Allah berhak melakukan apa saja terhadap hamba, berdasarkan kehendak-Nya. Adapun secara syar'i, si hamba menegakkan perintah dan meninggalkan larangan-Nya.
🏷"Wa ana 'ala ahdika wa wa'dika (Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu).
👉"Perjanjian-Mu" maknanya, komitmen dengan beramal, sebab Allah telah mengambil perjanjian dengan manusia dengan diberikan kepada mereka ilmu dan akal serta diutus kepada mereka para Rasul, agar mereka beriman dan beribadah kepada-Nya, sehingga konsekuensinya adalah amalan sholeh.
👉"Janji-Mu" maknanya, aku percaya akan balasan pahala yang Engkau janjikan, atas amalan sholeh, sehingga ini konseskuensinya adalah keimanan.
🏷"Mastatho'tu" (sesuai kemampuanku), yakni mentaati-Mu berdasarkan kemampuan yang aku miliki. Sebab Allah Ta'ala tidaklah membebani hamba-Nya, kecuali berdasarkan kemampuan si hamba.
🏷"Audzu bika min syarri ma shona'tu" (Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku), yakni aku berlindung dan berpegang dengan-Mu, akan akibat buruk dari dosaku. Karena sesungguhnya semua dosa merupakan keburukan dan berhak mendapatkan hukuman, kecuali yang dimaafkan oleh Allah Azza wa Jalla.
🏷"Abu'u laka bini'matika 'alayya" (Aku mengakui akan nikmat-Mu kepadaku). Hal ini merupakan bentuk pengkhususan akan kesyukuran dan mengenali berbagai nikmat Allah Azza wa Jalla. Kandungannya adalah kewajiban bersyukur atas nikmat dan berlepas diri dari kufur nikmat.
🏷"Wa abu'u bidzanbi" (Aku mengakui dosaku kepada-Mu), yakni pengakuan akan seluruh dosa & kesalahan, baik bentuknya melakukan hal yang dilarang ataupun kekurangan dalam mengerjakan kewajiban, hal ini akan membuka jalan menuju kepada taubat, dan meraih ampunan Allah Ta'ala..
Taawundakwah.com, [18.05.20 15:55]
[Forwarded from At-Tashfiyah wat Tarbiyah]
🏷"Faghfirli" (Ampunilah dosaku), maghfirah mencakup 2 hal yakni ditutupinya dosa, dan perlindungan akan akibat (hukuman) dari dosa tersebut, sehingga maknanya adalah maafkanlah dosaku sehingga tidak dihukum karenanya sekaligus ditutupi.
🏷"Fa innahu Laa Yaghfiru Dzunuba illa Anta" (Karena sesungguhnya, tidak ada yang mengampuni dosa melainkan Engkau). Hal ini merupakan bentuk penetapan dan pengakuan, bahwa meskipun seluruh mahluk berkolaborasi untuk mengampuni satu dosa, pasti mereka tidak akan bisa, karena semua perkara kembalinya kepada Allah, dan tidak ada yang mengampuni dosa melainkan Allah semata.
🎁 PETIKAN PELAJARAN :
1⃣ Keutamaan dari shighoh (bentuk kalimat istighfar), karena Nabi shallalahu alaihi wasallam menyebutnya sebagai "sayyidul istighfar". Diantara alasannya :
👉 Bahwasanya bentuk-bentuk kalimat istighfar bermacam-macam, sebahagiannya tentu lebih mulia dari yang lainnya. Seandainya tingkatannya sama, maka tidak mungkin ada yang disebut sebagai "sayyid" yang berarti induk atau pimpinan.
👉 Makna yang terkandung dari sayyidul istighfar ini sangat banyak. Diantaranya adalah penetapan akan rububiyah Allah, selain itu, kalimat "Allahumma" lebih utama dari ucapan "Yaa Allah"
2⃣ Penetapan bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah. Ini merupakan ikrar akan tauhid uluhiyah yang merupakan konsekuensi dari tauhid rububiyah.
3⃣ Penetapan dan pengakuan si hamba akan tauhid rububiyah secara terperinci, berdasarkan sabda Nabi "khalaqtani", dan juga pengakuan akan uluhiyah secara terperinci, berdasarkan sabda Nabi "wa ana 'abduka"
4⃣ Memperbaharui perjanjian Allah atas hamba-Nya, yakni perjanjian untuk menegakkan ketaatan kepada-Nya dan juga menjalankan syariat-Nya.
5⃣ Bahwa si hamba hendaklah konsisten berada didalam perjanjian Allah sesuai dengan kemampuannya.
6⃣ Hendaknya berlindung dan berpegang kepada Allah dari keburukan perbuatannya (dosanya). Sehingga dengan hal tersebut si hamba meraih 2 keutamaan :
👉 si hamba mendapatkan ampunan dari Allah setelah dia terjerumus kedalam dosa,
👉 Bahwa Allah memberikan taufiq kepadanya untuk bertaubat dari dosa yang telah dilakukannya.
7⃣ Penetapan akan nikmat Allah kepada hamba-Nya. Dan nikmat Allah atas hambanya secara global ada 2 bentuk :
👉Nikmat umum, yang diberikan kepada seluruh mahluk berupa rezki. Inilah yang Allah sebutkan dalam Surah Hud : 6.
👉 Nikmat khusus, yaitu nikmat berupa agama dan dunia, yang hanya diberikan kepada hamba-Nya yang beriman. Sebagaimana yang Allah Ta'ala sebutkan dalam Surah Al-Maidah : 3.
8⃣ Pengakuan akan dosa kepada Allah Azza wa Jalla. Hal ini tidak termasuk bentuk "mujaharah" (menampakkan atau terang-terangan memperlihatkan dosa), sebab pengakuan dosanya hanya kepada Allah dan bukan menceritakannya kepada manusia secara umum.
9⃣ Butuhnya si hamba akan ampunan Allah Ta'ala
1⃣0⃣ Penetapan bahwa tidak ada yang mengampuni dosa selain Allah
1⃣1⃣ Selayaknya seorang muslim/muslimah bersungguh-sungguh berdoa dengan membaca sayyidul istighfar ini [3]
Semoga Bermanfaat,
Allohu a'lam
📝Hilal Abu Naufal -hafizahulloh-
[Pengasuh Ponpes Darul Furqon Palopo]
___________
[1] HR. Bukhari no 5831, dari Syaddad bin Aus -radhiyallahu anhu-.
[2] Taudihul Ahkam : 6/429.
[3] Disadur dari Fathu Dzil Jalali wal Ikrom : 6/487-491, dan Fiqhul Ad'iyati wal Adzkar : 3/18-19.
══════ ❁✿❁ ══════
Mari bergabung & menyebarkan Dakwah Tauhid dan Sunnah bersama kami :
🔃 Join :
📮 https://t.me/hilalpalopo
🌐 Web: palopomengaji.com
🌎 fb.me/palopomengaji
🖼️ instagram.com/hilal_abunaufal_
🖼️ instagram.com/palopomengaji
"Subhaanalloh wa bihamdihi" sebanyak 100x
Taawundakwah.com, [15.05.20 06:04]
[Forwarded from At-Tashfiyah wat Tarbiyah]
📋Fiqhi Dzikir Pagi & Petang [08]
Diantara dzikir yang dituntunkan oleh Rasulullah shallalahu alaihi wasallam, baik diwaktu pagi maupun sore adalah membaca :
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
"Subhaanalloh wa bihamdihi" sebanyak 100x
🌴KEUTAMAAN PERTAMA:
👉 Termasuk Manusia Yang Utama pada hari kiamat.
Rasulullah shallalahu alaihi wasallam bersabda :
"Barang siapa, ketika pagi dan sore, membaca doa; Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya sebanyak 100 x maka pada hari kiamat tidak ada orang lain yang melebihi pahalanya kecuali orang yang juga pernah mengucapkan bacaan seperti itu atau lebih dan itu."
[HR. Muslim no 4858]
🌴KEUTAMAAN KEDUA:
👉 Diampuni dosanya meski sebanyak buih di lautan.
Rasulullah shallalahu alaihi wasallam bersabda :
"Barangsiapa mengucapkan 'Subhanallah wabihamdihi Maha suci Allah dan segala pujian hanya untuk-Nya' sehari seratus kali, maka kesalahan-kesalahannya akan terampuni walaupun sebanyak buih di lautan."
[HR. Bukhari no 5296].
📋PENJELASAN RINGKAS
🏷Al-Allamah Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin -rahimahullah- menerangkan, bahwa makna "سبحان الله" (Subhanalloh), yaitu mensucikan Allah dari segala sesuatu yang tidak pantas disematkan kepada Allah, dan itu mencakup 3 (tiga) perkara :
1⃣ Mensucikan Allah dari berbagai sifat kekurangan. Sehingga mustahil Allah disifati
dengan sifat ketidak sempurnaan.
2⃣ Mensucikan Allah dari pensifatan kurang pada kesempurnaannya,
3⃣ Mensucikan Allah dari penyerupaan terhadap mahluk.
🏷Adapun makna "وبحمده" (wa bihamdihi) yaitu memuji Allah dengan mensifati-Nya dengan sifat yang sempurna, diiringi dengan kecintaan dan pengagungan. Itulah makna pujian yang sering kita ucapkan dengan "alhamdulillah" [1]
⚠️ PERINGATAN
🏷Fadhilatus Syeikh Prof DR Abdurrozzaq Al-Badr -hafizahullah- mengingatkan, bahwa termasuk bagian dari sunnah, adalah menghitung jumlah ucapan dzikir tersebut dengan tangan, sebagai bentuk meneladani Rasulullah shallalahu alaihi wasallam, bukan dengan biji-biji tasbih, alat hitung dan yang semisalnya, sebagaimana yang banyak dilakukan oleh manusia
📋Abdullah bin Amr bin Al-Ash -radhiyallahu anhuma berkata :
Dan dimaklumi bagi seorang muslim, bahwa sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallalahu alaihi wasallam [2]
Allahu a'lam
📝 Ustadz Hilal Abu Naufal -hafizahulloh-
[Pengasuh Ponpes Darul Furqon Palopo]
_______________
[1] Diringkas dari Syarhu Al-Arba'in, hal 244-245.
[2] Fiqhul Ad'iyati wal Adzkar : 3/24.
DIKUTIP DARI TAAWUNDAKWAH.COM TELEGRAM
[Forwarded from At-Tashfiyah wat Tarbiyah]
📋Fiqhi Dzikir Pagi & Petang [08]
Diantara dzikir yang dituntunkan oleh Rasulullah shallalahu alaihi wasallam, baik diwaktu pagi maupun sore adalah membaca :
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
"Subhaanalloh wa bihamdihi" sebanyak 100x
🌴KEUTAMAAN PERTAMA:
👉 Termasuk Manusia Yang Utama pada hari kiamat.
Rasulullah shallalahu alaihi wasallam bersabda :
َ مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ
"Barang siapa, ketika pagi dan sore, membaca doa; Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya sebanyak 100 x maka pada hari kiamat tidak ada orang lain yang melebihi pahalanya kecuali orang yang juga pernah mengucapkan bacaan seperti itu atau lebih dan itu."
[HR. Muslim no 4858]
🌴KEUTAMAAN KEDUA:
👉 Diampuni dosanya meski sebanyak buih di lautan.
Rasulullah shallalahu alaihi wasallam bersabda :
َ مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
"Barangsiapa mengucapkan 'Subhanallah wabihamdihi Maha suci Allah dan segala pujian hanya untuk-Nya' sehari seratus kali, maka kesalahan-kesalahannya akan terampuni walaupun sebanyak buih di lautan."
[HR. Bukhari no 5296].
📋PENJELASAN RINGKAS
🏷Al-Allamah Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin -rahimahullah- menerangkan, bahwa makna "سبحان الله" (Subhanalloh), yaitu mensucikan Allah dari segala sesuatu yang tidak pantas disematkan kepada Allah, dan itu mencakup 3 (tiga) perkara :
1⃣ Mensucikan Allah dari berbagai sifat kekurangan. Sehingga mustahil Allah disifati
dengan sifat ketidak sempurnaan.
2⃣ Mensucikan Allah dari pensifatan kurang pada kesempurnaannya,
3⃣ Mensucikan Allah dari penyerupaan terhadap mahluk.
🏷Adapun makna "وبحمده" (wa bihamdihi) yaitu memuji Allah dengan mensifati-Nya dengan sifat yang sempurna, diiringi dengan kecintaan dan pengagungan. Itulah makna pujian yang sering kita ucapkan dengan "alhamdulillah" [1]
⚠️ PERINGATAN
🏷Fadhilatus Syeikh Prof DR Abdurrozzaq Al-Badr -hafizahullah- mengingatkan, bahwa termasuk bagian dari sunnah, adalah menghitung jumlah ucapan dzikir tersebut dengan tangan, sebagai bentuk meneladani Rasulullah shallalahu alaihi wasallam, bukan dengan biji-biji tasbih, alat hitung dan yang semisalnya, sebagaimana yang banyak dilakukan oleh manusia
📋Abdullah bin Amr bin Al-Ash -radhiyallahu anhuma berkata :
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُ التَّسْبِيحَ بِيَمِينِهِ
"Aku melihat Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam menghitung ucapan tasbih dengan tangan kanannya."[HR Abu Daud no 1502, dishohihkan oleh Syeikh Al-Bani dalam Shohih Abu Daud no 1330].Dan dimaklumi bagi seorang muslim, bahwa sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallalahu alaihi wasallam [2]
Allahu a'lam
📝 Ustadz Hilal Abu Naufal -hafizahulloh-
[Pengasuh Ponpes Darul Furqon Palopo]
_______________
[1] Diringkas dari Syarhu Al-Arba'in, hal 244-245.
[2] Fiqhul Ad'iyati wal Adzkar : 3/24.
DIKUTIP DARI TAAWUNDAKWAH.COM TELEGRAM
Minggu, 17 Mei 2020
22 HADITS-HADITS SHAHIH SEPUTAR MALAM LAILATUL QADAR"*
بسم الله الرحمن الرحيم
*"
*[KEUTAMAANNYA]*:
1).Dari Shahabat Abu Hurairah-radhiyallahu ‘anhu-bahwa Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-bersabda:
" من يقم ليلة القدر إيماناً واحتسابا غفر لله ما تقدم من ذنبه"
Artinya :
_"Barangsiapa yang menegakkan lailatul qadar karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya"._
[H.R,Imam Bukhari, no:35].
2). Dari Shahabat Anas Bin Malik-radhiyallahu ‘anhu-berkata:
" دخل رمضان فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
"إن هذا الشهر قد حضركم وفيه ليلة خير من ألف شهر من حرمها فقد حرم الخير كله ولا يحرم خيرها إلا محروم"
Artinya:
_"Ketika datang bulan ramadlan, Rasulullah-shallallahu 'alaihi wasallam-bersabda: "Sesungguhnya bulan ini telah hadir kepada kalian. Di bulan ini ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan._
_Barangsiapa diharamkan darinya, maka dia telah diharamkan kebaikan semuanya. Dan tidak diharamkan kebaikannya kecuali bagi yang terhalang dari kebaikan."_
[H.R,Imam Ibnu Majah, no1644].
*[PETUAH NABAWI DI SEPULUH AKHIR RAMADHAN]:*
3). Dari 'Aisyah-radhiykahu ‘anha-berkata:
" كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر أحيا الليل وأيقظ أهله وجد وشد المئزر"
Artinya:
" Ketika Rasulullah-shallallahu 'alaihi wasallam-memasuki sepuluh terakhir (Ramadlan), maka beliau menghidupkan malam-malamnya (dengan qiyamullail) dan membangunkan keluarganya serta mengencangkan ikatan kainnya (menjauhi isterinya untuk lebih konsentrasi beribadah)."
[H.R,Imam Muslim, no:1174].
4). Dari 'Aisyah-radhiyallahu ‘anha-:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يرغِّب الناس في قيام رمضان من غير أن يأمرهم بعزيمة أمر فيه فيقول من قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه"
Artinya:
"Rasulullah-shallallahu 'alaihi wasallam-menganjurkan mereka untuk melakukan qiyamullail di bulan Ramadlan tanpa menyuruh mereka dengan perintah yang mengharuskan lalu bersabda:
"Barangsiapa yang melakukan qiyamullail pada malam lailatul Qadar di bulan Ramadlan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka akan diampuni dari dosanya yang telah berlalu."
[H.R,Imam An-nasaai, no:2192,dan Di hasankan oleh Syaikh Al-Bani].
5). Dari Shahabat Abdullah Bin 'Amr-radhiyallahu ‘anhu-:
"أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يعتكف العشر الأواخر من رمضان.
قال نافع وقد أراني عبد الله رضي الله عنه المكان الذي كان يعتكف فيه رسول الله صلى الله عليه وسلم من المسجد"
Artinya:
Bahwa Rasulullah-shallallahu 'alaihi wasallam-melakukan I'tikaf pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadlan. Nafi' berkata, "Dan Abdullah bin Umar telah memperlihatkan kepadaku tempat yang terdapat dalam ruangan Masjid, tempat yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pergunakan untuk melakukan I'tikaf."
[H.R,Imam Muslim, no:1171].
*[WAKTUNYA]:*
6). Dari Shahabat Abu Salamah-radhiyallahu ‘anhu-berkata:
انطلقت إلى أبي سعيد الخدري رضي الله عنه فقلت:
ألا تخرج بنا إلى النخل نتحدث فخرج فقال قلت حدثني ما سمعت من النبي صلى الله عليه وسلم في ليلة القدر؟
قال اعتكف رسول الله صلى الله عليه وسلم عشر الأول من رمضان واعتكفنا معه فأتاه جبريل فقال:
"إن الذي تطلب أمامك فاعتكف العشر الأوسط فاعتكفنا معه فأتاه جبريل فقال:
"إن الذي تطلب أمامك"
قام النبي صلى الله عليه وسلم خطيباً صبيحة عشرين من رمضان فقال:
"من كان اعتكف مع النبي صلى الله عليه وسلم فليرجع فإني أُرِيت ليلة القدر وإني نُسِّيتُها وإنها في العشر الأواخر وفي وتر وإني رأيت كأني أسجد في طين وماء"
وكان سقف المسجد جريد النخل وما نرى في السماء شيئاً فجاءت قزعة فأمطرنا فصلى بنا النبي صلى الله عليه وسلم حتى رأيت أثر الطين والماء على جبهة رسول الله صلى الله عليه وسلم وأرنبته تصديق رؤياه"
Artinya:
Aku pergi menemui Abu Sa'id Al Khudri, lalu aku bertanya kepadanya:
"Maukah anda pergi bersama kami ke bawah pohon kurma lalu kita berbincang-bincang di sana?"
Ia pun pergi dan bercakap-cakap bersama kami.
Aku kemudian berkata, "Ceritakanlah kepadaku apa yang pernah anda dengar dari Nabi-shallahu ‘alaihiwasallam-tentang Lailatul Qadar."
Dia lalu menjelaskan, "Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam -melaksanakan i'tikaf pada sepuluh malam yang awal dari Ramadan, dan kami juga ikut beri'tikaf bersama beliau.
Lalu datanglah Malaikat Jibril berkata:
"Sesungguhnya apa yang kamu cari ada di depan kamu (pada malam berikutnya)."
Maka Beliau beri'tikaf pada sepuluh malam pertengahannnya dan kami pun ikut beri'tikaf bersama Beliau. Kemudian Malaikat Jibril datang lagi dan berkata:
"Sesungguhnya apa yang kamu cari ada di depan kamu (pada malam berikutnya)."
Maka Nabi-shallahu ‘alaihiwasallam-berdiri memberi khuthbah kepada kami pada pagi hari di hari ke dua puluh dari bulan Ramadan, beliau bersabda:
"Barangsiapa sudah beri'tikaf bersama Nabi-shallahu ‘alaihiwasallam-maka pulanglah(kembalilah) , karena aku diperlihatkan (dalam mimpi) Lailatul Qadar namun aku dilupakan waktunya yang pasti.
Namun dia ada pada sepuluh malam-malam akhir dan pada malam yang ganjil. Sungguh aku melihat dalam mimpi, bahwa aku sujud di atas tanah dan air (yang becek)."
Pada masa itu atap masjid masih terbuat dari daun dan pelepah pohon kurma, dan kami tidak melihat sesuatu di atas langit hingga kemudian datang awan dan turunlah air hujan.
Maka Nabi-shallahu ‘alaihiwasallam-, shalat bersama kami hingga aku melihat sisa-sisa tanah dan air pada wajah dan ujung hidung Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-sebagai bukti kebenaran mimpi beliau."
[H.R,Bukhari, no:780].
7). Dari A'isyah-radhiyallahu ‘anha-berkata:
"كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يجاور في العشر الأواخر من رمضان ويقول:
"تحروا ليلة القدر في العشر الأواخر من رمضان".
Artinya:
"Dahulu Rasulullah-shallahu ‘alaiahiwasallam-melakukan Ibadah i'tikaf di Sepuluh terakhir dari Ramadhan dan bersabda:
"Carilah malam Lailatul qadar di Sepuluh terakhir dari Ramadhan"
[H.R, Bukhari, no:1916].
8). Dari Nafi' dari Shahabat Ibnu 'Umar-radhiyallahu ‘anhu-:
"أن رجالاً من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم أروا ليلة القدر في المنام في السبع الأواخر فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم أرى رؤياكم قد تواطأت في السبع الأواخر فمن كان متحريها فليتحرها في السبع الأواخر"
Artinya:
"bahwa ada seorang dari sahabat Nabi-shallahu ‘alaihiwasallam-ada yang menyaksilan Lailatul Qadar dalam mimpinya terjadi pada tujuh hari terakhir.
Maka Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-berkata:
"Aku memandang bahwa mimpi kalian tentang Lailatul Qadar tepat terjadi pada tujuh malam terakhir, maka siapa yang mau mendekatkan diri kepada Allah dengan mencarinya, lakukanlah pada tujuh malam terakhir".
[H.R, Bukhari, no:1917].
9). Dari Shahabat 'Ubadah Bin Shomit-radhiyallahu ‘anhu-berkata:
"خرج النبي صلى الله عليه وسلم ليخبرنا بليلة القدر فتلاحى رجلان من المسلمين فقال:
"خرجت لأخبركم بليلة القدر فتلاحى فلان وفلان فرفعت وعسى أن يكون خيراً لكم فالتمسوها في التاسعة والسابعة والخامسة".
"Bahwa Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-keluar untuk menjelaskan tentang Lailatul Qodar, lalu ada dua orang muslimin saling berdebat/bertikai.
Maka Nabi bersabda:
"Aku datang untuk menjelaskan Lailatul Qodar kepada kalian, namun fulan dan fulan saling berdebat/bertikai sehingga akhirnya diangkat (lailatul qodar), dan semoga menjadi lebih baik buat kalian, maka itu intailah (lailatul qodar) itu pada hari yang kesembilan, ketujuh dan kelima ".
[H.R, Bukhari, no:1919].
10). Dari Laahiq Bin Humaid dsn 'Ikrimah bahwa' Umar berkata:
"من يعلم متى ليلة القدر؟ قالا: فقال ابن عباس رضي الله عنه: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: هي في العشر في سبع يمضين، أو سبع يبقين".
"Siapa yang tahu kapan terjadinya lailatul qadar?" Maka Ibnu Abbas pun berkata; Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-bersabda:
"Yaitu pada kesepuluh, di ketujuh yang berlalu atau ketujuh tersisa."
[H.R,Ima Ahmad, no:2543].
11). Dari Shahabat Mu'awiah-radhiyallahu ‘anhu-bahwa Nabi-shallahu ‘alaihiwasallam-:
"التمسوا ليلة القدر ليلة سبع و عشرين"
Artinya:
" Carilah malam laitul qodar itu di malam ke dua puluh tujuh"
[H.R,Imam Thabrani dalam alkabir, dan di shahihkan oleh Al-Bani dalam shahihul jami', no:1240].
12). Dari Mu'awiyah-radhiyallahu ‘anhu-berkata:telah bersabda Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-:
"التمسوا ليلة القدر في آخر ليلة".
Artinya:
"Carilah malam laitul qadar itu di akhir malam"
[H.R,Imam Ibnu Khuzhaimah no:2183, dan di Shahihkan oleh Syaikh Albani].
13). Dari Shahabat Abdillah Bin Unais-bahwa Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-bersabda:
"تحروا ليلة القدر ليلة ثلاث و عشرين".
Artinya:
"Carilah Malam lailatul qadar itu di malam kedua puluh tiga"
[H.R,Imam Thabrani dalam alkabir, dan d shahihkan oleh Syaikh Albani].
14). Dari Shahabat Abdullah Bin Abbas-radhiyallahu ‘anhuma-:
"أن رجلا أتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: يا نبي الله إني شيخ كبير عليل يشق علي القيام فأمرني بليلة لعل الله يوفقني فيها لِلَيْلَةِ القدر قال: عليك بالسابعة".
Bahwa ada seorang lelaki mendatangi Rasulullah dan berkata:
"Wahai Nabi Allah, saya adalah orang yang sudah tua renta yang sakit sakitan, sulit bagiku untuk berdiri, maka perintahkan kepadaku dengan satu malam semoga Allah menetapkanku bertemu dengan malam lailatul qodar."
Beliaupun bersabda:
" (Beribadahlah) pada malam ketujuh."
[H.R,Imam Ahmad dalam musnadnya, no:2149,berkata: Al-Arnauth:sanadnya Shahih atas syarat Bukhari].
15). Dari Shahabat Abdullah Bin 'Abbas-radhiyallahu ‘anhuma-Berkata:
"أُتِيْتُ وأنا نائم في رمضان فقيل لي إن الليلة ليلة القدر قال: فقمت وأنا ناعس فتعلقت ببعض أطناب فسطاط رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فأتيت رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فإذا هو يصلي قال فنظرت في تلك الليلة فإذا هي ليلة ثلاث وعشرين.
"Aku didatangi ketika aku sedang tidur(dalam mimpi) pada malam ramadhan, kemudian di sampaikan kepadaku; bahwa malam ini adalah malam lailatul qadar, maka aku pun bangun dengan rasa kantuk yang masih menyelimuti.
Aku bergelayutan kepada tali tenda Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-dan ternyata beliau sedang melakukan shalat. kemudian aku perhatikan malam itu, dan ternyata malam itu adalah tanggal dua puluh tiga".
[H.R,Imam Ahmad no:2302,dan berkata Al-arnauth: hasan li goirih].
16). Dari Abdullah Bin 'Abbas-radhiyallahu ‘anhuma-bahwa Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-bersabda:
"التمسوها في العشر الأواخر -يعنى ليلة القدر- فإن ضعف أحدكم أو عجز فلا يُغْلَبَنَّ على السبع البواقي"
Artinya:
"Carilah lailatul Qadr pada sepuluh akhir bulan Ramadlan, jika salah seorang diantara kalian lemah atau tidak mampu, jangan sekali-kali melewatkan tujuh hari akhir yang tersisa."
[H.R,Abdullah Bin Ahmad, no:5485,Berkata: sanadnya shahih atas syarat Imam Muslim].
17). Dari Abu Hurairah-radhiyallahu ‘anhu-berkata:
"ذكرنا ليلة القدر عند رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فقال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -:
"كم مضى من الشهر؟ فقلنا: مضى اثنان وعشرون يوما وبقي ثمان فقال - صلى الله عليه وسلم -:
"لا بل مضى اثنان وعشرون يوما وبقي سبع الشهر تسع وعشرون يوما فالتمسوها الليلة".
Artinya:
Suatu ketika kami menyebutkan tentang malam lailatul qadar di sisi Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-, maka beliaupun bersabda:
"Sudah berapa hari berlalu dari bulan(ramadhan)"?
Sudah berlalu dua puluh dua malam dan sisa delapan(hari) lagi.
Beliau pun bersabda:
"Tidak, bahkan telah berlalu dua puluh dua dan sisa tujuh hari lagi, bulan itu dua puluh sembilan hari, maka carilah (lailatu qadar) pada malam ini (malam dua tiga)".
[HR,Imam Ibnu Hibban, no:2548,berkat Al-arnauth:sanadnya shahih atas syarat Bukhari dan muslim].
*[TANDANYA]:*
18). Dari Ibnu 'Abbas-radhiyallahu ‘anhuma-bahwa Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-bersabda tentang malam lailatul qadar:
"ليلة القدر ليلة سمحة طلقة لا حارة و لا باردة تصبح الشمس صبيحتها ضعيفة حمراء".
Artinya:
"Malam Lailatu qadar itu adalah malam yang cerah, tidak panas dan tidak dingin.
Di pagi harinya matahari lemah memerah".
[H.R,Imam Al-Baihaqi dalam syu'abul iman, dan d shahihkan oleh Syaikh Al-Bani dalam shahihul jami', no:5475].
19). Dari Shahabat Zhir-radhiyallahu ‘anhu-berkata:
Aku berkata kepada Ubay Bin Ka'b: Sampaikan kepadaku tentang malam lailatu qadar, karena Shahabat kita Abdullah Bin Mas'ud telah di tanya tentangnya, maka dia menjawab:
Barangsiapa yang menghidupkan malam setahun penuh, pasti dia akan memperoleh malam lailatul qadar?!.
Maka Ubay Bin Ka'b pun berkata:
"رحم الله أبا عبد الرحمن لقد علم أنها في رمضان ولكنه كره أن يتكلوا أو أحب أن لا يتكلوا.
والله إنها لفي رمضان ليلة سبع وعشرين. لا يستثني قال: قلت: يا أبا المنذر أني علمت ذلك؟
قال بالآية التي أخبرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: قلت لزر: ما الآية قال تطلع الشمس صبيحة تلك الليلة ليس لها شعاع مثل الطست حتى ترتفع".
Artinya:
"Semoga Allah merahmati Aba Abdirrohman (kunnyah abdullah bin mas'ud), Sesungguhnya dia telah tau bahwa malam lailatu qadar itu di bulan ramadhan.
Hanya saja beliau tidak suka manusia itu akan bergantungan dengannya.
Demi Allah sesungguhnya malam lailatul qada itu di malam kedua puluh tujuh (ramadhan).
Dan beliau (ubay bin ka'b) tidak mengucapkan In syaa Allah dalam sumpahnya itu.
Kemudian aku (Shahabat Zhir) berkata:
Wahai Abal Munzir (kunnyah Ubay) bagaiamana engkau bisa tau?
Beliau pun menjawab:
"Dengan tanda yang telah di sampai Rasulullah kepada kami".
Yaitu di pagi harinya matahari
Seperti belanga sampai meninggi.
[H.R,Ibnu Khuzhaimah, no:2193 dan di shahihkan oleh syaikh Albani].
20). Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-bersabda tentang malam lailatul qadar:
"إنها ليلة سابعة أو تاسعة وعشرين إن الملائكة تلك الليلة في الأرض أكثر من عدد الحصى".
Artinya:
"Sesungguhnya malam lailatul qadar itu adalah pada malam ketujuh, atau dua puluh sembilan, dan sesungguhnya pada malam itu jumlah malaikat di bumi lebih banyak dari jumlah pasir."
[H.R, Abdullah Bin Imam Ahmad, no:1073, Dan di shahihkan oleh Syaikh Albani dalam Ash-Shahîhah, no:2205].
21). Dari Shahabat Jabir-radhiyallahu-bahwa Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-bersabda:
"إني كنت أُرِيت ليلة القدر ثم نسيتها وهي في العشر الأواخر وهي طلقة بجة لا حارة ولا باردة كأن فيها قمراً يفضح كواكبها لا يخرج شيطانها حتى يخرج فجرها"
"Sesungguhnya aku telah di perlihatkan malam lailatul qadar, kemudian akan terlupakan.
Dan (yang pasti) malam lailatul qadar itu di Sepuluh terakhir (ramadhan).
Merupakan sebuah malam yang cerah tidak panas dan tidak dingin, bulan di malam itu bulan memancarkan bintang-bintang malamnya, tidak keluar Syaithan malam itu sehingga keluar fajarnya".
[H.R,Imam Ibnu Hibban, no:3688, di Shahih kan oleh Al-Arnauth].
*[DZIKIR YANG DI BACA]:*
22). Dari 'Aisyah-radhiyallahu ‘anha-berkata:
"يا نبي الله أرأيت إن وافقت ليلة القدر ما أقول؟ قال: تقولين:
"اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني".
"Wahai Rasulullah! Bagaimana jika aku mendapatkan lailatul qodar, apa yang hendaknya aku baca?" Beliau bersabda: "Berdo'alah:
“ ALLAHUMMA INNAKA 'AFUWWUN TUHIBBUL 'AFWA FA' FU 'ANNI”
(ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi mencintai ampunan)."
[H.R,Imam Ahmad dalam musnadnya, no:26215, di shahih kan oleh Al-arnauth].
Baarokallahufik
Yg mencintaimu karena-Nya:
Abu Furaihan Farhan Bin Ramli Ahmad-حفظه الله-.dikutip dari grup wa mutiara subuh 2
*"
*[KEUTAMAANNYA]*:
1).Dari Shahabat Abu Hurairah-radhiyallahu ‘anhu-bahwa Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-bersabda:
" من يقم ليلة القدر إيماناً واحتسابا غفر لله ما تقدم من ذنبه"
Artinya :
_"Barangsiapa yang menegakkan lailatul qadar karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya"._
[H.R,Imam Bukhari, no:35].
2). Dari Shahabat Anas Bin Malik-radhiyallahu ‘anhu-berkata:
" دخل رمضان فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
"إن هذا الشهر قد حضركم وفيه ليلة خير من ألف شهر من حرمها فقد حرم الخير كله ولا يحرم خيرها إلا محروم"
Artinya:
_"Ketika datang bulan ramadlan, Rasulullah-shallallahu 'alaihi wasallam-bersabda: "Sesungguhnya bulan ini telah hadir kepada kalian. Di bulan ini ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan._
_Barangsiapa diharamkan darinya, maka dia telah diharamkan kebaikan semuanya. Dan tidak diharamkan kebaikannya kecuali bagi yang terhalang dari kebaikan."_
[H.R,Imam Ibnu Majah, no1644].
*[PETUAH NABAWI DI SEPULUH AKHIR RAMADHAN]:*
3). Dari 'Aisyah-radhiykahu ‘anha-berkata:
" كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر أحيا الليل وأيقظ أهله وجد وشد المئزر"
Artinya:
" Ketika Rasulullah-shallallahu 'alaihi wasallam-memasuki sepuluh terakhir (Ramadlan), maka beliau menghidupkan malam-malamnya (dengan qiyamullail) dan membangunkan keluarganya serta mengencangkan ikatan kainnya (menjauhi isterinya untuk lebih konsentrasi beribadah)."
[H.R,Imam Muslim, no:1174].
4). Dari 'Aisyah-radhiyallahu ‘anha-:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يرغِّب الناس في قيام رمضان من غير أن يأمرهم بعزيمة أمر فيه فيقول من قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه"
Artinya:
"Rasulullah-shallallahu 'alaihi wasallam-menganjurkan mereka untuk melakukan qiyamullail di bulan Ramadlan tanpa menyuruh mereka dengan perintah yang mengharuskan lalu bersabda:
"Barangsiapa yang melakukan qiyamullail pada malam lailatul Qadar di bulan Ramadlan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka akan diampuni dari dosanya yang telah berlalu."
[H.R,Imam An-nasaai, no:2192,dan Di hasankan oleh Syaikh Al-Bani].
5). Dari Shahabat Abdullah Bin 'Amr-radhiyallahu ‘anhu-:
"أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يعتكف العشر الأواخر من رمضان.
قال نافع وقد أراني عبد الله رضي الله عنه المكان الذي كان يعتكف فيه رسول الله صلى الله عليه وسلم من المسجد"
Artinya:
Bahwa Rasulullah-shallallahu 'alaihi wasallam-melakukan I'tikaf pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadlan. Nafi' berkata, "Dan Abdullah bin Umar telah memperlihatkan kepadaku tempat yang terdapat dalam ruangan Masjid, tempat yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pergunakan untuk melakukan I'tikaf."
[H.R,Imam Muslim, no:1171].
*[WAKTUNYA]:*
6). Dari Shahabat Abu Salamah-radhiyallahu ‘anhu-berkata:
انطلقت إلى أبي سعيد الخدري رضي الله عنه فقلت:
ألا تخرج بنا إلى النخل نتحدث فخرج فقال قلت حدثني ما سمعت من النبي صلى الله عليه وسلم في ليلة القدر؟
قال اعتكف رسول الله صلى الله عليه وسلم عشر الأول من رمضان واعتكفنا معه فأتاه جبريل فقال:
"إن الذي تطلب أمامك فاعتكف العشر الأوسط فاعتكفنا معه فأتاه جبريل فقال:
"إن الذي تطلب أمامك"
قام النبي صلى الله عليه وسلم خطيباً صبيحة عشرين من رمضان فقال:
"من كان اعتكف مع النبي صلى الله عليه وسلم فليرجع فإني أُرِيت ليلة القدر وإني نُسِّيتُها وإنها في العشر الأواخر وفي وتر وإني رأيت كأني أسجد في طين وماء"
وكان سقف المسجد جريد النخل وما نرى في السماء شيئاً فجاءت قزعة فأمطرنا فصلى بنا النبي صلى الله عليه وسلم حتى رأيت أثر الطين والماء على جبهة رسول الله صلى الله عليه وسلم وأرنبته تصديق رؤياه"
Artinya:
Aku pergi menemui Abu Sa'id Al Khudri, lalu aku bertanya kepadanya:
"Maukah anda pergi bersama kami ke bawah pohon kurma lalu kita berbincang-bincang di sana?"
Ia pun pergi dan bercakap-cakap bersama kami.
Aku kemudian berkata, "Ceritakanlah kepadaku apa yang pernah anda dengar dari Nabi-shallahu ‘alaihiwasallam-tentang Lailatul Qadar."
Dia lalu menjelaskan, "Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam -melaksanakan i'tikaf pada sepuluh malam yang awal dari Ramadan, dan kami juga ikut beri'tikaf bersama beliau.
Lalu datanglah Malaikat Jibril berkata:
"Sesungguhnya apa yang kamu cari ada di depan kamu (pada malam berikutnya)."
Maka Beliau beri'tikaf pada sepuluh malam pertengahannnya dan kami pun ikut beri'tikaf bersama Beliau. Kemudian Malaikat Jibril datang lagi dan berkata:
"Sesungguhnya apa yang kamu cari ada di depan kamu (pada malam berikutnya)."
Maka Nabi-shallahu ‘alaihiwasallam-berdiri memberi khuthbah kepada kami pada pagi hari di hari ke dua puluh dari bulan Ramadan, beliau bersabda:
"Barangsiapa sudah beri'tikaf bersama Nabi-shallahu ‘alaihiwasallam-maka pulanglah(kembalilah) , karena aku diperlihatkan (dalam mimpi) Lailatul Qadar namun aku dilupakan waktunya yang pasti.
Namun dia ada pada sepuluh malam-malam akhir dan pada malam yang ganjil. Sungguh aku melihat dalam mimpi, bahwa aku sujud di atas tanah dan air (yang becek)."
Pada masa itu atap masjid masih terbuat dari daun dan pelepah pohon kurma, dan kami tidak melihat sesuatu di atas langit hingga kemudian datang awan dan turunlah air hujan.
Maka Nabi-shallahu ‘alaihiwasallam-, shalat bersama kami hingga aku melihat sisa-sisa tanah dan air pada wajah dan ujung hidung Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-sebagai bukti kebenaran mimpi beliau."
[H.R,Bukhari, no:780].
7). Dari A'isyah-radhiyallahu ‘anha-berkata:
"كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يجاور في العشر الأواخر من رمضان ويقول:
"تحروا ليلة القدر في العشر الأواخر من رمضان".
Artinya:
"Dahulu Rasulullah-shallahu ‘alaiahiwasallam-melakukan Ibadah i'tikaf di Sepuluh terakhir dari Ramadhan dan bersabda:
"Carilah malam Lailatul qadar di Sepuluh terakhir dari Ramadhan"
[H.R, Bukhari, no:1916].
8). Dari Nafi' dari Shahabat Ibnu 'Umar-radhiyallahu ‘anhu-:
"أن رجالاً من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم أروا ليلة القدر في المنام في السبع الأواخر فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم أرى رؤياكم قد تواطأت في السبع الأواخر فمن كان متحريها فليتحرها في السبع الأواخر"
Artinya:
"bahwa ada seorang dari sahabat Nabi-shallahu ‘alaihiwasallam-ada yang menyaksilan Lailatul Qadar dalam mimpinya terjadi pada tujuh hari terakhir.
Maka Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-berkata:
"Aku memandang bahwa mimpi kalian tentang Lailatul Qadar tepat terjadi pada tujuh malam terakhir, maka siapa yang mau mendekatkan diri kepada Allah dengan mencarinya, lakukanlah pada tujuh malam terakhir".
[H.R, Bukhari, no:1917].
9). Dari Shahabat 'Ubadah Bin Shomit-radhiyallahu ‘anhu-berkata:
"خرج النبي صلى الله عليه وسلم ليخبرنا بليلة القدر فتلاحى رجلان من المسلمين فقال:
"خرجت لأخبركم بليلة القدر فتلاحى فلان وفلان فرفعت وعسى أن يكون خيراً لكم فالتمسوها في التاسعة والسابعة والخامسة".
"Bahwa Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-keluar untuk menjelaskan tentang Lailatul Qodar, lalu ada dua orang muslimin saling berdebat/bertikai.
Maka Nabi bersabda:
"Aku datang untuk menjelaskan Lailatul Qodar kepada kalian, namun fulan dan fulan saling berdebat/bertikai sehingga akhirnya diangkat (lailatul qodar), dan semoga menjadi lebih baik buat kalian, maka itu intailah (lailatul qodar) itu pada hari yang kesembilan, ketujuh dan kelima ".
[H.R, Bukhari, no:1919].
10). Dari Laahiq Bin Humaid dsn 'Ikrimah bahwa' Umar berkata:
"من يعلم متى ليلة القدر؟ قالا: فقال ابن عباس رضي الله عنه: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: هي في العشر في سبع يمضين، أو سبع يبقين".
"Siapa yang tahu kapan terjadinya lailatul qadar?" Maka Ibnu Abbas pun berkata; Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-bersabda:
"Yaitu pada kesepuluh, di ketujuh yang berlalu atau ketujuh tersisa."
[H.R,Ima Ahmad, no:2543].
11). Dari Shahabat Mu'awiah-radhiyallahu ‘anhu-bahwa Nabi-shallahu ‘alaihiwasallam-:
"التمسوا ليلة القدر ليلة سبع و عشرين"
Artinya:
" Carilah malam laitul qodar itu di malam ke dua puluh tujuh"
[H.R,Imam Thabrani dalam alkabir, dan di shahihkan oleh Al-Bani dalam shahihul jami', no:1240].
12). Dari Mu'awiyah-radhiyallahu ‘anhu-berkata:telah bersabda Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-:
"التمسوا ليلة القدر في آخر ليلة".
Artinya:
"Carilah malam laitul qadar itu di akhir malam"
[H.R,Imam Ibnu Khuzhaimah no:2183, dan di Shahihkan oleh Syaikh Albani].
13). Dari Shahabat Abdillah Bin Unais-bahwa Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-bersabda:
"تحروا ليلة القدر ليلة ثلاث و عشرين".
Artinya:
"Carilah Malam lailatul qadar itu di malam kedua puluh tiga"
[H.R,Imam Thabrani dalam alkabir, dan d shahihkan oleh Syaikh Albani].
14). Dari Shahabat Abdullah Bin Abbas-radhiyallahu ‘anhuma-:
"أن رجلا أتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: يا نبي الله إني شيخ كبير عليل يشق علي القيام فأمرني بليلة لعل الله يوفقني فيها لِلَيْلَةِ القدر قال: عليك بالسابعة".
Bahwa ada seorang lelaki mendatangi Rasulullah dan berkata:
"Wahai Nabi Allah, saya adalah orang yang sudah tua renta yang sakit sakitan, sulit bagiku untuk berdiri, maka perintahkan kepadaku dengan satu malam semoga Allah menetapkanku bertemu dengan malam lailatul qodar."
Beliaupun bersabda:
" (Beribadahlah) pada malam ketujuh."
[H.R,Imam Ahmad dalam musnadnya, no:2149,berkata: Al-Arnauth:sanadnya Shahih atas syarat Bukhari].
15). Dari Shahabat Abdullah Bin 'Abbas-radhiyallahu ‘anhuma-Berkata:
"أُتِيْتُ وأنا نائم في رمضان فقيل لي إن الليلة ليلة القدر قال: فقمت وأنا ناعس فتعلقت ببعض أطناب فسطاط رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فأتيت رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فإذا هو يصلي قال فنظرت في تلك الليلة فإذا هي ليلة ثلاث وعشرين.
"Aku didatangi ketika aku sedang tidur(dalam mimpi) pada malam ramadhan, kemudian di sampaikan kepadaku; bahwa malam ini adalah malam lailatul qadar, maka aku pun bangun dengan rasa kantuk yang masih menyelimuti.
Aku bergelayutan kepada tali tenda Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-dan ternyata beliau sedang melakukan shalat. kemudian aku perhatikan malam itu, dan ternyata malam itu adalah tanggal dua puluh tiga".
[H.R,Imam Ahmad no:2302,dan berkata Al-arnauth: hasan li goirih].
16). Dari Abdullah Bin 'Abbas-radhiyallahu ‘anhuma-bahwa Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-bersabda:
"التمسوها في العشر الأواخر -يعنى ليلة القدر- فإن ضعف أحدكم أو عجز فلا يُغْلَبَنَّ على السبع البواقي"
Artinya:
"Carilah lailatul Qadr pada sepuluh akhir bulan Ramadlan, jika salah seorang diantara kalian lemah atau tidak mampu, jangan sekali-kali melewatkan tujuh hari akhir yang tersisa."
[H.R,Abdullah Bin Ahmad, no:5485,Berkata: sanadnya shahih atas syarat Imam Muslim].
17). Dari Abu Hurairah-radhiyallahu ‘anhu-berkata:
"ذكرنا ليلة القدر عند رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فقال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -:
"كم مضى من الشهر؟ فقلنا: مضى اثنان وعشرون يوما وبقي ثمان فقال - صلى الله عليه وسلم -:
"لا بل مضى اثنان وعشرون يوما وبقي سبع الشهر تسع وعشرون يوما فالتمسوها الليلة".
Artinya:
Suatu ketika kami menyebutkan tentang malam lailatul qadar di sisi Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-, maka beliaupun bersabda:
"Sudah berapa hari berlalu dari bulan(ramadhan)"?
Sudah berlalu dua puluh dua malam dan sisa delapan(hari) lagi.
Beliau pun bersabda:
"Tidak, bahkan telah berlalu dua puluh dua dan sisa tujuh hari lagi, bulan itu dua puluh sembilan hari, maka carilah (lailatu qadar) pada malam ini (malam dua tiga)".
[HR,Imam Ibnu Hibban, no:2548,berkat Al-arnauth:sanadnya shahih atas syarat Bukhari dan muslim].
*[TANDANYA]:*
18). Dari Ibnu 'Abbas-radhiyallahu ‘anhuma-bahwa Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-bersabda tentang malam lailatul qadar:
"ليلة القدر ليلة سمحة طلقة لا حارة و لا باردة تصبح الشمس صبيحتها ضعيفة حمراء".
Artinya:
"Malam Lailatu qadar itu adalah malam yang cerah, tidak panas dan tidak dingin.
Di pagi harinya matahari lemah memerah".
[H.R,Imam Al-Baihaqi dalam syu'abul iman, dan d shahihkan oleh Syaikh Al-Bani dalam shahihul jami', no:5475].
19). Dari Shahabat Zhir-radhiyallahu ‘anhu-berkata:
Aku berkata kepada Ubay Bin Ka'b: Sampaikan kepadaku tentang malam lailatu qadar, karena Shahabat kita Abdullah Bin Mas'ud telah di tanya tentangnya, maka dia menjawab:
Barangsiapa yang menghidupkan malam setahun penuh, pasti dia akan memperoleh malam lailatul qadar?!.
Maka Ubay Bin Ka'b pun berkata:
"رحم الله أبا عبد الرحمن لقد علم أنها في رمضان ولكنه كره أن يتكلوا أو أحب أن لا يتكلوا.
والله إنها لفي رمضان ليلة سبع وعشرين. لا يستثني قال: قلت: يا أبا المنذر أني علمت ذلك؟
قال بالآية التي أخبرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: قلت لزر: ما الآية قال تطلع الشمس صبيحة تلك الليلة ليس لها شعاع مثل الطست حتى ترتفع".
Artinya:
"Semoga Allah merahmati Aba Abdirrohman (kunnyah abdullah bin mas'ud), Sesungguhnya dia telah tau bahwa malam lailatu qadar itu di bulan ramadhan.
Hanya saja beliau tidak suka manusia itu akan bergantungan dengannya.
Demi Allah sesungguhnya malam lailatul qada itu di malam kedua puluh tujuh (ramadhan).
Dan beliau (ubay bin ka'b) tidak mengucapkan In syaa Allah dalam sumpahnya itu.
Kemudian aku (Shahabat Zhir) berkata:
Wahai Abal Munzir (kunnyah Ubay) bagaiamana engkau bisa tau?
Beliau pun menjawab:
"Dengan tanda yang telah di sampai Rasulullah kepada kami".
Yaitu di pagi harinya matahari
Seperti belanga sampai meninggi.
[H.R,Ibnu Khuzhaimah, no:2193 dan di shahihkan oleh syaikh Albani].
20). Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-bersabda tentang malam lailatul qadar:
"إنها ليلة سابعة أو تاسعة وعشرين إن الملائكة تلك الليلة في الأرض أكثر من عدد الحصى".
Artinya:
"Sesungguhnya malam lailatul qadar itu adalah pada malam ketujuh, atau dua puluh sembilan, dan sesungguhnya pada malam itu jumlah malaikat di bumi lebih banyak dari jumlah pasir."
[H.R, Abdullah Bin Imam Ahmad, no:1073, Dan di shahihkan oleh Syaikh Albani dalam Ash-Shahîhah, no:2205].
21). Dari Shahabat Jabir-radhiyallahu-bahwa Rasulullah-shallahu ‘alaihiwasallam-bersabda:
"إني كنت أُرِيت ليلة القدر ثم نسيتها وهي في العشر الأواخر وهي طلقة بجة لا حارة ولا باردة كأن فيها قمراً يفضح كواكبها لا يخرج شيطانها حتى يخرج فجرها"
"Sesungguhnya aku telah di perlihatkan malam lailatul qadar, kemudian akan terlupakan.
Dan (yang pasti) malam lailatul qadar itu di Sepuluh terakhir (ramadhan).
Merupakan sebuah malam yang cerah tidak panas dan tidak dingin, bulan di malam itu bulan memancarkan bintang-bintang malamnya, tidak keluar Syaithan malam itu sehingga keluar fajarnya".
[H.R,Imam Ibnu Hibban, no:3688, di Shahih kan oleh Al-Arnauth].
*[DZIKIR YANG DI BACA]:*
22). Dari 'Aisyah-radhiyallahu ‘anha-berkata:
"يا نبي الله أرأيت إن وافقت ليلة القدر ما أقول؟ قال: تقولين:
"اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني".
"Wahai Rasulullah! Bagaimana jika aku mendapatkan lailatul qodar, apa yang hendaknya aku baca?" Beliau bersabda: "Berdo'alah:
“ ALLAHUMMA INNAKA 'AFUWWUN TUHIBBUL 'AFWA FA' FU 'ANNI”
(ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi mencintai ampunan)."
[H.R,Imam Ahmad dalam musnadnya, no:26215, di shahih kan oleh Al-arnauth].
Baarokallahufik
Yg mencintaimu karena-Nya:
Abu Furaihan Farhan Bin Ramli Ahmad-حفظه الله-.dikutip dari grup wa mutiara subuh 2
Mencari Keutamaan Malam Lailatul Qadar*
*ONE DAY ONE HADITS*
Kamis, 14 Mei 2020 / 21 Ramadhan 1441
*
عن عائشة رضي الله عنها قالت، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
تَحَرَّوْا ليلة القدرِ في الوِتْرِ، من العشرِ الأواخرِ من رمضانَ
Dari Aisyah radhiallahu’anha, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Carilah oleh kalian keutamaan lailatul qadr (malam kemuliaan) pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan”.
[Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya (2017), Muslim dalam kitab Shahih-nya pula (1169),]
*Pelajaran yang terdapat di dalam hadits*:
1- “Malam kemuliaan” dikenal dengan malam Lailatul Qadr, yaitu satu malam yang penuh dengan kemuliaan, keagungan dan tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala, karena malam itu merupakan permulaan diturunkannya al-Quran.
2- IbnuAbbas radhiallahu’anhuma berkata, ‘Allah telah menurunkan al-Quran dari Lauh Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah (di langit dunia) secara langsung (sekaligus), kemudian menurunkannya kepada Rasulullah secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa-peristiwa (yang terjadi semasa hidupnya) selama dua puluh tiga tahun.
3- Dengan demikian, jelaslah alasan mengapa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam perintahkan umatnya agar sungguh-sungguh mencari keutamaan malam Lailatul Qadr ini.
4- Amal (shalih), puasa, dan shalat pada malam Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan (seseorang
melakukan ibadah)”.
5- Adapun maksud para ulama tafsir bahwa ibadah pada malam Lailatul Qadr lebih utama dari ibadah selama seribu
bulan adalah (seribu bulan) yang di dalamnya tidak terdapat Lailatul Qadr
Tema hadist yang berkaitan dengan Al Qur'an:
- “Malam kemuliaan” dikenal dengan malam Lailatul Qadr, yaitu satu malam yang penuh dengan kemuliaan, keagungan dan tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala, karena malam itu merupakan permulaan diturunkannya al-Quran.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS. Al-Qadr: 1-5).Lr
Kamis, 14 Mei 2020 / 21 Ramadhan 1441
*
عن عائشة رضي الله عنها قالت، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
تَحَرَّوْا ليلة القدرِ في الوِتْرِ، من العشرِ الأواخرِ من رمضانَ
Dari Aisyah radhiallahu’anha, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Carilah oleh kalian keutamaan lailatul qadr (malam kemuliaan) pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan”.
[Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya (2017), Muslim dalam kitab Shahih-nya pula (1169),]
*Pelajaran yang terdapat di dalam hadits*:
1- “Malam kemuliaan” dikenal dengan malam Lailatul Qadr, yaitu satu malam yang penuh dengan kemuliaan, keagungan dan tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala, karena malam itu merupakan permulaan diturunkannya al-Quran.
2- IbnuAbbas radhiallahu’anhuma berkata, ‘Allah telah menurunkan al-Quran dari Lauh Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah (di langit dunia) secara langsung (sekaligus), kemudian menurunkannya kepada Rasulullah secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa-peristiwa (yang terjadi semasa hidupnya) selama dua puluh tiga tahun.
3- Dengan demikian, jelaslah alasan mengapa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam perintahkan umatnya agar sungguh-sungguh mencari keutamaan malam Lailatul Qadr ini.
4- Amal (shalih), puasa, dan shalat pada malam Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan (seseorang
melakukan ibadah)”.
5- Adapun maksud para ulama tafsir bahwa ibadah pada malam Lailatul Qadr lebih utama dari ibadah selama seribu
bulan adalah (seribu bulan) yang di dalamnya tidak terdapat Lailatul Qadr
Tema hadist yang berkaitan dengan Al Qur'an:
- “Malam kemuliaan” dikenal dengan malam Lailatul Qadr, yaitu satu malam yang penuh dengan kemuliaan, keagungan dan tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala, karena malam itu merupakan permulaan diturunkannya al-Quran.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS. Al-Qadr: 1-5).Lr
Kamis, 14 Mei 2020
Beberapa Amalan yang Dianjurkan pada Sepuluh Malam Terakhir Ramadhan*
Bismillah..
*
Setelah memaklumi bahwa lailatul qadr berada pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, tentu seorang hamba harus mempersiapkan dirinya dengan beberapa amalan shahih yang, kalau dikerjakan pada lailatul qadr, nilai amalan itu tentu lebih baik daripada dikerjakan selama seribu bulan.
Amalan shahih apapun, yang dikerjakan pada lailatul qadr, akan mengandung keutamaan tersebut. Oleh karena itu, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam sangat memaksimalkan amalan shalih pada sepuluh malam terakhir sebagaimana diterangkan oleh Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ
“Adalah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh malam terakhir, suatu hal yang beliau tidak bersungguh-sungguh (seperti itu) di luar (malam) tersebut.” [1]
Oleh karena itu, sudah sepantasnya seorang muslim mencontoh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dalam kesungguhan beliau dalam hal menjalankan ibadah.
Berikut beberapa amalan yang pelaksanaannya sangat dianjurkan pada sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Pertama: Qiyamul Lail
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berdiri (untuk mengerjakan shalat) pada lailatul qadr karena keimanan dan hal mengharap pahala, akan diampuni untuknya segala dosanya yang telah berlalu.” [2]
Perihal amalan ini juga diterangkan oleh Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ,
كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Adalah Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, bila sepuluh malam terakhir telah masuk, mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.” [3]
Kedua: Membaca Al-Qur`an
Al-Qur`an Al-Karim memiliki kekhususan kuat berkaitan dengan bulan Ramadhan bahwa Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`an.” [Al-Baqarah: 185]
Dimaklumi pula bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam memberi perhatian lebih terhadap Al-Qur`an pada bulan Ramadhan sehingga Jibril turun pada bulan Ramadhan untuk Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang membaca Al-Qur`an sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Abbas radhiyallâhu ‘anhumâ bahwa beliau berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَلْقَاهُ فِيْ كُلِّ سَنَةٍ فِيْ رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ فَيَعْرِضُ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
“Adalah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam orang yang terbaik dengan kebaikan, dan beliau lebih terbaik pada bulan Ramadhan. Sesungguhnya Jibril menjumpai beliau setiap tahun pada (bulan) Ramadhan hingga bulan berlalu. Beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam memperhadapkan Al-Qur`an kepada (Jibril). Apabila Jibril menjumpai (Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam), beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang lebih baik dengan kebaikan daripada angin yang berembus tenang.” [4]
Dimaklumi oleh setiap muslim, keutamaan Al-Qur`an dalam segala hal, baik dalam membacanya, menadabburinya, mempelajarinya, maupun hal-hal selainnya.
Ketiga: I’tikaf
I’tikaf berarti berdiam di masjid dalam rangka beribadah kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Tidaklah seseorang keluar dari masjid, kecuali untuk memenuhi hajatnya sebagai manusia.
I’tikaf adalah ibadah sunnah pada bulan Ramadhan serta di luar Ramadhan. Amalan tersebut adalah syariat yang telah ada pada umat-umat sebelum umat Islam dan merupakan mahligai kaum salaf shalih.
Dasar pensyariatan amalan itu adalah firman Allah Subhânahu wa Ta’âlâ,
وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
“Sedang kalian beri’tikaf di dalam masjid.” [Al-Baqarah: 187]
Ayat di atas masih dalam rangkaian penjelasan hukum-hukum seputar puasa Ramadhan. Jadi, I’tikaf memiliki kekhususan berkaitan dengan Ramadhan. Oleh karena itu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan sebagaimana diterangkan oleh hadits Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ,
أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
“Sesungguhnya Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian istri beliau beri’tikaf setelah itu.” [5]
Keempat: Memperbanyak Doa
Doa adalah ibadah yang sangat agung, merupakan sifat para nabi dan rasul serta ciri orang shalih. Keutamaan, perintah, dan manfaat doa sangatlah banyak diterangkan dalam Al-Qur`an dan sunnah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Keberadaan doa pada bulan Ramadhan sangatlah kuat. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ menyebut tentang amalan tersebut di sela-sela pembicaraan tentang hukum-hukum puasa. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” [Al-Baqarah: 186]
Dimaklumi pula bahwa pertengahan malam adalah waktu yang baik untuk berdoa,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ (وَفِيْ رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ : حِيْنَ يَمْضِيْ ثُلُثُ اللَّيْلِ الْأَوَّلُ, وَفِيْ رِوَايَةٍ أُخْرَى لَهُ : إِذَا مَضَى شَطْرُ اللَّيْلِ أَوْ ثُلُثَاهُ) فَيَقُوْلُ مَنْ يَدْعُوْنِيْ فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِيْ فَأُعْطِيَهِ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kita Tabâraka wa Ta’âlâ turun ke langit dunia setiap malam ketika sepertiga malam terakhir tersisa (dalam salah satu riwayat Muslim, ‘Ketika sepertiga malam pertama telah berlalu,’ dan dalam riwayat beliau yang lain, ‘Apabila seperdua atau dua pertiga malam telah berlalu,’), kemudian berfirman, ‘Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, Aku akan mengabulkan untuknya, barangsiapa yang meminta kepada-Ku, Aku akan memberikan untuknya, dan barangsiapa yang memohon ampunan kepada-Ku, Aku akan mengampuninya.’.” [6]
Kelima: Taubat dan Istighfar
Taubat dan istighfar adalah amalan yang dituntut pada seluruh keadaan. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kalian seluruhnya kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” [An-Nûr: 31]
Malam hari adalah tempat untuk bertaubat dan beristighfar bagi orang-orang yang bertakwa. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ. آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ. كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ. وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan pada mata air-mata air, sambil mengambil sesuatu yang diberikan oleh Rabb mereka kepada mereka. Sesungguhnya, sebelumnya di dunia, mereka adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam; Dan pada akhir malam, mereka memohon ampun (kepada Allah).” [Adz-Dzâriyât: 15-18]
Keenam: Umrah
Umrah termasuk amalan shalih yang agung, penuh dengan keutamaan dan kebaikan, serta lebih utama untuk diamalkan pada bulan Ramadhan karena Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عُمْرَةً فِيْ رَمَضَانَ تَقْضِيْ حَجَّةً مَعِيْ
“Umrah pada bulan Ramadhan menggantikan haji bersamaku.” [7]
Demikian beberapa contoh amalan shalih pada sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Wallâhu A’lam.
[1] Diriwayatkan oleh Muslim dan Ibnu Majah.
[2] Diriwayatkan oleh Al-Bukhary, Muslim, Abu Dâwud, At-Tirmidzy, dan An-Nasâ`iy.
[3] Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry (konteks hadits ini milik beliau), Muslim, dan Abu Dâwud.
[4] Diriwayatkan oleh Al-Bukhary, Muslim, dan An-Nasâ`iy.
[5] Diriwayatkan oleh Al-Bukhary, Muslim dan Abu Dâwud.
[6] Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry, Muslim, Abu Dâwud, At-Tirmidzy, dan Ibnu Mâjah.
[7] Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry, Muslim, Abu Dâwud, At-Tirmidzy, dan Ibnu Mâjah.
https://dzulqarnain.net/beberapa-amalan-yang-dianjurkan-pada-sepuluh-malam-terakhir-ramadhan.html
#MalamLailatulQodar
#IlmuImanAmalDakwahSabar
Dikutip dari grup WA "MUTIARA SUBUH 2"
*
Setelah memaklumi bahwa lailatul qadr berada pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, tentu seorang hamba harus mempersiapkan dirinya dengan beberapa amalan shahih yang, kalau dikerjakan pada lailatul qadr, nilai amalan itu tentu lebih baik daripada dikerjakan selama seribu bulan.
Amalan shahih apapun, yang dikerjakan pada lailatul qadr, akan mengandung keutamaan tersebut. Oleh karena itu, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam sangat memaksimalkan amalan shalih pada sepuluh malam terakhir sebagaimana diterangkan oleh Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ
“Adalah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh malam terakhir, suatu hal yang beliau tidak bersungguh-sungguh (seperti itu) di luar (malam) tersebut.” [1]
Oleh karena itu, sudah sepantasnya seorang muslim mencontoh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dalam kesungguhan beliau dalam hal menjalankan ibadah.
Berikut beberapa amalan yang pelaksanaannya sangat dianjurkan pada sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Pertama: Qiyamul Lail
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berdiri (untuk mengerjakan shalat) pada lailatul qadr karena keimanan dan hal mengharap pahala, akan diampuni untuknya segala dosanya yang telah berlalu.” [2]
Perihal amalan ini juga diterangkan oleh Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ,
كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Adalah Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, bila sepuluh malam terakhir telah masuk, mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.” [3]
Kedua: Membaca Al-Qur`an
Al-Qur`an Al-Karim memiliki kekhususan kuat berkaitan dengan bulan Ramadhan bahwa Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`an.” [Al-Baqarah: 185]
Dimaklumi pula bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam memberi perhatian lebih terhadap Al-Qur`an pada bulan Ramadhan sehingga Jibril turun pada bulan Ramadhan untuk Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang membaca Al-Qur`an sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Abbas radhiyallâhu ‘anhumâ bahwa beliau berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَلْقَاهُ فِيْ كُلِّ سَنَةٍ فِيْ رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ فَيَعْرِضُ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
“Adalah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam orang yang terbaik dengan kebaikan, dan beliau lebih terbaik pada bulan Ramadhan. Sesungguhnya Jibril menjumpai beliau setiap tahun pada (bulan) Ramadhan hingga bulan berlalu. Beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam memperhadapkan Al-Qur`an kepada (Jibril). Apabila Jibril menjumpai (Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam), beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang lebih baik dengan kebaikan daripada angin yang berembus tenang.” [4]
Dimaklumi oleh setiap muslim, keutamaan Al-Qur`an dalam segala hal, baik dalam membacanya, menadabburinya, mempelajarinya, maupun hal-hal selainnya.
Ketiga: I’tikaf
I’tikaf berarti berdiam di masjid dalam rangka beribadah kepada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Tidaklah seseorang keluar dari masjid, kecuali untuk memenuhi hajatnya sebagai manusia.
I’tikaf adalah ibadah sunnah pada bulan Ramadhan serta di luar Ramadhan. Amalan tersebut adalah syariat yang telah ada pada umat-umat sebelum umat Islam dan merupakan mahligai kaum salaf shalih.
Dasar pensyariatan amalan itu adalah firman Allah Subhânahu wa Ta’âlâ,
وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
“Sedang kalian beri’tikaf di dalam masjid.” [Al-Baqarah: 187]
Ayat di atas masih dalam rangkaian penjelasan hukum-hukum seputar puasa Ramadhan. Jadi, I’tikaf memiliki kekhususan berkaitan dengan Ramadhan. Oleh karena itu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan sebagaimana diterangkan oleh hadits Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ,
أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
“Sesungguhnya Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian istri beliau beri’tikaf setelah itu.” [5]
Keempat: Memperbanyak Doa
Doa adalah ibadah yang sangat agung, merupakan sifat para nabi dan rasul serta ciri orang shalih. Keutamaan, perintah, dan manfaat doa sangatlah banyak diterangkan dalam Al-Qur`an dan sunnah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Keberadaan doa pada bulan Ramadhan sangatlah kuat. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ menyebut tentang amalan tersebut di sela-sela pembicaraan tentang hukum-hukum puasa. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” [Al-Baqarah: 186]
Dimaklumi pula bahwa pertengahan malam adalah waktu yang baik untuk berdoa,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ (وَفِيْ رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ : حِيْنَ يَمْضِيْ ثُلُثُ اللَّيْلِ الْأَوَّلُ, وَفِيْ رِوَايَةٍ أُخْرَى لَهُ : إِذَا مَضَى شَطْرُ اللَّيْلِ أَوْ ثُلُثَاهُ) فَيَقُوْلُ مَنْ يَدْعُوْنِيْ فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِيْ فَأُعْطِيَهِ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kita Tabâraka wa Ta’âlâ turun ke langit dunia setiap malam ketika sepertiga malam terakhir tersisa (dalam salah satu riwayat Muslim, ‘Ketika sepertiga malam pertama telah berlalu,’ dan dalam riwayat beliau yang lain, ‘Apabila seperdua atau dua pertiga malam telah berlalu,’), kemudian berfirman, ‘Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, Aku akan mengabulkan untuknya, barangsiapa yang meminta kepada-Ku, Aku akan memberikan untuknya, dan barangsiapa yang memohon ampunan kepada-Ku, Aku akan mengampuninya.’.” [6]
Kelima: Taubat dan Istighfar
Taubat dan istighfar adalah amalan yang dituntut pada seluruh keadaan. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kalian seluruhnya kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” [An-Nûr: 31]
Malam hari adalah tempat untuk bertaubat dan beristighfar bagi orang-orang yang bertakwa. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ. آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ. كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ. وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan pada mata air-mata air, sambil mengambil sesuatu yang diberikan oleh Rabb mereka kepada mereka. Sesungguhnya, sebelumnya di dunia, mereka adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam; Dan pada akhir malam, mereka memohon ampun (kepada Allah).” [Adz-Dzâriyât: 15-18]
Keenam: Umrah
Umrah termasuk amalan shalih yang agung, penuh dengan keutamaan dan kebaikan, serta lebih utama untuk diamalkan pada bulan Ramadhan karena Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عُمْرَةً فِيْ رَمَضَانَ تَقْضِيْ حَجَّةً مَعِيْ
“Umrah pada bulan Ramadhan menggantikan haji bersamaku.” [7]
Demikian beberapa contoh amalan shalih pada sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Wallâhu A’lam.
[1] Diriwayatkan oleh Muslim dan Ibnu Majah.
[2] Diriwayatkan oleh Al-Bukhary, Muslim, Abu Dâwud, At-Tirmidzy, dan An-Nasâ`iy.
[3] Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry (konteks hadits ini milik beliau), Muslim, dan Abu Dâwud.
[4] Diriwayatkan oleh Al-Bukhary, Muslim, dan An-Nasâ`iy.
[5] Diriwayatkan oleh Al-Bukhary, Muslim dan Abu Dâwud.
[6] Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry, Muslim, Abu Dâwud, At-Tirmidzy, dan Ibnu Mâjah.
[7] Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry, Muslim, Abu Dâwud, At-Tirmidzy, dan Ibnu Mâjah.
https://dzulqarnain.net/beberapa-amalan-yang-dianjurkan-pada-sepuluh-malam-terakhir-ramadhan.html
#MalamLailatulQodar
#IlmuImanAmalDakwahSabar
Dikutip dari grup WA "MUTIARA SUBUH 2"
DI ANTARA ORANG YANG PALING MENYESAL PADA HARI KIAMAT*
»Telegram : t.me/MediaDakwah1
✍🏻 Sufyan bin Uyainah rahimahullah berkata,
كان يقال: أشد الناس حسرة يوم القيامة ثلاثة
🎓 “Dahulu dikatakan, ‘Orang yang paling menyesal pada hari kiamat ada tiga:
رجل كان له عبد، فجاء يوم القيامة أفضل عملا منه
1⃣ *Seseorang yang memiliki budak, kemudian dia datang pada hari kiamat dalam keadaan amalan budaknya lebih baik daripada amalannya.*
ورجل له مال، فلم يتصدق منه، فمات فورثه غيره، فتصدق به
2⃣ *Seseorang yang memiliki harta, namun tidak menyedekahkannya (lalu dia wafat). Kemudian, orang lain mewarisi hartanya dan menyedekahkannya.*
ورجل عالم لم ينتفع بعلمه، فعلم غيره، فانتفع به
3⃣ *Seseorang yang memiliki ilmu, tetapi dia tidak bisa mengambil manfaat dari ilmunya (karena tidak mengamalkannya, -pent.), kemudian dia mengajarkannya dan orang lain bisa mengambil manfaat dari ilmu tersebut.”*
📚 Shifah ash-Shafwah 2/558
•┈┈┈┈•◈◉✹❒📚❒✹◉◈•┈┈┈┈•
Dikutip dari grup WA dakwah muslim
✍🏻 Sufyan bin Uyainah rahimahullah berkata,
كان يقال: أشد الناس حسرة يوم القيامة ثلاثة
🎓 “Dahulu dikatakan, ‘Orang yang paling menyesal pada hari kiamat ada tiga:
رجل كان له عبد، فجاء يوم القيامة أفضل عملا منه
1⃣ *Seseorang yang memiliki budak, kemudian dia datang pada hari kiamat dalam keadaan amalan budaknya lebih baik daripada amalannya.*
ورجل له مال، فلم يتصدق منه، فمات فورثه غيره، فتصدق به
2⃣ *Seseorang yang memiliki harta, namun tidak menyedekahkannya (lalu dia wafat). Kemudian, orang lain mewarisi hartanya dan menyedekahkannya.*
ورجل عالم لم ينتفع بعلمه، فعلم غيره، فانتفع به
3⃣ *Seseorang yang memiliki ilmu, tetapi dia tidak bisa mengambil manfaat dari ilmunya (karena tidak mengamalkannya, -pent.), kemudian dia mengajarkannya dan orang lain bisa mengambil manfaat dari ilmu tersebut.”*
📚 Shifah ash-Shafwah 2/558
•┈┈┈┈•◈◉✹❒📚❒✹◉◈•┈┈┈┈•
Dikutip dari grup WA dakwah muslim
Senin, 11 Mei 2020
6TUJUH TANDA HATI SUDAH MATI.*(ringkasan )
Assalamualaikum Wbt.
*ZUHUR...1:13*
Shah Alam.
*✅1. Berani Meninggalkan Sembahyang.*
*✅ 2. Merasa Tenang Walaupun Setiap Hari Melakukan Dosa.*
*✅3. Jauh Dari Al-Quran*
*✅4. Tidak Ada Masa Memikirkan Perkara Agama*
*✅ 5. Hidupnya Hanyalah Membuat Sangkaan Buruk Kepada Orang Dan Mencari Salah Orang.*
*✅6. Tidak Suka Mendengar Nasihat*
*✅7.Tidak Takut Dengan Mati dan Azab Kubur*
Wallahua'lam
Dikutip dari syarh hikam athoillah
*ZUHUR...1:13*
Shah Alam.
*✅1. Berani Meninggalkan Sembahyang.*
*✅ 2. Merasa Tenang Walaupun Setiap Hari Melakukan Dosa.*
*✅3. Jauh Dari Al-Quran*
*✅4. Tidak Ada Masa Memikirkan Perkara Agama*
*✅ 5. Hidupnya Hanyalah Membuat Sangkaan Buruk Kepada Orang Dan Mencari Salah Orang.*
*✅6. Tidak Suka Mendengar Nasihat*
*✅7.Tidak Takut Dengan Mati dan Azab Kubur*
Wallahua'lam
Dikutip dari syarh hikam athoillah
Langganan:
Postingan (Atom)