Selamatkan Anakmu Dari Bahaya Syirik !!
Anak adalah anugerah yang harus disyukuri, karena Allah ﷻ memberi kesenangan dengan lahirnya anak. Tatkala orang tua menjumpai anaknya sakit, karena sayangnya, orang tua menangis dan segera membawanya ke dokter untuk mencari kesembuhan dari Allah.
Anak tak hanya bisa menderita sakit pada fisiknya, tetapi dapat sakit pula hatinya, seperti penyakit syirik, yaitu menyekutukan Allah ﷻ. Tentu hal ini lebih berbahaya daripada sakit badannya, karena sakitnya badan tak menghapus amal shalih, dan tidak mengeluarkan dari Islam. Sebaliknya, penyakit syirik dapat menghapus amal shalih, tidak diampuni dosanya, bahkan bisa jadi keluar dari agama. Allah ﷻ berfirman:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi-Nabi) sebelummu: “Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. az-Zumar: 65)
NASIHAT ORANG TUA AGAR ANAK TAK BERBUAT SYIRIK
Di antara larangan terbesar yang Allah ﷻ sampaikan kepada hamba ialah larangan berbuat syirik, karena syirik menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya dan dosa yang paling besar. Oleh karena itu, orang tua hendaknya melarang anaknya agar tidak berbuat syirik. Allah ﷻ berfirman mengisahkan percakapan Luqman dan anaknya:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (QS. Luqman: 13)
Ibnu Katsir رحمه الله berkata, “Allah ﷻ menjelaskan wasiat Luqman kepada anaknya, namanya Luqman bin Anqa’ bin Saddun, sedangkan anaknya bernama Tsaran menurut yang diceritakan oleh as-Suhaili. Allah ﷻ menyebutnya dengan sebutan yang baik dan memberi hikmah kepada Luqman. Yaitu, dia berwasiat kepada anaknya yang paling disayangi, dan ini merupakan nikmat yang harus dimaklumi. Oleh karena itu, pertama kali yang diwasiatkan oleh orang tua kepada anaknya, hendaknya agar hanya beribadah kepada Allah ﷻ dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Luqman mengajari anaknya, bahwa syirik adalah kezaliman yang besar.” (Tafsir Ibnu Katsir: 6/336)
DOA ORANG TUA AGAR ANAK TIDAK BERBUAT SYIRIK
Orang tua tidak cukup berusaha agar anaknya tidak berbuat syirik, lebih daripada itu hendaknya sering berdoa kepada Allah agar anaknya dijauhkan dari perbuatan syirik. Hal itu karena syirik merupakan perkara yang sangat samar, bagaikan jejak langkah kaki semut hitam yang berjalan di atas batu hitam pada malam hari yang gelap gulita, nyaris tak tampak, hal ini sebagaimana diterangkan Ibnu Abbas رضي الله عنهما. Juga karena orang yang sudah beriman pun masih sering jatuh kepada perbuatan syirik. Allah ﷻ berfirman:
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
Dan kebanyakan dari mereka tidak beriman kepada Allah, kecuali mereka dalam keadaan berbuat syirik. (QS. Yusuf: 106)
Selanjutnya petunjuk itu milik Allah, hanya Dia ﷻ yang memberi petunjuk kepada hamba yang dikehendaki. Allah ﷻ berfirman:
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (QS. al-Kahfi: 17)
Nabi Ibrahim عليه السلام, panutan para Nabi sesudahnya, beliau ahli tauhid, pemberantas syirik, walaupun demikian kuat tauhidnya, masih berdoa kepada Allah untuk dirinya dan anaknya agar dijauhkan dari perbuatan syirik. (Lihat QS. Ibrahim: 35) Maka bagaimana dengan diri kita yang sedikit ilmunya, anak-anak kita yang jauh dari pendidikan tauhid dan banyaknya pengajar yang berbuat syirik? Tentu kita harus sering berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari kesyirikan.
PAHAMKAN KEPADA ANAK AGAR MERASA DIAWASI OLEH ALLAH ﷻ
Perkara ini hendaknya ditekankan pula kepada anak kita, karena termasuk tauhid. Apabila seseorang merasa dirinya diawasi oleh Allah, di mana saja berada dan kapan saja, ketika bersama orang atau sendirian, Allah akan menjaganya dari perbuatan syirik.
Upayakan anak agar tetap ikhlas menjalankan semua perintah dan meninggalkan semua larangan, sehingga tidak bercampur tauhidnya dengan perbuatan syirik. Perhatikan wasiat Luqman kepada anaknya:
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Mahamengetahui. (QS. Luqman: 16)
Ibnu Katsir رحمه الله berkata, “Inilah wasiat yang sangat banyak manfaatnya. Allah menceritakan tentang Luqman yang semangat menasihati anaknya, hendaknya menjadi contoh untuk manusia sesudahnya dan mengikuti jejaknya. Hendaknya siapa pun merasa diawasi oleh Allah, walau dosa atau kezaliman itu sekecil biji sawi, karena semua amal akan dihisab besok pada hari pembalasan; yaitu hari ditimbangnya amal hamba, yang baik akan dibalas dengan kebaikan, yang jelek akan mendapatkan balasan kejahatannya.” (Tafsir Ibnu Katsir: 6/337)
WASIAT RASULULLAH ﷺ KEPADA ANAK-ANAK AGAR MENJADI AHLI TAUHID
Karena sangat pentingnya tauhid ini, sampai-sampai anak yang belum baligh dan belum mendapatkan hukuman jika melanggar pun juga Rasulullah ﷺ ingatkan tentang pentingnya tauhid dan bahayanya syirik.
يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظْ اللهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ
“Nak, peliharalah (hak) Allah, niscaya Allah akan memeliharamu. Peliharalah (hak) Allah, niscaya kamu akan mendapati-Nya berada di hadapanmu (melindungimu). Jika kau memohon, maka mohonlah kepada Allah. Jika meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah.” (Shahih: Al-Misykah: 5302, Zhilal al-Jannah hal. 316-318)
Rasulullah ﷺ tidak mengajari anak yang masih kecil agar meminta semua kebutuhannya kepada orang tuanya, bapak atau ibu, tetapi beliau menyuruh dia akan berdoa kepada Allah ﷻ Yang Mahakaya, hal tersebut karena memang manusia, bahkan seluruh makhluk butuh kepada-Nya. (Lihat QS. Fathir: 15)
Bahkan dalam keseharian semisal makan, Rasulullah ﷺ mengajari Umar bin Abu Salamah رضي الله عنه agar terbiasa mentauhidkan Allah ﷻ dengan senantiasa mengingat dan menyebut nama-Nya sebelum makan. Rasulullah ﷺ bersabda:
يَا غُلَامُ سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ
“Nak, bacalah Bismilillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” (HR. Bukhari: 4957)
JELASKAN PULA TENTANG BAHAYA SYIRIK TERSEMBUNYI (RIYA)
Termasuk kesalahan pendidik dan orang tua, adalah anak dilatih beramal ibadah untuk tujuan mendapat pujian manusia. Padahal, ibadah yang dinampakkan atau diperdengarkan demi mendapatkan pujian manusia adalah perbuatan riya’ dan sangat berbahaya. Ia dapat menghapus amal dan anak menjadi ketagihan karena ingin mendapatkan pujian lagi. Sebaliknya, jika tidak mendapatkan pujian, dia akan putus asa dan meninggalkan ibadahnya.
Di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah banyak sekali ancaman tentang bahaya riya’. Riya’ termasuk kedurhakaan hati yang amat berbahaya terhadap diri, amal dan umat. Ia juga termasuk dosa besar yang merusak.
Di antara bahaya riya’ ialah:
Di antara bahaya riya’ ialah:
• Riya’ lebih berbahaya bagi kaum muslimin daripada fitnah ad-Dajjal
Rasulullah ﷺ bersabda:
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِيْ مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ قَالَ قُلْنَا بَلَى فَقَالَ الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلُ يُصَلِّيْ فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ
“Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih kutakutkan atas kalian daripada al-Masih ad-Dajjal?” Sahabat berkata, “Ya.”Rasulullah berkata, “Syirik Khafi (Riya); yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya.” (HR. Ibnu Majah: 4204, dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib no. 30)
• Amal shalih akan hilang pengaruh baik dan tujuannya bila disertai riya’
Allah ﷻ berfirman:
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (٤) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (٥) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (٦) وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ (٧)
Maka celakalah bagi orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya’ dan mencegah (menolong dengan) barang yang berguna. (QS. al-Ma’un: 4-7)
Orang yang berbuat riya’ dan tidak mau menolong orang lain, karena shalat mereka tidak mempunyai pengaruh dalam hati mereka, sehingga mencegah kebaikan dari hamba-hamba Allah ﷻ. Mereka hanya menunaikan gerakan shalat dan memperindahnya, karena semua mata memandangnya, padahal hati mereka tidak memahami, tidak tahu hakikatnya serta tidak mengagungkan Allah. Karena itu, shalat mereka tidak berpengaruh terhadap hati dan amal. Riya’ menjadikan amal itu kosong tak ada nilainya.
Nabi ﷺ bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ الرِّيَاءُ ، يَقُوْلُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جَزَى النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ: اذْهَبُوْا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاؤُوْنَ فِيْ الدُّنْيَا ، فَانْظُرُوْا هَلْ تَجِدُوْنَ عِنْدَهُمْ جَزاَءً ؟!
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya’. Allah akan mengatakan kepada mereka pada hari kiamat tatkala memberi balasan atas amal-amal manusia, ‘Pergilah kepada orang-orang yang kalian berbuat riya’ kepada mereka di dunia! Apakah kalian akan mendapat balasan dari sisi mereka?!’” (HR. Ahmad: 5/428-429, Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 951)
• Riya’ mewariskan kehinaan.
Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ سَمَّعَ النَّاسَ بِعَمَلِهِ ، سَمَّعَ اللهُ بِهِ مَسَامِعَ خَلْقِهِ ، وَصَغَّرَهُ وَحَقَّرَهُ
“Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada orang lain (agar orang tahu amalnya), maka Allah akan menyiarkan aibnya di telinga-telinga para hamba-Nya, Allah rendahkan dia dan menghinakannya.” (HR. ath-Thabrani dan Ahmad no. 6509. Dishahihkan oleh Ahmad Syakir; Shahih at-Targhib 1/117, no. 25)
Semoga keterangan singkat ini bermanfaat untuk kita semuanya. Aamiin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar