Selasa, 16 Januari 2024

DOSA JARIYAH !!! SETELAH MATI DOSA TERUS MENGALIR..

 .


Jika ada amal jariyah maka pastilah ada pula yang namanya dosa jariyah. Sangat rugi, setelah mati kita terus membawa dosa jariyah, dosa yang senantiasa mengalir sampai hari kiamat

Semisal;

- Share video porno, itu tersebar setelah kamatiannya dan ia belum bertaubat. -wallahul musta'an-

- Share foto membuka aurat di media sosial dan tersebar serta dilihat oleh kaum lelaki dan publik secara umum -na'udzubillah-

- Pernah mengajarkan keburukan dan memberi contoh yang menyimpang, ia belum bertaubat dan belum memperbaiki dan meluruskan ajaran yang telah tersebar. -innalillaahi wa innailaihi roji'un -

-Dan dosa-dosa yang lain, yang menyebar dan berdampak kepada seluruh ummat

Perhatikanlah hadits berikut, Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda;

« ﻣَﻦْ ﺳَﻦَّ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡِ ﺳُﻨَّﺔً ﺣَﺴَﻨَﺔً، ﻓَﻠَﻪُ ﺃَﺟْﺮُﻫَﺎ، ﻭَﺃَﺟْﺮُ ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﺑِﻬَﺎ ﺑَﻌْﺪَﻩُ، ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﻘُﺺَ ﻣِﻦْ ﺃُﺟُﻮﺭِﻫِﻢْ ﺷَﻲْﺀٌ، ﻭَﻣَﻦْ ﺳَﻦَّ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡِ ﺳُﻨَّﺔً ﺳَﻴِّﺌَﺔً، ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭِﺯْﺭُﻫَﺎ ﻭَﻭِﺯْﺭُ ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﺑِﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِﻩِ، ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﻘُﺺَ ﻣِﻦْ ﺃَﻭْﺯَﺍﺭِﻫِﻢْ ﺷَﻲْﺀٌ 

_“Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang hasanah (baik) dalam Islam maka baginya pahala dari perbuatannya itu dan pahala dari orang yang melakukannya sesudahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun._ _*Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang buruk, maka baginya dosanya dan DOSA ORANG YANG MELAKUKAN SESUDAHNYA, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”*_
(HR. Muslim: 1017)

Demikian juga ancaman Allah -azza wajalla- yang keras;

ﻟِﻴَﺤْﻤِﻠُﻮﺍ ﺃَﻭْﺯَﺍﺭَﻫُﻢْ ﻛَﺎﻣِﻠَﺔً ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻭَﻣِﻦْ ﺃَﻭْﺯَﺍﺭِ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﻀِﻠُّﻮﻧَﻬُﻢْ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﺃَﻟَﺎ ﺳَﺎﺀَ ﻣَﺎ ﻳَﺰِﺭُﻭﻥَ

_“Mereka akan memikul dosa-dosanya dengan penuh pada Hari Kiamat, dan *MEMIKUL DOSA-DOSA ORANG YANG MEREKA SESATKAN*, yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan)._ (QS. an-Nahl: 25)

Mujahid -rahimahullah- menafsirkan ayat ini, beliau berkata:

_“Mereka menanggung dosa mereka sendiri dan dosa orang lain yang mengikuti mereka. Mereka sama sekali tidak diberi keringanan azab karena dosa orang yang mengikutinya._

Tafsir Ibnu Katsir, 4/566

Sadarlah! Kehidupan kita di dunia ini pasti akan memberikan DAMPAK setelah kita mati dan meninggalkan jejak-jejak..
_*Entah itu jejak kebaikan atau jejak keburukan !!*_

Dampak inilah yang dimaksud dalam ayat-Nya:

_“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati, dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan, dan bekas-bekas (dampak) yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).”_
(QS. Yasin: 12)

-----------------------------------------

Cara bertaubat dari dosa jariyah, yaitu;

1. Dengan cara bersungguh-sungguh bertaubat

2. Jika sudah menyebarkan kejelekan, maka berusaha menghilangkannya dan mencarinya untuk segara dihapus.

3. Jika sudah mengajarkan, maka berusaha memperbaiki dan menyebarkan klarifikasi (koreksi) dari kesalahan yang telah ia sebar.

4. Jika sudah bertaubat, maka sudah tidak ada dosa lagi -InsyaaAllah-.

Sebagaimana dalam hadits:

ﺍﻟﺘﺎﺋﺐ ﻣﻦ ﺍﻟﺬﻧﺐ ﻛﻤﻦ ﻻﺫﻧﺐ ﻟﻪ

_“Orang yang telah bertaubat dari dosa-dosanya (dengan sungguh-sungguh) adalah seperti orang yang tidak punya dosa“._
(HR. Ibnu Majah: 4250, dihasankan oleh Syeikh Al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah)

Waallahuallam

DZIKIR DAN SYUKUR YANG SEBENARNYA*

 *Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh*      


*


Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu❞


*AGAMA ITU DIBANGUN DI ATAS DZIKIR DAN SYUKUR*


👤Ibnul Qoyyim mengatakan bahwa 


*Agama ini dibangun di atas 2 landasan yaitu dzikir dan syukur.* Lantas beliau rahimahullah membawakan 


firman Allah,


فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ


“*Berdzikirlah pada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah pada-ku, janganlah kalian kufur.”*

📖 (QS. Al Baqoroh : 152)


Nabi ﷺ juga bersabda pada Mu’adz, 


*“Demi Allah, aku sungguh mencintaimu. Aku wasiatkan padamu, janganlah engkau lupa untuk mengucapkan pada akhir shalat (sebelum salam):*


اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ


ALLAHUMMA A’INNI ‘ALA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBADATIK [Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir/mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu].”

📚 (HR. Abu Daud dan Ahmad, shahih)


Itulah beberapa dalil yang menunjukkan bahwa agama ini dibangun dan bisa tegak dengan dzikir dan syukur.


Namun, apa yang dimaksud dengan dzikir?*❓


Apakah cukup dengan mulut yang komat-kamit? 


Beliau rahimahullah memberi penjelasan yang sangat bagus sekali. 


👤Beliau mengatakan bahwa *dzikir bukanlah hanya dengan lisan yang komat-kamit.*


Namun, *dzikir yang sebenarnya adalah dengan hadirnya hati disertai ucapan lisan*. 


Dalam dzikir kita juga harus meresapi makna nama dan sifat Allah, mengingat perintah dan larangan-Nya, dan mengingat Allah dengan merenungkan kalamullah yaitu Al Qur’an. Ini semua bisa digapai jika seseorang mengimani nama dan sifat-Nya, serta mengagungkan-Nya, juga memuji-Nya dengan berbagai macam sanjungan. Semua ini bisa digapai jika seseorang bertauhid dengan benar. Dzikir yang hakiki harus terkandung ini semua. Juga dzikir ini haruslah digapai dengan senantiasa mengingat nikmat Allah dan mengingat kebaikan Allah pada makhluk-Nya.


Itulah dzikir yang sebenarnya dan yang semestinya dilakukan setiap muslim.


*Lalu apa yang dimaksud dengan syukur?❓*


*Syukur adalah melaksanakan ketaatan kepada Allah, mendekatkan diri kepada-Nya dengan rasa cinta lahir maupun batin*. 


Sehingga syukur bukanlah hanya di lisan semata, namun haruslah direalisasikan dalam ketaatan dan amal perbuatan.


Inilah dua perkara yang akan menegakkan agama seseorang.


Dalam *dzikir kepada-Nya harus terdapat ma’rifah atau keimanan yang hakiki.*


Sedangkan dalam *syukur harus terdapat ketaatan kepada-Nya.*


Kedua perkara inilah tujuan diciptakannya jin dan manusia, juga langit dan bumi. 


Dengan dua hal ini baru akan ada pahala dan hukuman, juga sebab diturunkannya kitab suci dan para rasul.


Dalam berbagai ayat disebutkan bahwa *tujuan penciptaan makhluk adalah agar kita senantiasa berdzikir (mengingat-Nya) dengan iman, dan juga bersyukur kepada-Nya dengan melakukan ketaatan* .


 Tujuan penciptaan bukanlah untuk melupakan-Nya dan mengufuri-Nya. 


Ingatlah, *Allah akan senantiasa mengingat hamba-Nya jika mereka selalu berdzikir pada-Nya, juga akan senantiasa mensyukuri hamba-Nya, jika mereka bersyukur pada-Nya.*


Dzikir adalah sebab Allah mengingat hamba-Nya dan syukur adalah sebab Allah akan selalu menambah nikmat dan karunia.


Dzikir dilakukan dengan lisan dan hati. 


Sedangkan syukur dilakukan dengan rasa cinta dalam hati, pujian dalam lisan, dan melakukan ketaatan dengan anggota badan.

CARA MUDAH MERAIH BERKAH*

 *Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh*


*


Oleh :

Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc  


Segala puji bagi Allah, Maha Pemberi Keberkahan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.


Barokah atau berkah selalu diinginkan oleh setiap orang. Namun sebagian kalangan salah kaprah dalam memahami makna berkah sehingga hal-hal keliru pun dilakukan untuk meraihnya. Coba kita saksikan bagaimana sebagian orang ngalap berkah dari kotoran sapi. Ini suatu yang tidak logis, namun nyata terjadi. Inilah barangkali karena salah paham dalam memahami makna keberkahan dan cara meraihnya. Sudah sepatutnya kita bisa mendalami hal ini.


*MAKNA BAROKAH*

Dalam bahasa Arab, barokah bermakna tetapnya sesuatu, dan bisa juga bermakna bertambah atau berkembangnya sesuatu."[1] Tabriik adalah mendoakan seseorang agar mendapatkan keberkahan. Sedangkan tabarruk adalah istilah untuk meraup berkah atau ngalap berkah.


Adapun makna barokah dalam Al Qur’an dan As Sunnah adalah langgengnya kebaikan, kadang pula bermakna bertambahnya kebaikan dan bahkan bisa bermakna kedua-duanya."[2] Sebagaimana do’a keberkahan kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang sering kita baca saat tasyahud mengandung dua makna di atas.


Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, Maksud dari ucapan do’a keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad karena engkau telah memberi keberkahan kepada keluarga Ibrahim, do’a keberkahan ini mengandung arti pemberian kebaikan karena apa yang telah diberi pada keluarga Ibrahim. Maksud keberkahan tersebut adalah langgengnya kebaikan dan berlipat-lipatnya atau bertambahnya kebaikan. Inilah hakikat barokah."[3]


*SELURUH KEBAIKAN BERASAL DARI ALLAH*

Kadang kita salah paham. Yang kita harap-harap adalah kebaikan dari orang lain, sampai-sampai hati pun bergantung padanya. Mestinya kita tahu bahwa seluruh kebaikan dan keberkahan asalnya dari Allah. Allah Ta’ala berfirman,


قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ


Katakanlah: Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali Imron: 26). Yang dimaksud ayat di tangan Allah-lah segala kebaikan adalah segala kebaikan tersebut atas kuasa Allah. Tiada seorang pun yang dapat mendatangkannya kecuali atas kuasa-Nya. Karena Allah-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Demikian penjelasan dari Ath Thobari rahimahullah."[4]


Dalam sebuah do’a istiftah yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam disebutkan,


وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِى يَدَيْكَ


Seluruh kebaikan di tangan-Mu.” (HR. Muslim no. 771)


Begitu juga dalam beberapa ayat lainnya disebutkan bahwa nikmat (yang merupakan bagian dari kebaikan) itu juga berasal dari Allah. Dan nikmat ini sungguh teramat banyak, sangat mustahil seseorang menghitungnya. Allah Ta’ala berfirman,


وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ


Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya).” (QS. An Nahl: 53).


قُلْ إِنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ


Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah.” (QS. Ali Imron: 73).


وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا


Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghitungnya.” (QS. Ibrahim: 34 dan An Nahl: 18).


Kita telah mengetahui bahwa setiap kebaikan dan nikmat, itu berasal dari Allah. Inilah yang disebut dengan barokah. Maka ini menunjukkan bahwa seluruh barokah, berkah atau keberkahan berasal dari Allah semata."[5]


*BERBAGAI KEBERKAHAN YANG HALAL*

Setelah kita mengerti dengan penjelasan di atas, maka untuk meraih berkah sudah dijelaskan oleh syari’at Islam yang mulia ini. Sehingga jika seseorang mencari berkah namun di luar apa yang telah dituntunkan oleh Islam, maka ia berarti telah menempuh jalan yang keliru. Karena ingatlah sekali lagi bahwa datangnya barokah atau kebaikan hanyalah dari Allah.


Perlu diketahui bahwa keberkahan yang halal bisa ada dalam hal diniyah dan hal duniawiyah, atau salah satu dari keduanya. Contoh yang mencakup keberkahan diniyah dan duniawiyah sekaligus adalah keberkahan pada Al Qur’an Al Karim, Rasul shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu anhum.  Keberkahan seperti ini juga terdapat pada majelis orang sholih, keberkahan bulan Ramadhan, keberkahan makan sahur. Keberkahan pada hal diniyah saja semisal pada tiga masjid yang mulia yaitu masjidil harom, masjid nabawi, dan masjidil aqsho. Sedangkan keberkahan pada hal duniawiyah seperti keberkahan pada air hujan, pada tumbuhnya berbagai tumbuhan, keberkahan pada susu dan hewan ternak."[6]


Ada satu catatan yang perlu diperhatikan. Keberkahan yang halal di atas kadang diketahui karena ada dalil tegas yang menunjukkannya, kadang pula dilihat dari dampak, di sisi lain juga dilihat dari kebaikan yang amat banyak yang diperoleh. Namun untuk keberkahan dalam hal duniawiyah bisa diperoleh jika digunakan dalam ketaatan pada Allah. Jika digunakan bukan pada ketaatan, itu bukanlah nikmat, namun hanyalah musibah."[7]


*CONTOH NGALAP BERKAH YANG HALAL*

Kami contohkan misalnya keberkahan orang sholih, yaitu orang yang sholih secara lahir dan batin."[8], selalu menunaikan hak-hak Allah. Di antara keberkahan orang sholih adalah karena keistiqomahan agamanya. Karena istiqomahnya ini, dia akan memperoleh keberkahan di dunia yaitu tidak akan sesat dan keberkahan di akhirat yaitu tidak akan sengsara."[9]. Allah Ta’ala berfirman,


فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى


Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thoha: 123).


Keberkahan orang sholih pun terdapat pada usaha yang mereka lakukan. Mereka begitu giat menyebarkan ilmu agama di tengah-tengah masyarakat sehingga banyak orang pun mendapat manfaat. Itulah keberkahan yang dimaksudkan. Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyebut orang-orang sholih yang berilmu sebagai pewaris para nabi.


إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ


Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi."[10]


Keberkahan juga bisa diperoleh jika seseorang berlaku jujur dalam jual beli. Dari Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا


Orang yang bertransaksi jual beli masing-masing memilki hak khiyar (membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan tidak terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya akan hilang."[11]


Ketika seseorang mencari harta dengan tidak diliputi rasa tamak, maka keberkahan pun akan mudah datang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan pada Hakim bin Hizam,


يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ كَالَّذِى يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ ، الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى


Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu hijau lagi manis. Barangsiapa yang mencarinya untuk kedermawanan dirinya (tidak tamak dan tidak mengemis), maka harta itu akan memberkahinya. Namun barangsiapa yang mencarinya untuk keserakahan, maka harta itu tidak akan memberkahinya, seperti orang yang makan namun tidak kenyang. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.”[12] Yang dimaksud dengan kedermawanan dirinya, jika dilihat dari sisi orang yang mengambil harta berarti ia tidak mengambilnya dengan tamak dan tidak meminta-minta. Sedangkan jika dilihat dari orang yang memberikan harta, maksudnya adalah ia mengeluarkan harta tersebut dengan hati yang lapang."[13]


Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, Qona’ah dan selalu merasa cukup dengan harta yang dicari akan senantiasa mendatangkan keberkahan. Sedangkan mencari harta dengan ketamakan, maka seperti itu tidak mendatangkan keberkahan dan keberkahan pun akan sirna.”[14]


Begitu pula keberkahan dapat diperoleh dengan berpagi-pagi dalam mencari rizki. Dari sahabat Shokhr Al Ghomidiy, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا


Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.


Apabila Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengirim peleton pasukan, beliau shallallahu alaihi wa sallam mengirimnya pada pagi hari. Sahabat Shokhr sendiri adalah seorang pedagang. Dia biasa membawa barang dagangannya ketika pagi hari. Karena hal itu dia menjadi kaya dan banyak harta."[15]


*NGALAP BERKAH YANG KELIRU*

Ngalap berkah yang keliru di sini karena tidak ada dasar pegangan dalil yang kuat di dalamnya. Di sini kami akan contohkan beberapa hal yang termasuk ngalap berkah yang keliru.


*Pertama: Tabarruk dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam setelah beliau wafat.*


Di antara yang terlarang adalah tabaruk dengan kubur beliau. Bentuknya adalah seperti meminta do’a dan syafa’at dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di sisi kubur beliau. Semisal seseorang mengatakan, Wahai Rasul, ampunilah aku atau Wahai rasul, berdo’alah kepada Allah agar mengampuniku dan menunjuki jalan yang lurus.Perbuatan semacam ini bahkan termasuk kesyirikan karena di dalamnya terdapat bentuk permintaan yang hanya Allah saja yang bisa mengabulkannya."[16]


Juga yang termasuk keliru adalah mendatangi kubur Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas mengambil berkah dari kuburnya dengan mencium atau mengusap-usap kubur tersebut. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, Para ulama kaum muslimin sepakat bahwa barangsiapa yang menziarahi kubur Nabi shallallahu alaihi wa sallam atau menziarahi kubur para nabi dan orang sholih lainnya, termasuk juga kubur para sahabat dan ahlul bait, ia tidak dianjurkan sama sekali untuk mengusap-usap atau mencium kubur tersebut.”[17] Imam Al Ghozali mengatakan, Mengusap-usap dan mencium kuburan adalah adat Nashrani dan Yahudi”.[18]


*Kedua: Tabarruk dengan orang sholih setelah wafatnya.*


Jika terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja tidak diperkenankan tabarruk dengan kubur beliau dengan mencium atau mengusap-usap kubur tersebut, maka lebih-lebih dengan kubur orang sholih, kubur para wali, kubur kyai, kubur para habib atau kubur lainnya. Tidak diperkenankan pula seseorang meminta dari orang sholih yang telah mati tersebut dengan do’a wahai pak kyai, sembuhkanlah penyakitku ini, wahai Habib, mudahkanlah urusanku untuk terlepas dari lilitan hutang, wahai wali, lancarkanlah bisnisku. Permintaan seperti ini hanya boleh ditujukan pada Allah karena hanya Allah yang bisa mengabulkan. Sehingga jika do’a semacam itu ditujukan pada selain Allah, berarti telah terjatuh pada kesyirikan.


Begitu pula yang keliru, jika tabarruk tersebut adalah tawassul, yaitu meminta orang sholih yang sudah tiada untuk berdo’a kepada Allah agar mendo’akan dirinya.


*Ketiga: Tabarruk dengan pohon, batu dan benda lainnya.*


Ngalap berkah dengan benda-benda semacam ini, termasuk pula ngalap berkah dengan sesuatu yang tidak logis seperti dengan kotoran sapi (Kebo Kyai Slamet), termasuk hal yang terlarang, suatu bid’ah yang tercela dan sebab  terjadinya kesyirikan.


Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, Adapun pohon, bebatuan dan benda lainnya … yang dinama dijadikan tabarruk atau diagungkan dengan shalat di sisinya, atau semacam itu, maka semua itu adalah perkara bid’ah yang mungkar dan perbuatan ahli jahiliyah serta sebab timbulnya kesyirikan.”[19]


Perbuatan-perbuatan di atas adalah termasuk perbuatan ghuluw terhadap orang sholih dan pada suatu benda. Sikap yang benar untuk meraih keberkahan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam setelah beliau wafat adalah dengan ittiba’ atau mengikuti setiap tuntunan beliau, sedangkan kepada orang sholih adalah dengan mengikuti ajaran kebaikan mereka dan mewarisi setiap ilmu mereka yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Inilah tabarruk yang benar.


*PENUTUP*

Dari penjelasan di atas, sebenarnya banyak sekali jalan untuk meraih keberkahan atau ngalap berkah yang dibenarkan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita mencukupkan dengan hal itu saja tanpa mencari berkah lewat jalan yang keliru, bid’ah atau bernilai kesyirikan. Carilah keberkahan dengan beriman dengan bertakwa pada Allah. Allah Ta’ala berfirman,


وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ


Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’rof: 96)


Semoga Allah senantiasa melimpahkan kita berbagai keberkahan. Amin Yaa Mujibbas Saailin.


Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.

LARANGAN LOYAL PADA ORANG KAFIR*

 *Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh*


*


Oleh :

Ustadz Yananto Sulaimansyah


Segala puji hanyalah milik Allah semata. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi yang tiada lagi nabi sesudah beliau, Muhammad bin Abdillah, alaihis sholatu was salaam. Wa ba’du:


Allah Ta’ala berfirman tentang bapak para nabi, Nabi Ibrahim alaihis salam,


دْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ


Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah. Kami ingkar kepadamu, dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah semata.” (QS. Al Mumtahanah : 4)


Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, prinsip al wala’ wal baro, loyalitas kepada kaum muslimin dan kebencian kepada orang kafir, sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam seperti termaktub dalam ayat di atas pada masa-masa ini seolah-olah telah redup di hati-hati kaum muslimin. Padahal prinsip al wala wal baro’adalah salah satu prinsip dalam agama Islam dan sebab tegaknya kemuliaan agama Islam di atas seluruh agama di dunia ini.


*LARANGAN BERSIKAP LOYAL KEPADA ORANG KAFIR*

Di dalam Al Qur’an, Allah Ta’ala melarang kaum muslimin untuk memberikan sikap wala, loyalitas kepada orang kafir, dan menjadikan mereka sebagai teman setia. Allah Ta’ala berfirman,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia.”(QS. Al Mumtahanah : 1)


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu. Sebagian mereka adalah pemimpin bagi yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”(QS. Al Ma-idah : 51)


*BENTUK LOYALITAS PADA ORANG KAFIR*

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, setelah membawakan dalil terlarangnya memberikan loyalitas kepada orang kafir, berikut ini kami bawakan beberapa contoh bentuk loyalitas kepada orang kafir dengan memohon taufik dari Allah- agar kita tidak terjatuh ke dalamnya.


*1. Ridho terhadap kekafiran orang kafir,* tidak mengkafirkan mereka, meragukan kafirnya mereka, atau bahkan sampai membenarkan madzhab (ajaran) mereka


Ini merupakan perkara yang sangat berbahaya yang dapat mengeluarkan seorang muslim dari agamanya. Para ulama sepakat bahwa siapa saja yang mencintai orang kafir *karena kekafirannya (artinya: cinta akan kekafiran mereka, ed),* maka dia keluar dari Islam. Lihat Al Wala’ wal Bara’ fil Islam, hal. 232.


*2. Meyakini sebagian akidah kafir yang mereka anut atau berhukum dengan kitab suci mereka*

Allah Ta’ala berfirman,


أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَؤُلَاءِ أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ آَمَنُوا سَبِيلًا


Tidakkah kamu lihat orang-orang yang Allah berikan mereka bagian dari kitab?Mereka beriman dengan setan dan thoghut, dan mereka berkata kepada orang-orang kafir : Mereka adalah orang-orang yang lebih lurus jalannya daripada orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisaa’ : 51)


Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, bukankah dapat kita saksikan saat ini sebagian dari orang yang ber-KTP Islam, bahkan dianggap cendikiawan muslim, tapi meyakini akidah-akidah sesat yang dimiliki orang kafir seperti komunisme, sekulerisme, dan liberalisme? Wallahul musta’aan.


*3. Menjadikan orang kafir penolong setia atau pelindung."[1], menyerahkan urusan yang berkaitan dengan kaum muslimin kepada mereka, dan menjadikan mereka sebagai orang kepercayaan*

Allah Ta’ala berfirman,


لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ


Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai penolong setia atau pelindung dengan meninggalkan orang-orang beriman yang lain. Barangsiapa yang melakukannya, maka dia telah lepas dari Allah.Kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya.Dan hanya kepada Allah kembali (mu)” (QS. Ali ‘Imron : 28). Lihat Al Irsyad ila Shahihil I’tiqod, hal. 360


*4. Menolong orang kafir dalam menindas kaum muslimin*

Ini adalah perkara yang sangat berbahaya. Hal ini termasuk pembatal keislaman jika maksudnya adalah menolong orang kafir untuk menindas kaum muslimin disertai dengan kecintaan pada agama atau ajaran mereka. Allah Ta’ala berfirman,


وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ


Barangsiapa di antara kamu berloyal pada mereka (menolong mereka), maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al Maidah: 51).


Sedangkan jika tidak ada pilihan lain (artinya: dipaksa) untuk melakukan seperti itu, namun tidak disertai dengan rasa cinta pada kekufuran mereka, maka ini dikhawatirkan saja dapat keluar dari Islam. Adapun jika masih punya pilihan (tidak dipaksa), namun ia masih benci pada agama kekafiran, maka ia terjerumus dalam dosa besar. (tidak  Lihat Al Irsyad ilaa Shahihil I’tiqod, hal. 360 dan penjelasan Syaikh Sholih Al Fauzan dalam Durus fii Syarh Nawaqidil Islam, hal, 157-158.


*5. Membantu orang kafir dalam penyelenggaran hari-hari besar mereka, menghadiri perayaan hari besar mereka, dan memberikan ucapan selamat untuk hari besar mereka*

Allah Ta’ala berfirman ketika menerangkan sifat dari hamba-hamba Allah yang beriman,


وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ


Dan orang-orang yang tidak menghadiri az zuur.” (QS. Al Furqan : 72). Makna ayat di atas, di antara sifat hamba Allah adalah tidak menghadiri hari besar orang kafir.  Lihat Al Irsyad, hal. 362.


*6. Berkasih sayang atau mencintai mereka*

Allah Ta’ala berfirman,


لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آَبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ


Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (QS. Al Mujadilah : 22)


*7. Duduk bersama mereka ketika mereka sedang menghina Islam dan kaum muslimin*

Allah Ta’ala berfirman,


وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آَيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ


Sungguh Dia telah menurunkan kekuatan kepada kalian di dalam kitab bahwa jika kalian mendengar ayat-ayat Allah diingkari atau dihina (oleh orang kafir), maka janganlah duduk bersama mereka sampai mereka membicarakan hal lain. Karena sesungguhnya (jika kalian tetap duduk bersama mereka), sungguh kalian seperti mereka.” (QS. An Nisaa’ : 140)


*8. Menyerupai mereka dalam hal-hal yang merupakan kekhususan mereka*

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)


Tasyabbuh dengan orang kafir dalam hal-hal yang merupakan ciri khas mereka, kebiasaan mereka, ibadah mereka, akhlak mereka (seperti mencukur jenggot dan memanjangkan kumis), pakaian mereka, gaya makan dan minum mereka, dan selainnya yang termasuk ciri khas orang kafir hukumnya adalah haram. LihatAl Irsyad, hal. 359.


Dan yang dimaksud dengan ciri khas orang kafir adalah : jika ada orang yang melakukan sesuatu atau memakai sesuatu, maka orang yang melihatnya akan mengira bahwa dia adalah orang kafir.


*9. Tinggal di negeri kafir dan tidak mau pindah ke negeri Islam padahal mampu*

Allah Ta’ala berfirman,


إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (97) إِلَّا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا (98)


Sesungguhnya orang-orang yang dimatikan oleh malaikat dalam keadaan menzhalimi diri sendiri,malaikat bertanya kepada (mereka), ‘Dalam keadaan bagaimana kalian ini?!. Mereka menjawab, Kami adalah orang-orang yang tertindas di bumi ini (Mekkah)’. Malaikat menjawab, Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kalian bisa berhijrah?!. Mereka itulah yang tempat kembalinya adalah jahannam. Dan jahannam adalah seburuk-buruk tempat kembali. Kecuali mereka yang tertindas dari kalangan laki-lak  ,perempuan, dan anak-anak yang tidak berdaya dan tidak tahu jalan (untuk hijrah)” (QS. An Nisaa’ : 97-98)


Syaikh As Sa’di rahimahullah berkata, Ini adalah ancaman keras bagi orang yang tidak mau hijrah (dari negeri kafir) sampai meninggal dunia padahal mampu untuk hijrah.” (Taisir Karimir Rahman hal. 176).


*10. Wisata atau bertamasya ke negeri kafir*

Jika berpergian dalam rangka pengobatan, belajar ilmu-ilmu yang bermanfaat untuk kaum muslimin yang tidak didapatkan di negeri-negeri Islam, atau alasan yang dibenarkan syari’at, maka diperbolehkan asalkan syaratnya terpenuhi. Namun jika bepergian dalam rangka wisata atau pleasure saja ke negeri kafir, maka ini jelas bukan suatu yang urgent dan dinilai berdosa.


*12. Menyanjung mereka karena takjub dengan kemajuan peradaban dan teknologi yang mereka miliki tanpa melihat akidah mereka yang rusak*

Allah Ta’ala berfirman,


وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى


Janganlah kalian mengarahkan pandangan kalian kepada kenikmatan yang Kami berikan kepada golongan-golongan mereka sebagai bunga kehidupan dunia agar Kami uji mereka dengannya.Dan rizki Rabb-mu lebih baik dan lebih kekal.”(QS.Thaha : 131)


*11. Mengagungkan kedudukan mereka dan memberikan gelar-gelar yang bersifat memuliakan tanpa keperluan*


*13. Bertemu dengan mereka dengan wajah berseri-seri dan hati gembira*


*14. Memulai ucapan salam kepada mereka*

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Janganlah kalian mulai memberikan salam kepada orang yahudi dan nasrani. Jika kalian berpapasan dengan mereka di jalan, paksalah mereka untuk minggir.”(HR. Muslim)


*15. Memberi nama anak dengan nama-nama khas orang kafir*

Hal ini termasuk tasyabbuh dengan orang kafir sehingga terlarang.


*16. Memintakan ampunan untuk mereka dan mendo’akan rahmat bagi mereka*

Allah Ta’ala berfirman,


مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ


Tidaklah patut bagi Nabi dan orang-orang beriman untuk meminta ampunan bagi orang musyrik meskipun mereka adalah kerabat dekatnya setelah jelas bagi mereka bahwa orang musyrik itu adalah penduduk neraka jahim.” (QS. At Taubah : 113)


*17. Menggunakan kalender masehi*

Kalender masehi adalah bentuk mengenang kelahiran Nabi Isa alaihis salamyang bid’ah ini dibuat-buat oleh orang Nashrani sendiri dan bukan berasal dari agama Nabi Isa alaihis salam. Maka penggunaan kalender ini menunjukkan adanya keikut sertaan menyebarkan syi’ar-syi’ar dan hari besar mereka." (lihat Al Irsyad, hal. 362).


Akan tetapi, seandainya terpaksa menggunakan kalender masehi, maka cantumkanlah kalender hijriyyahnya juga.


*TETAP WAJIB BERBUAT ADIL*

Kaum muslimin yang dimuliakan  Allah, meskipun kita diwajibkan untuk membenci orang yang Allah benci, yakni orang-orang kafir, namun hal itu bukanlah alasan untuk berbuat sewenang-wenang terhadap orang kafir. Islam adalah agama yang indah dan penuh keadilan. Oleh karena itulah, Allah Ta’ala tidak melarang kaum muslimin untuk berbuat baik kepada orang kafir yang tidak memerangi kaum muslimin, terlebih lagi jika hal itu dapat membuat mereka tertarik memeluk agama Islam. Allah Ta’ala berfirman,


لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ


Allah tidaklah melarang kalian berbuat baik dan berbuat adil terhadap orang kafir yang tidak memerangi kalian karena agama dan tidak mengusir kalian dari kampung kalian.Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat adil.”(QS. Al Mumtahanah : 8)


Wallahu a’lam.

AMALAN RINGAN BERPAHALA BESAR*

 *Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh*


*


Berikut beberapa amalan ringan berpahala besar yang bisa kita amalkan :


1️⃣ MENUNTUT ILMU AGAMA


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ


"Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga."  

[HR. Muslim no.2699]


2️⃣ MENJENGUK ORANG  SAKIT


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :


مَنْ عَادَ مَرِيْضاً أَوْ زَارَ أَخاً لَهُ فِي اللهِ أَيْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ نَادَاهُ مُنَادٍ بِأَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْزِلاً 

"Barangsiapa mengunjungi orang yang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka akan ada yang menyeru kepadanya, engkau telah berbuat baik, langkah kakimu juga baik, serta akan engkau tempati rumah di Surga."  

[HR. At-Tirmidzi No. 2008].

 

3️⃣ RUTIN SHALAT RAWATIB 12 RAKA'AT


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنَ السُّنَّةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ

"Barangsiapa merutinkan shalat sunnah 12 raka’at dalam sehari, maka Allah akan membangunkan bagi dia sebuah rumah di surga. Dua belas raka’at tersebut adalah empat raka’at sebelum  zhuhur, dua raka’at sesudah zhuhur, dua raka’at sesudah maghrib, dua raka’at sesudah ‘Isya, dan dua raka’at sebelum shubuh." 

[HR. Tirmidzi No. 414].


4️⃣ BERDZIKIR


Allah Azza wa Jalla berfirman  :


وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

"Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar."  

[QS. Al-Ahzab : 35].


5️⃣ BERSHALAWAT


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


مَن صلَّى عليَّ صلاةً واحدةً ، صَلى اللهُ عليه عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وحُطَّتْ عنه عَشْرُ خَطياتٍ ، ورُفِعَتْ له عَشْرُ دَرَجَاتٍ

"Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat baginya sepuluh (10) kali dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak)."  

[HR. An-Nasa'i No.1297]. 


6️⃣ MENGAMALKAN DO'A SETELAH ADZAN


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِى وَعَدْتَهُ ، حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ

"Barangsiapa mengucapkan setelah mendengar adzan : 

 

‘Allahumma robba hadzihid da’watit taammah wash sholatil qoo-imah, aati Muhammadanil wasilata wal fadhilah, wab’atshu maqoomam mahmuuda alladzi wa ‘adtah’  

 

[Ya Allah, Rabb pemilik dakwah yang sempurna ini, shalat yang ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah dan fadilah. Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati maqom (kedudukan) terpuji yang telah Engkau janjikan padanya],  

 

maka dia akan mendapatkan syafa’atku kelak." 

[HR. Bukhari No. 614].


7️⃣ MEMBERI SALAM DAN BERJABAT TANGAN


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :


إن المؤمن إذا لقي المؤمن فسلم عليه وأخذ بيده فصافحه تناثرت خطاياهما كما يتناثر ورق الشجر

"Sesungguhnya seorang mukmin apabila bertemu dengan saudara mukmin lainnya, lalu ia mengucapkan salam kepadanya dan menjabat tangannya, maka akan berguguran dosa keduanya sebagaimana bergugurannya daun dari pohonnya."  

[Ash-Shahihah No. 526].


Perlu diketahui, berjabat tangan di sini bukan berarti dengan non mahram.


8️⃣ MEMBACA AL-QUR'AN


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

"Barangsiapa membaca satu huruf dari kitabullah (Al-Qur'an), baginya satu kebaikan. Satu kebaikan akan dilipatgandakan sepuluh. Aku tidak mengatakan ‘alif laam miim’ itu satu huruf, akan tetapi, Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf."  

[HR. Tirmidzi No. 2910].


9️⃣ PUASA TIGA (3) HARI  SETIAP BULAN


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

"Puasa pada tiga (3) hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun."  

[HR. Bukhari No. 1979].


🔟 DO'A ANAK UNTUK ORANG TUANYA


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :


إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِيْ الْجَنَّةِ فَيَقُوْلُ: يَا رَبِّ أَنىَّ لِيْ هَذِهِ ؟ فَيَقُوْلُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ

"Sungguh, Allah benar-benar mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shalih di surga." Maka ia pun bertanya : "Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?" Allah menjawab : "Berkat istighfar anakmu bagi dirimu." 

[HR. Ahmad No. 10232].


1️⃣1️⃣ SHALAT ISYRAQ (SHALAT  DHUHA DI AWAL WAKTU)


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ. قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

"Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh". Beliau pun bersabda : "Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna."  

[HR. Tirmidzi No. 586. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini hasan].


Semoga Allah 'Azza wa Jalla mudahkan kita untuk mengamalkan amalan di atas.


*Barakallahu fiikum*

EMPAT PERMATA DALAM DIRI MANUSIA YANG HARUS

 *Assalamualaikum warahmatullahi Wabarrakattuh*


* DIJAGA*


_Bismillahirrahmanirrahim..._

_*Manusia adalah :* makhluk Allah yang diciptakan dalam bentuk terbaik. manusia diciptakan dengan bentuk fisik yang indah, juga diberi perangkat lunak yang sempurna, seperti akal pikiran, rasa, dan karsa (kehendak)._


*Sebagaimana disebutkan dalam surat At-Tiin ayat 4 :* “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yg sebaik-baiknya.”_


_*✍️Manusia dikaruniai 4 hal sebagai permata dalam dirinya :* 4 permata ini disebutkan Rasulullah dalam hadistnya, sebagaimana dikutip oleh Ihya’ Ulumiddin._


*Rasulullah SAW bersabda :*_

_“Ada 4 permata dalam tubuh manusia yg dapat hilang karena 4 hal. Empat permata tersebut adalah akal, agama, sifat malu, & amal salih. *Ghadlah (marah-²)* dapat menghilangkan akal. *Iri & dengki (hasud)* dapat menghilangkan agama, *Serakah (thama’)* dapat menghilangkan sifat malu, dan*Menggunjing (ghibah)* dapat menghilangkan amal shalih”._


*Permata dalam tubuh manusia Yang Pertama adalah Akal :*_

_Akal adalah alat untuk memahami agama. Agama adalah rambu-² atau aturan yg memberikan arah pada manusia, sifat malu adalah pengendali, dan amal salih adalah buah dari akal memahami agama untuk memahami mana yg hak dan batil._


*Permata kedua yg dikaruniakan Allah kepada manusia adalah agama :*_ 

_Agama adalah aturan atau norma yg mengarahkan akal manusia untuk menerima hal-² yg baik, layak & pantas. Agama menjadi pedoman bagaimana manusia menjalani kehidupannya, bagaimana mengendalikan syahwat & nafsu._


*Permata ketiga adalah Malu :*_

_Malu merupakan sifat yg dikembangkan oleh agama untuk mengendalikan perilaku manusia, yg dapat membedakan kita dengan hewan ataupun setan._


*Rasulullah pernah memberikan nasihat kepada sahabatnya dengan mengatakan :* “Malu itu sebagian dari iman._


*Permata keempat dimiliki manusia adalah amal shalih, yakni perbuatan yang patut dan baik menurut kaidah agama :*_ 

_Amal shalih adalah buah dari kemampuan kita memahami agama, menjalankan perintah agama, serta kemampuan kita mengendalikan sikap dalam kehidupan._


_👏Semoga kita dapat menjaga dan mengoptimalkan permata yg ada dalam hidup kita untuk menjadi insan pilihan dan masuk dalam kategori muttaqin (orang yg memiliki ketakwaan). *Aamiin Allahuma Aamiin.*_

SEBAB BERTAMBAH DAN BERKURANGNYA IMAN*

 *Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh*


*


Oleh :

Ustadz Kholid Syamhudi, Lc


Setelah kita mengetahui iman itu bisa bertambah dan berkurang, maka mengenal sebab-sebab bertambah dan berkurangnya iman memiliki manfaat dan menjadi sangat penting sekali. Sudah sepantasnya seorang muslim mengenal kemudian menerapkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, agar bertambah sempurna dan kuat imannya. Juga untuk menjauhkan diri dari lawannya yang menjadi sebab berkurangnya iman sehingga dapat menjaga diri dan selamat didunia dan akherat.


Syeikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah menerangkan bahwa seorang hamba yang mendapatkan taufiq dari Allah Ta’ala selalu berusaha melakukan dua perkara :


1. Merealisasikan iman dan cabang-cabangnya serta menerapkannya baik secara ilmu dan amal secara bersama-sama.


2. Berusaha menolak semua yang menentang dan menghapus iman atau menguranginya dari fitnah-fitnah yang nampak maupun yang tersembunyi, mengobati kekurangan dari awal dan mengobati yang seterusnya dengan taubat nasuha serta mengetahui satu perkara sebelum hilang."[1]


Mewujudkan iman dan mengokohkannya dilakukan dengan mengenal sebab-sebab bertambahnya iman dan melaksanakannya. Sedangkan berusaha menolak semua yang menghapus dan menentangnya dilakukan dengan mengenal sebab-sebab berkurangnya iman dan berhati-hati dari terjerumus di dalamnya


*SEBAB-SEBAB BERTAMBAHNYA IMAN*

*Pertama:* Belajar ilmu yang bermanfaat yang bersumber dari al-Qur`aan dan as Sunnah. Hal ini menjadi sebab pertambahan iman yang terpenting dan bermanfaat karena ilmu menjadi sarana beribadah kepada Allah Ta’ala dan mewujudkan tauhid dengan benar dan pas. Pertambahan iman yang didapatkan dari ilmu bisa terjadi dari beraneka ragam sisi, di antaranya :


1. Sisi keluarnya ahli ilmu dalam mencari ilmu

2. Duduknya mereka dalam halaqah ilmu

3. Mudzakarah (diskusi) di antara mereka dalam masalah ilmu

4. Penambahan pengetahuan terhadap Allah dan syari’at-Nya

5. Penerapan ilmu yang telah mereka pelajari

6  Tambahan pahala dari orang yang belajar dari mereka


*Kedua:* Merenungi ayat-ayat kauniyah. Merenungi dan meneliti keadaan dan keberadaan makhluk-makhluk Allah Ta’ala yang beraneka ragam dan menakjubkan merupakan faktor pendorong yang sangat kuat untuk beriman dan mengokohkan iman.


Syeikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah menyatakan, Di antara sebab dan faktor pendorong keimanan adalah tafakur kepada alam semesta berupa penciptaan langit dan bumi serta makhluk-makhuk penghuninya dan meneliti diri manusia itu sendiri beserta sifat-sifat yang dimiliki. Ini semua adalah faktor pendorong yang kuat untuk meningkatkan iman."[2]


*Ketiga:* Berusaha sungguh-sungguh melaksanakan amalan shalih dengan ikhlas, memperbanyak dan mensinambungkannya. Hal ini karena semua amalan syariat yang dilaksanakan dengan ikhlas akan menambah iman. Karena iman bertambah dengan pertambahan amalan ketaatan dan banyaknya ibadah.


Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah pernah menuturkan, Di antara sebab pertambahan iman adalah melakukan ketaatan. Sebab iman akan bertambah sesuai dengan bagusnya pelaksanaan, jenis dan banyaknya amalan. Semakin baik amalan, semakin besar penambahan iman dan bagusnya pelasanaan ada dengan sebab ikhlas dan mutaba’ah (mencontohi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Sedangkan jenis amalan, maka yang wajib lebih utama dari yang sunnah dan sebagian amal ketaatan lebih ditekankan dan utama dari yang lainnya. Semakin utama ketaatan tersebut maka semakin besar juga penambahan imannya. Adapun banyak (kwantitas) amalan, maka akan menambah keimanan, sebab amalan termasuk bagian iman. Sehingga pasti iman bertambah dengan bertambahnya amalan.”[3]


*SEBAB-SEBAB BERKURANGNYA IMAN*

Sebab-sebab berkurangnya iman ada yang berasal dari dalam diri manusia sendiri (faktor internal) dan ada yang berasal dari luar (faktor eksternal).


*FAKTOR INTERNAL BERKURANGNYA IMAN*

*Pertama:* Kebodohan. Ini adalah sebab terbesar berkurangnya iman, sebagaimana ilmu adalah sebab terbesar bertambahnya iman.


*Kedua:* Kelalaian, sikap berpaling dari kebenaran dan lupa. Tiga perkara ini adalah salah satu sebab penting berkurangnya iman.


*Ketiga:* Perbuatan maksiat dan dosa. Jelas kemaksiatan dan dosa sangat merugikan dan memiliki pengaruh jelek terhadap iman. Sebagaimana pelaksanaan perintah Allah Ta’ala menambah iman, demikian juga pelanggaran atas larangan Allah Ta’ala mengurangi iman. Namun tentunya dosa dan kemaksiatan bertingkat-tingkat derajat, kerusakan dan kerugian yang ditimbulkannya, sebagaimana disampaikan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam ungkapan beliau, Sudah pasti kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan bertingkat-tingkat sebagaimana iman dan amal shalih pun bertingkat–tingkat”.[4]


*Keempat:* Nafsu yang mengajak kepada keburukan (an-nafsu ammaratu bissu’). Inilah nafsu yang ada pada manusia dan tercela. Nafsu ini mengajak kepada keburukan dan kebinasaan, sebagaimana Allah Ta’ala jelaskan dalam menceritakan istri al-Aziz,


وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ


Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (Qs Yusuf: 53)


Nafsu ini menyeret manusia kepada kemaksiatan dan kehancuran iman, sehingga wajib bagi kita berlindung kepada Allah Ta’ala darinya dan berusaha bermuhasabah sebelum beramal dan setelahnya.


*FAKTOR EKSTERNAL BERKURANGNYA IMAN*

*Pertama:* Syeitan musuh abadi manusia yang merupakan satu sebab penting eksternal yang mempengaruhi iman dan mengurangi kekokohannya.


*Kedua:* Dunia dan fitnah (godaan)nya.  Menyibukkan diri dengan dunia dan perhiasannya termasuk sebab yang dapat mengurangi iman. Sebab semakin semangat manusia memiliki dunia dan semakin menginginkannya, maka semakin memberatkan dirinya berbuat ketaatan dan mencari kebahagian akherat, sebagaiman dituturkan Imam Ibnul Qayyim.


*Ketiga:* Teman bergaul yang jelek. Teman yang jelek dan jahat menjadi sesuatu yang sangat berbahaya terhadap keimanan, akhlak dan agamanya. Karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan kita dari hal ini dalam sabda beliau,


الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ


Seorang itu berada di atas agama kekasihnya (teman dekatnya), maka hendaknya salah seorang kalian melihat siapa yang menjadi kekasihnya.”[5]


Demikianlah perkara yang harus diperhatikan dalam iman, mudah-mudahan hal ini dapat menggerakkan kita untuk lebih mengokohkan iman  dan menyempurnakannya.


Wabillahi taufiq.

CARA BERSYUKUR AKAN SEGALA NIKMAT*

 *🩷بِسْــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم🩷*


*🌷🩷Assalamulaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh🩷🌷*


*


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


وَاِ ذْ تَاَ ذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَ زِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَا بِيْ لَشَدِيْدٌ

wa iz ta-azzana robbukum la-ing syakartum la-aziidannakum wa la-ing kafartum inna 'azaabii lasyadiid


"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.""

*(QS. Ibrahim 14: Ayat 7)*


Peringatan Allah di atas bisa disimpulkan 

1. Jika bersyukur maka Allah akan tambah

2. Jika mengingkarinya atau tidak pandai mensyukurinya maka Nikmat itu akan akan menjadi Azab semata.


Bersyukur kepada Allah itu ada tiga cara, yaitu bersyukur dengan hati, dengan lisan, dan bersyukur dalam sikap perilaku (perbuatan) :


1. Bersyukur dengan hati


Bersyukur di dalam hati ialah dengan cara membentuk keyakinan dan keinginan dalam diri untuk menjalani kebajikan-kebajikan yang telah diperintahkan dan tidak gampang memperlihatkan bentuk nikmat yang telah Allah berikan padanya terhadap setiap orang.


2. Bersyukur dengan lisan


Adapun syukur dengan lisan yaitu dengan memperbanyak puji syukur kepada Allah sambil membaca Alhamdulillah.


3. Bersyukur dalam dalam sikap prilaku (Perbuatan)


Adapun bersyukur dalam bentuk sikap tingkah laku dan perbuatan adalah dengan menjadikan nikmat-nikmat yang telah Allah berikan padanya sebagai sarana amal ibadah serta menjaga diri sedapat mungkin dari tercebur dalam maksiat.


Ketahuilah… 


Seseorang tidak dikatakan bersyukur selagi belum mampu menjadikan nikmat yang telah ia terima sebagai sarana untuk mahabbah (mencintai Allah) bukan untuk kesenangan-kesenangan yang bersifat pribadi, bila ia menjadikan nikmatNya justru sebagai sarana terhadap hal-hal yang Allah murkai sesungguhnya ia benar-benar telah mengkufuri nikmatNya sebagaimana bila ia menganganggurkan nikmat tersebut karena artinya ia telah menyia-menyiakan kesempatan yang telah Allah berikan padanya untuk menggapai kehidupan bahagia. 


(Sumber: Syarh al-Hikam al-‘Athooiyyah hal 64 dan Mau’izhoh al-Mu’miniin Min Ihyaa ‘Uluum ad-Diin I/420)


۞ اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ ْعَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ‎ وَعَلَى الِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ ۞

𝒜𝓁𝓁𝒶𝒽𝓊𝓂𝓂𝒶 𝒮𝒽ℴ𝓁𝓁𝒾 𝒶𝓁𝒶𝒶 𝒮𝒶𝓎𝓎𝒾𝒹𝒾𝓃𝒶 ℳ𝓊𝒽𝒶𝓂𝓂𝒶𝒹

7 NASEHAT TERBAIK NABI MUHAMMAD

 ٭٭۞﷽۞٭٭

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰـهِ وَبَرَكاتُهُ‎

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدْﷺ


`ﷺ

-


Dari Abu Dzar Radhiyallahu anhu, Ia Berkata : “KekasihKu ( Rasulullah ﷺ ) Berwasiat KepadaKu Dengan Tujuh Hal :


1. Supaya Aku Mencintai Orang-orang Miskin Dan Dekat Dengan Mereka,

.

.

2. Beliau memerintahkan Aku Agar Aku Melihat Kepada Orang Yang Berada Di BawahKu Dan Tidak Melihat Kepada Orang Yang Berada Di AtasKu,

.

.

3. Beliau Memerintahkan Agar Aku Menyambung SilaturahmikKu Meskipun Mereka Berlaku Kasar KepadaKu,

.

.

4. Aku Dianjurkan Agar Memperbanyak Ucapan Lâ Haulâ Walâ Quwwata Illâ Billâh (Tidak Ada Daya Dan Upaya Kecuali Dengan Pertolongan Allah),

.

.

5. Aku Diperintah Untuk Mengatakan Kebenaran Meskipun Pahit,

.

.

6. Beliau Berwasiat Agar Aku Tidak Takut Celaan Orang Yang Mencela Dalam Berdakwah Kepada Allah, Dan

.

.

7. Beliau Melarang Aku Agar Tidak Meminta-minta Sesuatu Pun Kepada Manusia”.

_


اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞ الفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ ۞ وَالخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ ۞ نَاصِرِ الحَقِّ بِالحَقِّ ۞ وَالهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ المُسْتَقِيمِ ۞ وَعَلَى آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيمِ ۩