*๐ฉทุจِุณْููููููููููููููููููููู ِ ุงَِّููู ุงูุฑَّุญْู َِٰู ุงูุฑَّุญِูู ๐ฉท*
*๐ท๐ฉทAssalamulaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh๐ฉท๐ท*
*
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
َูุงِ ุฐْ ุชَุงَ ุฐََّู ุฑَุจُُّูู ْ َูุฆِْู ุดََูุฑْุชُู ْ َูุงَ ุฒِْูุฏََُّูููู ْ ََููุฆِْู ََููุฑْุชُู ْ ุงَِّู ุนَุฐَุง ุจِْู َูุดَุฏِْูุฏٌ
wa iz ta-azzana robbukum la-ing syakartum la-aziidannakum wa la-ing kafartum inna 'azaabii lasyadiid
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.""
*(QS. Ibrahim 14: Ayat 7)*
Peringatan Allah di atas bisa disimpulkan
1. Jika bersyukur maka Allah akan tambah
2. Jika mengingkarinya atau tidak pandai mensyukurinya maka Nikmat itu akan akan menjadi Azab semata.
Bersyukur kepada Allah itu ada tiga cara, yaitu bersyukur dengan hati, dengan lisan, dan bersyukur dalam sikap perilaku (perbuatan) :
1. Bersyukur dengan hati
Bersyukur di dalam hati ialah dengan cara membentuk keyakinan dan keinginan dalam diri untuk menjalani kebajikan-kebajikan yang telah diperintahkan dan tidak gampang memperlihatkan bentuk nikmat yang telah Allah berikan padanya terhadap setiap orang.
2. Bersyukur dengan lisan
Adapun syukur dengan lisan yaitu dengan memperbanyak puji syukur kepada Allah sambil membaca Alhamdulillah.
3. Bersyukur dalam dalam sikap prilaku (Perbuatan)
Adapun bersyukur dalam bentuk sikap tingkah laku dan perbuatan adalah dengan menjadikan nikmat-nikmat yang telah Allah berikan padanya sebagai sarana amal ibadah serta menjaga diri sedapat mungkin dari tercebur dalam maksiat.
Ketahuilah…
Seseorang tidak dikatakan bersyukur selagi belum mampu menjadikan nikmat yang telah ia terima sebagai sarana untuk mahabbah (mencintai Allah) bukan untuk kesenangan-kesenangan yang bersifat pribadi, bila ia menjadikan nikmatNya justru sebagai sarana terhadap hal-hal yang Allah murkai sesungguhnya ia benar-benar telah mengkufuri nikmatNya sebagaimana bila ia menganganggurkan nikmat tersebut karena artinya ia telah menyia-menyiakan kesempatan yang telah Allah berikan padanya untuk menggapai kehidupan bahagia.
(Sumber: Syarh al-Hikam al-‘Athooiyyah hal 64 dan Mau’izhoh al-Mu’miniin Min Ihyaa ‘Uluum ad-Diin I/420)
۞ ุงَُّٰูููู َّ ุตَِّู َูุณَِّูู ْ ْุนََูู ุณَِّูุฏَِูุง ู ُุญَู َّุฏٍ َูุนََูู ุงِู ุณَِّูุฏَِูุง ู ُุญَู َّุฏٍ ๏ทบ ۞
๐๐๐๐ถ๐ฝ๐๐๐๐ถ ๐ฎ๐ฝโด๐๐๐พ ๐ถ๐๐ถ๐ถ ๐ฎ๐ถ๐๐๐พ๐น๐พ๐๐ถ โณ๐๐ฝ๐ถ๐๐๐ถ๐น
Tidak ada komentar:
Posting Komentar