Selasa, 20 Desember 2022

BAKTIMU, KEPADA ORANG TUA !*

 *TAHAJUDCALL*


*بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ*


*السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ*


🔴═══◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═══🔴

*

🔴═══◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═══🔴


*Tauhid dan Bakti Kepada Kedua Orang Tua, Dua Sayap yang Harus Saling Bersanding*


*Hak kedua orang tua atas anak-anak mereka sangat agung*


💠 *Karena itu, Allah menyandingkan perintah untuk beribadah kepadaNya dengan keharusan berbakti kepada mereka berdua*. 


Allah berfirman:


وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلآ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا


Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu. 

*[QS Al Isra/17`: 23]*


Lantaran begitu tingginya hak mereka, Allah memerintahkan kita untuk selalu menyuguhkan kebaikan kepada mereka dan berinteraksi dengan mereka dengan sikap yang ma’ruf (pantas). 


Kendatipun mereka dalam kungkungan kekafiran. Sekalipun mereka memaksamu, wahai sang anak, untuk menyekutukan Allah dengan obyek yang tidak jelas kedudukannya. 


Allah berfirman:


وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَى أَن تُشْرِكَ بِي مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا


Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentangnya, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergauilah kedunya dengan baik”. 

*[QS Luqman/31: 15]*


💠 *Saking besarnya martabat mereka dipandang dari kacamata syari’at, Nabi mengutamakan bakti kepada mereka atas jihad fi sabilillah*


Ibnu Mas’ud berkata:


سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ


Aku pernah bertanya kepada Rasulullah,”Amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab,”Mendirikan shalat pada waktunya.” Aku bertanya kembali,”Kemudian apa?” Jawab Beliau,”Berbakti kepada ke orang tua,” lanjut Beliau. Aku bertanya lagi,”Kemudian?” Beliau menjawab,”Jihad di jalan Allah.”

*[HR Bukhari no. 5.970]*


💠 *Perlu dipahami, perintah berbakti kepada Allah merupakan titah ilahi yang sudah berlaku pada umat sebelumnya*


Allah berfirman:


وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِى إِسْرَاءِيلَ لاَ تَعْبُدُونَ إِلاَّ اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ


Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang miskin… 

*[QS Al Baqarah/2:83]*


🔆 *Demikian juga Allah menyanjung para nabi karena telah berbuat baik dengan baktinya kepada orang tua* 


💠 *Secara khusus, Allah menyebut nama Nabi Yahya atas baktinya kepada kedua orang tuanya yang telah tua renta* 


Dan bakti akan bernilai lebih tinggi, tatkala dilaksanakan dalam waktu yang dibutuhkan. 


Masa tua dengan segala problematikanya adalah masa yang sangat membutuhkan perhatian ekstra, terutama dari orang terdekat, anak-anaknya. 


Allah berfirman:


وَبَرَّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا


Dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. 

*[QS Maryam/19:14]*


💠 *Begitu pula Allah memuji Nabi Isa, lantaran beliau telah melayani sang ibu dengan sepenuh hati, dan bahkan merasa mendapat kehormatan dengan sikapnya itu*. 


Allah berfirman:


وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا


Dan berbakti kepada ibuku dan Dia (Allah) tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. 

*[QS Maryam/19:32]*


*Nilai Positif Bakti Kepada Orang Tua*


⚛️ Berbakti kepada orang tua, akan melahirkan banyak kebaikan; terangkatnya musibah, lenyapnya masalah dan kesedihan. 


Sebagai bukti konkretnya, yaitu kisah tiga orang yang terperangkap di sebuah goa sempit karena sebongkah batu besar menutupi mulut goa. 

Mereka berdo’a dan bertawasul dengan amal shalih yang pernah mereka kerjakan. Salah seorang di antara tiga orang itu, *bertawassul dengan baktinya kepada kedua orang tua*. 


Dia memanjatkan do’a kepada Allah, dengan lantaran baktinya tersebut, hingga akhirnya menjadi sebab sirnanya kesengsaraan yang menghimpit. 


⚛️ Dalam kisah nyata ini, seorang mukmin meyakini bahwa bakti kepada orang tua, menjadi salah satu faktor hilangnya musibah.


⚛️ Berbakti kepada orang tua juga akan menggoreskan kenangan kebaikan di benak anak-anaknya. 

Sehingga anak-anak juga akan menjadi insan-insan yang berbakti kepadanya, sebagai balasan baik dari budinya kepada ayah bundanya dahulu. 


Sebab, al jaza` min jinsil ‘amal, balasan yang diterima oleh seseorang sejenis dengan apa yang dahulu pernah ia kerjakan.


⚛️ *Sedangkan balasan akhiratnya, ialah syurga, yang luasnya seluas langit dan bumi*


عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ ، أَنَّ جَاهِمَةَ رضي الله عنه جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيرُكَ . فَقَالَ : هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ ؟ قَالَ نَعَمْ . قَالَ: فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا 


Dari Mua’wiyah bin Jahimah, ia bercerita: Aku bersama Nabi untuk meminta pertimbangan dalam berjihad. 

Maka Beliau bertanya,

”Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Aku jawab,”Ya (masih hidup)!” 

Beliau berkata,”Temanilah mereka berdua. Sesungguhnya syurga berada di bawah telapak kaki keduanya.” 

*[Shahih At Targhib Wat Tarhib]*


Referensi : *🍃almanhaj.or.id🍃*


Hanya Alloh yang memberi Taufik & hidayah untuk berbuat kebajikan.


Yang Selalu Mengharap Ampunan Dari ROBBnya.


*Barokalloh fiikum*


*MetMunajad*

*Istighfar*

*Zikir*

*Sholawat*

*Tilawah*

*Sahur*

Minggu, 18 Desember 2022

10 JANJI ALLAH KEPADA ORANG MUKMIN.*_

 _Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarohkatuh._


_*


_Bismillahirrahmanirrahim..._

_*✍️Ketahuilah bahwa Allah swt Menjanjikan 10 hal kepada orang mukmin, yaitu :*_


_*✅️1. Menjanjikan kesabaran dengan pahala :*_

_“Hanya orang-² yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS.az-Zumar:10)._


_*✅2. Menjanjikan syukur dengan tambahan (nikmat) :*_

_"Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu Memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan Menambah (nikmat) kepadamu.” (QS.Ibrahim:7)_


_*✅3. Menjanjikan infaq dengan ganti dari-Nya :*_

_“Dan apa saja yang kamu infaqkan, Allah akan Menggantinya.” (QS.Saba’:39)._


_*✅4. Menjanjikan yang mengingat Allah, pasti diingat oleh-Nya :*_

_“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan Ingat kepadamu.” (QS.al-Baqarah:152)._


_*✅️5. Menjanjikan tawakal dengan kecukupan :*_

_“Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan Mencukupkan (keperluan)nya.” (QS.at-Thalaq:3)._


_*✅️6. Menjanjikan takwa dengan jalan keluar :*_

_“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Membukakan jalan keluar baginya.” (QS.at-Thalaq:2)._


_*✅️7. Menjanjikan doa dengan ijabah :*_

_"Dan Tuhan-mu Berfirman, ”Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku Perkenankan bagimu.” (QS.Ghofir:60)._


_*✅8. Menjanjikan yang menolong (agama) Allah dengan pertolongan dari-Nya ;*_

_“Wahai orang-² yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan Menolongmu.” (QS.Muhammad:7)._


_*✅9. Menjanjikan istighfar dengan ampunan :*_

_“Dan barangsiapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia memohon ampunan kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS.an-Nisa’:110)._


_*✅10. Menjanjikan yang menjauhi dosa-² besar dengan lunturnya dosa-² :*_ْ

_“Jika kamu menjauhi dosa-² besar di antara dosa-² yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami Hapus kesalahan-²mu.” (QS.an-Nisa’:31)._


_👏Semoga kita tergolong sebagai hamba yang dapat meraih janji-² Allah untuk orang mukmin tersebut._

_*Aamiin Yarobbal'allamin.*_


_*Selamat menjalankan ibadah Sholat QIAMUL LAIL..*_

Kamis, 15 Desember 2022

Bahaya syirik

 wowslider.com

Mimbar Dakwah Sesi 172 : “Bahaya Syirik”

Mimbar Dakwah Sesi 172 : “Bahaya Syirik”

Oleh :

Yudi Yansyah S.Pd.i

Penyuluh Agama Islam Kecamatan Bojong Genteng

Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi

 

Assalamu`alaikum Wr. Wb

 

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِىْ اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدىْ وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْكَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ،  أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى خَاتَمِ اْلاَنْبِيَآءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ مُحَمَّدٍ وَّعَلى الِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

 

Hadirin rohimakumulloh

Pertama-tama marilah kita bersyukur kepada Allah Swt yang telah memberikan kepada kita semua kesehatan, nikmat iman dan islam.

Kemudian tak lupa kita haturkan shalawat dan salam atas junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW., kepada keluarganya,shohabatnya dan kita sebagai umatnya.

Kemudian, saya mengajak segenap hadirin untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan agar kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung.

Hadirin rohimakumulloh

Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah pada perkara yang merupakan hak istimewa-Nya. Seperti: Ibadah, mencipta, mengatur, memberi manfaat, mudharat, membuat hukum syariat dan lain-lainnya. Syirik adalah mensejajarkan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah yang meliputi tiga hal : uluhiyah, rububiyah, asma’ dan sifat.

 

Pertama, bentuk syirik di dalam Al Uluhiyyah

Yaitu kalau seseorang meyakini bahwa ada tuhan selain Allah yang berhak untuk disembah (berhak mendapatkan sifat-sifat ubudiyyah). Allah Swt  menyeru kepada hamba-Nya agar tidak menyembah atau beribadah kecuali hanya kepada-Nya saja. Firman Allah Swt :

 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (21) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنزلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (22)

 

“Wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah : 21-22)

Perintah Allah dalam ayat ini agar semua manusia beribadah kepada Rabb nya dan bentuk ibadah yang diperintahkan antara lain syahadat, shalat, zakat, shaum, haji, thawaf, doa, tawakal, khauf (takut), raja’ (berharap), raghbah (menginginkan sesuatu), rahbah (menghindarkan dari sesuatu), khusu’, khasyah, isti’adzah (berlindung), istighatsah (meratap), penyembelihan, nadzar, sabar dan lain lain dari berbagai macam ibadah yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

 

Kedua, syirik di dalam Ar Rububiyyah

Yaitu jika seseorang meyakini bahwa ada selain Allah yang bisa menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan, dan yang lainnya dari sifat-sifat ar rububiyyah. Orang-orang seperti ini keadaannya lebih sesat daripada orang-orang kafir terdahulu. Orang-orang terdahulu beriman dengan tauhid rububiyyah namun mereka menyekutukan Allah dalam uluhiyyah. Mereka meyakini kalau Allah satu-satunya Pencipta alam semesta namun mereka masih tetap berdoa, meminta pada kuburan Latta. Sebagaimana Allah kisahkan mereka :

 

وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُوْلُنَّ اللّٰهُ ۗفَاَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ

 

“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab : “Allah.” Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).  (QS. Al-Ankabut : 61)

Firman Allah Ta’ala : Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab : “Allah.” Katakanlah : “Segala puji bagi Allah.” Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.  (QS. Luqman : 25).

Ayat ini menunjukan orang musyrik terdahulu mengakui Allah satu-satunya pencipta yang menciptakan langit dan bumi, yang menghidupkan dan mematikan, yang menurunkan hujan dan seterusnya. Akan tetapi mereka masih memberikan peribadatan kepada yang lainya. Inilah yang dimaksud syirik dalam rububiyah.

 

Ketiga, bentuk syirik di dalam Al Asma’ wa Ash Shifat

Yaitu kalau seseorang mensifatkan sebagian makhluk Allah dengan sebagian sifat-sifat Allah yang khusus bagi-Nya. Contohnya, meyakini bahwa ada makhluk Allah yang mengetahui perkara-perkara ghaib. Firman Allah Swt :

 

عٰلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلٰى غَيْبِهٖٓ اَحَدًاۙ

 

(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib. Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu.? (QS. Al-Jin : 26)

 

Hadirin rohimakumulloh

Jenis-jenis syirik, yaitu : Pertama, syirik akbar

Syirik ini menjadi penyebab keluarnya seseorang dari agama Islam, dan orang yang bersangkutan jika meninggal dalam keadaan demikian, akan kekal di dalam neraka.

Hakikat syirik akbar adalah memalingkan salah satu jenis ibadah kepada selain Allah! Seperti :

takut kepada mayat, kuburan, jin, setan disertai keyakinan bahwa hal-hal tersebut dapat memberi bahaya dan mudharat kepadanya. Memohon perlindungan kepada selain Allah, seperti meminta perlindungan kepada jin dan orang yang sudah mati. Mengharapkan sesuatu yang tidak dapat diwujudkan kecuali oleh Allah

Macam Syirik Besar:

a. Syirik dalam berdoa, Yaitu meminta kepada selain Allah, disamping meminta kepada-Nya.

Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya : “Dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai apa-apa meskipun setipis kulit ari. Jika kamu meminta kepada mereka, mereka tiada mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu.  (QS.Faathir: 13-14)

b. Syirik dalam sifat Allah

Seperti keyakinan bahwa para nabi dan wali mengetahui perkara-perkara ghaib. Allah Ta’ala telah membantah keyakinan seperti itu dengan firman-Nya :

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri.” (QS. Al-An’am : 59)

Pengetahuan tentang hal yang ghaib merupakan salah satu hak istimewa Allah, menisbatkan hal tersebut kepada selain-Nya adalah syirik akbar.

 

c. Syirik dalam Mahabbah (kecintaan)

Mencintai seseorang, baik wali atau lainnya layaknya mencintai Allah, atau menyetarakan cinta-nya kepada makhluk dengan cintanya kepada Allah Ta’ala. Mengenai hal ini Allah Swt berfirman : “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. (QS. Al-Baqarah: 165).

Mahabbah dalam ayat ini adalah mahabbatul ubudiyah (cinta yang mengandung unsur-unsur ibadah), yaitu cinta yang dibarengi dengan ketundukan dan kepatuhan mutlak serta mengutamakan yang dicintai daripada yang lainnya. Mahabbah seperti ini adalah hak istimewa Allah, hanya Allah yang berhak dicintai seperti itu, tidak boleh diperlakukan dan disetarakan dengan-Nya sesuatu apapun.

d. Syirik dalam ketaatan

Yaitu ketaatan kepada makhluk, baik wali ataupun ulama dan lain-lainnya, dalam mendurhakai Allah Ta’ala. Seperti mentaati mereka dalam menghalalkan apa yang diharamkan Allah Ta’ala, atau mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya.

Mengenai hal ini Allah Swt berfirman : Mereka menjadikan orang-orang alim, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah.

(QS. At-Taubah: 31).

Taat kepada ulama dalam hal kemaksiatan inilah yang dimaksud dengan menyembah berhala mereka! Berkaitan dengan ayat tersebut di atas, Rasulullah SAW menegaskan (yang terjemahannya): Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada al-Khaliq (Allah). (Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad).

 

e. Syirik khauf (takut), yaitu :

1. Khauf Sirri;  yaitu takut kepada selain Allah Swt, berupa berhala, thaghut, mayat, makhluk gahib seperti jin, dan orang-orang yang sudah mati, dengan keyakinan bahwa mereka dapat menimpakan mudharat kepada makhluk. Allah Swt berfirman : Janganlah kamu takut kepada mereka, takutlah kamu kepada-Ku jika kamu benar-benar orang beriman. (QS. Ali Imran: 175).

2. Takut yang menyebabkan seseorang meninggalkan kewajibannya

Takut kepada seseorang sehingga menyebabkan kewajiban ditinggalkan. Takut seperti in hukumnya haram, bahkan termasuk syirik ashghar (syirik kecil). Berkaitan dengan hal tersebut Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah seseorang dari kamu menghinakan dirinya!” Shahabat bertanya: Bagaimana mungkin seseorang menghinakan dirinya sendiri? Rasulullah bersabda: “Yaitu ia melihat hak Allah yang harus ditunaikan, namun tidak ditunaikannya! Maka Allah akan berkata kepadanya di hari kiamat: Apa yang mencegahmu untuk mengucapkan begini dan begini?”. Ia menjawab: “Karena takut kepada manusia!”. Allah berkata: “Seharusnya hanya kepadaKu saja engkau takut”. (HR. Ibnu Majah dari Abu Said al Khudry, Shahih).

3. Takut secara tabiat

Takut yang timbul karena fitrah manusia seperti takut kepada binatang buas, atau kepada orang jahat dan lain-lainnya. Tidak termasuk syirik, hanya saja seseorang janganlah terlalu didominasi rasa takutnya sehingga dapat dimanfaatkan setan untuk menyesatkannya.

 

f. Syirik Hulul ialah Percaya bahwa Allah menitis kepada makhluk-Nya. Ini adalah aqidah Ibnu Arabi (bukan Ibnul Arabi, beliau adalah ulama Ahlus Sunnah) dan keyakinan sebagian kaum Sufi yang ekstrem.

 

g. Syirik Tasharruf ialah Keyakinan bahwa sebagian para wali memiliki kuasa untuk bertindak dalam mengatur urusan makhluk. Keyakinan seperti ini jelas lebih sesat daripada keyakinan musyrikin Arab yang masih meyakini Allah sebagai pencipta dan pengatur alam semesta.

 

h. Syirik Hakimiyah

Termasuk syirik hakimiyah adalah membuat undang-undang yang betentangan dengan syariat Islam, serta membolehkan diberlakukannya undang undang tersebut atau beranggapan bahwa hukum Islam tidak sesuai lagi dengan zaman. Yang tergolong musyrik dalam hal ini adalah para hakim yang membuat dan memberlakukan undang-undang, serta orang-orang yang mematuhinya, jika meyakini kebenaran UU tersebut dan rela dengannya.

 

i. Syirik tawakkal, jenisnya yaitu:

1.Tawakkal dalam perkara yang hanya mampu dilaksanakan oleh Allah saja. Tawakkal jenis ini harus diserahkan kepada Allah semata, jika seseorang menyerahkan atau memasrahkannya kepada selain Allah, maka ia termasuk Musyrik.

2.Tawakkal dalam perkara yang mampu dilaksanakan para makhluk. Tawakkal jenis ini seharusnya juga diserahkan kepada Allah, sebab menyerahkannya kepada makhluk termasuk syirik ashghar.

3.Tawakkal dalam arti kata mewakilkan urusan kepada orang lain dalam perkara yang mampu dilaksanakannya. Seperti dalam urusan jual beli dan lainnya. Tawakkal jenis ini diperbolehkan, hanya saja hendaklah seseorang tetap bersandar kepada Allah SWT, meskipun urusan itu diwakilkan kepada makhluk.

 

j. Syirik niat dan maksud

Yaitu beribadah dengan maksud mencari pamrih manusia semata, mengenai hal ini Allah SWT  berfirman : “Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepadanya balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak akan memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Hud: 15-16).

Syirik ini banyak menimpa kaum munafiqin yang telah biasa beramal karena riya.

 

k. Syirik Adanya Pengaruh Bintang dan Planet terhadap Berbagai Kejadian dan Manusia.

Dari Zaid bin Khalid Al Juhani, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya): Allah berfirman: “Pagi ini di antara hambaku ada yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang berkata, kami diberi hujan dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dia beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata: Hujan itu turun karena bintang ini dan bintang itu maka dia telah kufur kepadaKu dan beriman kepada bintang”. (HR, Bukhari)

Termasuk dalam hal ini adalah mempercayai astrologi (ramalan bintang) seperti yang banyak kita temui di koran dan majalah. Jika ia mempercayai adanya pengaruh bintang dan planet-planet tersebut maka dia telah musyrik. Jika ia membacanya sekedar untuk hiburan maka ia telah melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Sebab tidak dibolehkan mencari hiburan dengan membaca hal-hal syirik. Disamping setan terkadang berhasil menggoda jiwa manusia sehingga ia percaya kepada hal-hal syirik tersebut. Maka, membacanya termasuk sarana dan jalan menuju kemusyrikan.

 

Kedua, syirik ashghar yaitu setiap ucapan atau perbuatan yang dinyatakan syirik oleh syara tetapi tidak mengeluarkan dari agama, merupakan dosa besar yang dapat mengantarkan kepada syirik akbar.

Macam-macam syirik asghar:

a. Zhahir (nyata)

Berupa ucapan: Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka ia telah berbuat syirik”. (HR. Ahmad, Shahih).

Sabda Nabi SAW yang lain : “Janganlah kamu berkata: Atas kehendak Allah dan kehendak Fulan. Tapi katakanlah: Atas kehendak Allah , kemudian kehendak Fulan”. (HR. Ahmad, Shahih).

Berupa amalan, seperti: Memakai gelang, benang, dan sejenisnya sebagai pengusir atau penangkal mara bahaya, jika ia meyakini bahwa benda-benda tersebut hanya sebagai sarana tertolak atau tertangkalnya bala. Namun bila dia meyakini bahwa benda-benda itulah yang menolak dan menangkal bala, hal itu termasuk syirik akbar. Imran bin Hushain ra menuturkan, bahwa Nabi SAW melihat seorang laki-laki terdapat di tangannya gelang kuningan, maka beliau bertanya (yang terjemahannya): “Apakah ini?”.

Orang itu menjawab: Penangkal sakit. Nabi pun bersabda: “Lepaskan itu karena dia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu; sebab jika kamu mati sedang gelang itu masih ada pada tubuhmu, kamu tidak akan beruntung selama-lamanya”. (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang bisa diterima).

Dan riwayat Imam Ahmad pula dari Uqbah bin Amir dalam hadits marfu (yang terjemahannya): Barang siapa menggantungkan tamimah, semoga Allah tidak mengabulkan keinginannya; dan barang siapa menggantungkan wadaah, semoga Allah tidak memberi ketenangan pada dirinya. Disebutkan dalam riwayat lain: Barang siapa menggantungkan tamimah, maka dia telah berbuat syirik.(Tamimah adalah sesuatu yang dikalungan di leher anak-anak sebagai penangkal atau pengusir penyakit, pengaruh jahat yang disebabkan rasa dengki seseorang dan lain sebagainya. Wadaah adalah sejenis jimat).

b. Khafi (tersembunyi); syirik yang bersumber dari amalan hati, berupa riya, sumiah dan lain-lainnya.

 

Hadirin rohimakumulloh

Adapun bahayanya syirik, yaitu: Pertama, syirik Ashghar (tidak mengeluarkan dari agama).

a. Merusak amal yang tercampur dengan syirik ashghar.

Dari Abu Hurairah ra marfu (yang terjemahannya): Allah berfirman: “Aku tidak butuh sekutu-sekutu dari kalian, barang siapa yang melakukan suatu amalan yang dia menyekutukan-Ku padanya selain Aku, maka Aku tinggalkan dia dan persekutuannya”. (Riwayat Muslim)   

b. Terkena ancaman dari dalil-dalil tentang syirik, karena salaf menggunakan setiap dalil yang berkenaan dengan syirik akbar untuk syirik ashghar.

c. Termasuk dosa besar yang terbesar.

 

Kedua, bahaya syirik akbar

a.            Kezhaliman terbesar.

“Sesungguhnya syirik itu kezhaliman yang besar”. (QS. Luqman: 13).

b.            Menghancurkan seluruh amal.

Firman Allah Ta’ala :  “Sesungguhnya jika engkau berbuat syirik, niscaya hapuslah amalmu, dan benar-benar engkau termasuk orang yang rugi”. (QS. Az-Zumar: 65).

c.             Jika meninggal dalam keadaan syirik, tidak akan diampuni oleh Allah

Firman Allah Swt : Sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni jika disekutukan, dan Dia akan mengampuni selain itu (syirik) bagi siapa yang (Dia) kehendaki. (QS. An-Nisa: 48, 116).

d.            Pelakunya diharamkan masuk surga.

Firman Allah Ta’ala :  “Sesungguhnya barang siapa menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan jannah baginya dan tempatnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun”. (QS. Al-Maidah: 72).

e.            Kekal di dalam neraka.

Firman Allah Swt : “Sesungguhnya orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk”. (QS. Al-Bayyinah: 6).

f.             Syirik adalah dosa paling besar.

Firman Allah Ta’ala : “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu. Bagi siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”. (QS. An-Nisa: 116).

g.            Perkara pertama yang diharamkan oleh Allah.

Allah Swt berfirman : “Katakanlah: Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun ter-sembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al-Araaf: 33).

h.            Dosa pertama yang diharamkan oleh Allah.

Firman Allah Swt. : Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar” Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). ( QS. Al-Anam: 151 )

i.              Pelakunya adalah orang-orang najis (kotor) akidahnya.

Allah Swt berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis”. (QS. At-Taubah: 28).

Demikianlah mudah-mudahan  bermanfaat bagi para jamaah. Mohon maaf atas segala kekuranganya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.


Dibaca: 5.120 Kali

    

Kamis, 08 Desember 2022

25 KUNCI KEBAHAGIAAN & KESUKSESAN DARI IMAM SYAIKH JA'FAR SHODDIQ AS

 السَّــــــــــلاَمُے عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللَّهےِ وَبَرَكَــــــــــاتُهْے



1- طلبتُ الجنة، فوجدتها في السخاء


“Aku mencari surga, maka aku temukan pada kedermawanan”.


2- و طلبتُ العافية، فوجدتها في العزلة


“Aku mencari Afiyah (keselamatan dari bencana dan kesulitan) maka aku temukan dalam menyendiri (mengisolasi diri dari keramaian yang tak berguna)”.


3- و طلبت ثقل الميزان، فوجدته في شهادة «ان لا اله الا الله و سيدنا محمد رسول الله


“Aku mencari beratnya timbangan amal, maka aku dapatkan dalam bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan-Nya”.


4- و طلبت السرعة في الدخول الي الجنة، فوجدتها في العمل لله تعالي


“Aku mencari kesegeraan dalam memasuki surga, maka aku dapatkan pada amal kebajikan semata demi Allah SWT”.


5- و طلبتُ حب الموت، فوجدته في تقديم المال لوجه الله


“Aku mencari cinta pada kematian, maka aku mendapatkan pada mengajukan (mengirim pahala sedekah) harta demi mengharap ridho Allah SWT”.


6- و طلبت حلاوة العبادة، فوجدتها في ترك المعصية


“Aku mencari manisnya ibadah, maka aku temukan dalam meninggalkan maksiat”.


7- و طلبت رقة القلب، فوجدتها في الجوع و العطش


“Aku mencari kelembutan hati, maka aku dapatkan dalam rasa lapar dan dahaga”.


8- و طلبت نور القلب، فوجدته في التفكر و البكاء


“Aku mencari cahaya hati, maka aku temukan dalam pikiran”.


9- و طلبت الجواز علي الصراط، فوجدته في الصدقة


“Aku mencari restu untuk melewati jembatan pemeriksaan (shirat), maka aku temukan dalam sedekah”.


10- و طلبت نور الوجه، فوجدته في صلاة الليل


“Aku mencari cahaya wajah, maka aku dapatkan dalam sholat malam”.


11- و طلبت فضل الجهاد، فوجدته في الكسب الحﻻل للعيال


“Aku cari keutamaan jihad maka aku dapatkan dalam mencari rizki yang halal untuk keluarga”.


12- و طلبت حب الله عزوجل، فوجدته في بغض أهل المعاصي


“Aku cari kecintaan Allah maka aku dapatkan dalam membenci pelaku maksiat“.


13- و طلبت الرئاسة، فوجدتها في النصيحة لعبادالله


“Aku cari kepemimpinan maka aku dapatkan dalam tulus menasihati hamba-hamba Allah“.


14- و طلبت فراغ القلب، فوجدته في قلة المال


“Aku cari ketenangan hati maka aku dapatkan dalam sedikitnya harta”.


15- و طلبت عزائم الامور، فوجدتها في الصبر


“Aku mencari perkara-perkara yang teguh maka aku dapatkan dalam kesabaran”.


16- و طلبت الشرف، فوجدته في العلم


“Aku mencari kemuliaan maka aku dapatkan dalam ilmu”.


17- و طلبت العبادة فوجدتها في الورع


“Aku mencari ibadah maka aku dapatkan dalam Wara’ (kehati-hatian dalam agama)”.


18- و طلبت الراحة، فوجوتها في الزهد


“Aku mencari ketentraman maka aku dapatkan dalam kezuhudan”.


19- و طلبت الرفعة، فوجدتها في التواضع


“Aku mencari ketinggian maka aku temukan dalam kerendahan hati”.


20- و طلبت العز، فوجدته في الصدق


“Aku mencari kejayaan maka aku temukan dalam kejujuran”.


21- و طلبت الذلة، فوجدتها في الصوم


“Aku mencari kerendahan/keterhinaan maka aku dapatkan dalam berpuasa”.


22- و طلبت الغني، فوجدته في القناعة


“Aku mencari kekayaan maka aku dapatkan dalam Qana’ah (kepuasaan dengan apa yang telah Allah anugerahkan_)”.


23- و طلبت الانس، فوجدته في قراءة القرءان


“Aku mencari ketentraman maka aku dapatkan dalam membaca Al Qur’an”.


24- و طلبت صحبة الناس، فوجدتها في حسن الخلق


“Aku mencari persahabat dengan manusia maka aku dapatkan dalam keindahan budi pekerti”.


25- و طلبت رضي الله، فوجدته في برالوالدين


“Aku mencari keridhoan Allah maka aku dapatkan dalam BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA”.


DINUKIL DARI KITAB: 

Mustadrak Al Wasail; Syeikh an Nuri ath

Thabarsi,15/174-174/hadis no. 13810


YA'ALLOH, YA'ROHMAN, YA'ROHIM. 


اللهم إنا نسئلك التوبة والمغفرة والتوفيق و الهداية والإستقامة وحسن الخاتمة. امين يارب العلمين 


جزى الله عنا سيدنا محمدا صلى الله عليه و سلم ما هو اهله


اللهم صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَامُحَمَّدِِ النُّورالذَّاتِي والسِّرالسَّارِي فِي سَائِرالْأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتْ وَعَلَى آلِه


ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠﻰَ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪِ، ﺍﻟْﻔَﺎﺗِﺢِ ﻟِﻤَﺎ ﺃُﻏْﻠِﻖَ ﻭَﺍﻟْﺨَﺎﺗِﻢِ ﻟِﻤَﺎ ﺳَﺒَﻖَ، ﻧَﺎﺻِﺮِ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ، ﻭَﺍﻟْﻬَﺎﺩِﻱ ﺇِﻟَﻰ ﺻِﺮَﺍﻃِﻚَ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻘِﻴْﻢِ ﻭَﻋَﻠﻰَ ﺁﻟِﻪِ ﺣَﻖَّ ﻗَﺪْﺭِﻩِ ﻭَﻣِﻘْﺪَﺍﺭِﻩِ ﺍﻟﻌَﻈِﻴْﻢِ

Senin, 05 Desember 2022

9 Ciri-Ciri Hamba-Hamba Arrahman dalam Surat Al-Furqan

 



9 Ciri-Ciri Hamba-Hamba Arrahman dalam Surat Al-Furqan

Ilustrasi Al-Qur'an. Foto: PIxabay

Ada sembilan ciri-ciri dari hamba-hamba Allah Arrahman (Ibadurrahman) dalam Al-Qur’an Surat Al-Furqan, ayat 63 hingga 77. Arrahman adalah nama dan sifat Allah Yang Maha Pengasih. Ibadurrahman adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih, sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Furqan, dari ayat 63 hingga 77.

Dalam Tafsir Kemenag RI, ciri dan sifat Ibàdurrahmàn atau para pengabdi Allah adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati tidak dibuat-buat, tapi berjalan secara wajar, tidak menyombongkan diri, dalam sikap dan tindakan.

Sombong adalah sikap itu tidak terpuji dan mengakibatkan hal-hal yang negatif dalam pergaulan. Apabila orang-orang bodoh yang tidak tahu nilai-nilai sosial kemasyarakatan menyapa mereka dengan kata-kata yang menghina, atau kasar, mereka tidak membalasnya dengan ucapan yang semisal. Namun dengan penuh sopan dan rendah hati mereka mengucapkan “salàm,” yang berarti mudah-mudahan kita berada dalam keselamatan, damai, dan sejahtera. Nabi Muhammad telah memberikan contoh sendiri, bahwa semakin dikasari, beliau semakin santun, arif dan bijaksana. Ayat dimaksud berbunyi:

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا

“Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan salam.” QS Al-Furqan: 63).

Dr Wahba bin Mustafa Al-Zuhaili Rahimahullah, dalam kitabnya Al- Tafsir Al-Munir, menyebutkan ada sembilan ciri ibadurrahman, disalin dari Islamonline.net.

1. Rendah Hati (Tawadhu)

Hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang yang berjalan di muka bumi dengan kerendahan hati, yaitu hamba-hamba Allah yang beriman, yang mendapat pahala yang baik dari Allah, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ

“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS Luqman: 18)

Berjalan dengan angkuh bukanlah berjalan seperti orang sakit, melainkan dengan kesombongan. Bagi seorang mukmin, Rasulullah SAW memberikan keteladanan dalam berjalan, misalnya tidak lambat dan tak pula tergesa-gesa. Diriwayatkan dari Umar bahwa ia melihat seorang pemuda berjalan perlahan, lalu ia berkata: “Malik, apakah kamu sakit? Dia berkata: Tidak, Amirul Mukminin, mereka melakukannya di dura, dan dia memerintahkannya untuk berjalan dengan tegak (keras).”

Assa’di berkata, Allah mengimbuhkannya kepada nama-Nya, Ar-rahman, sebagai isyarat bahwa mereka telah mencapai kepada kedudukan ini disebabkan rahmat-Nya. Kemudian Allah menjelaskan bahwa sifat-sifat mereka merupakan sifat yang paling sempurna dan karakter-karakter mereka merupakan karakter yang paling utama. Allah menyifati mereka (dengan ungkapan) bahwasannya mereka “berjalan di atas bumi dengan rendah hati,” maksudnya dengan tenang, merendahkan diri kepada Allah dan kepada manusia. Ini adalah pernyataan untuk sifat mereka, yaitu hikmat, tenang dan tawadhu’ (merendahkan diri) kepada Allah dan kepada hamba-hamba-Nya.

Di ayat lain disebutkan:

وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ ٱلْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ ٱلْجِبَالَ طُولًا

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS Al-Isra: 37)

2. Bijak dan Berkata Baik

Orang bijak, kata-katanya selalu mengandung kebaikan, pelajaran, nasihat, dan semisalnya. Bahkan, jika disapa dan diolok-olok oleh orang bodoh dan fasik sekali pun, ia menjawabnya dengan bijak. Menebarkan salam dan mendoakan. Atau berpaling darinya untuk menghindari perbuatan tercela, sebagaimana firman Allah SWT:

وَإِذَا سَمِعُوا۟ ٱللَّغْوَ أَعْرَضُوا۟ عَنْهُ وَقَالُوا۟ لَنَآ أَعْمَٰلُنَا وَلَكُمْ أَعْمَٰلُكُمْ سَلَٰمٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِى ٱلْجَٰهِلِينَ

“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil”. (QS Al-Qashash: 55)

Jadi, mereka bersabar atas gangguan yang mereka dapatkan dari orang-orang jahil dan kurang akal, sehingga mereka tidak ikut terjerumus dalam kebodohan orang-orang tersebut; serta mereka mengucapkan salam, namun bukan salam penghormatan, melainkan salam perpisahan yang tidak mengandung doa kebaikan atau keburukan.

Assa’di berkata, “dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,” dengan sapaan jahil; ini berdasrkan bukti pengimbuhan kata kerja dan penyandarannya kepada sifat tersebut. “Niscaya mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan,” maksudnya mereka menjawab sapaan mereka dengan sapaan yang selamat dari dosa di dalamnya, dan mereka selamat dari balasan orang jahil dengan kejahilanya. Ini adalah pujian untuk mereka karena sikap santun mereka yang luar biasa, dan membalas orang yang jahat dengan kebaikan dan pemberian maaf terhadap si jahil, dan kematangan akal mereka yang telah mengantar mereka kepada tingkatan ini.

3. Tahajjud (Shalat Malam)

Selanjutnya dalam Surat Al-Furqan ayat 64, Allah berfirman:

وَالَّذِيْنَ يَبِيْتُوْنَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَّقِيَامًا

“Dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri.”

Menurut Sekh Prof Dr Wahbah az-Zuhaili, orang-orang yang menghabiskan malamnya dengan bersujud kepada Allah dan mendirikan shalat tahajjud karena ibadah saat itu paling jauh dari riya’ dan membuat lebih khusyu’.

Sungguh banyak keutamaan shalat malam atau tahajjud. Ibnu Abbas berkata: “Barang siapa yang shalat dua rakaat atau lebih setelah makan malam, maka dia telah menghabiskan malamnya dengan sujud dan berdiri di sisi Allah.”

Orang-orang suka tahajjud menjadikan siangnya sebagai siang terbaik, dan malamnya adalah malam yang paling baik. Allah SWT berfirman:

كَانُوْا قَلِيْلًا مِّنَ الَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ * وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ

“Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam, dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).” (QS Adz-Dzariyat 17-18)

Di ayat lain, Allah berfirman:

أَمَّنْ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيْلِ سَاجِدًا وَقَآئِمًا يَحْذَرُ ٱلْءَاخِرَةَ وَيَرْجُوا۟ رَحْمَةَ رَبِّهِۦ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ

“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS Az-Zumar 9)

Menurut Assa’di, Allah menyifati orang yang gemar beribadah dengan “banyak beramal dan melakukan yang paling utama.” Allah juga menyifatinya dengan “sifat takut dan harap,” dan Allah menyebutkan sebab yang menimbulkan rasa takutnya, yaitu takut azab di akhirat atas dosa-dosa yang telah lalu yang terlanjur ia lakukan. Adapun sebab yang menimbulkan sifat pengharapan yaitu adanya rahmat Allah. Dengan demikian Allah menyifatinya dengan amal lahiriyah dan amal batiniyah.

4. Takut Azab Allah

Kemudian, Al-Furqan ayat 65:

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَۖ اِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا ۖ

“Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab Jahanam dari kami, karena sesungguhnya azabnya itu membuat kebinasaan yang kekal.”

“Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal,” maksudnya, mengharuskan pelakunya mendapatkan azab, sebagaimana kedudukan orang yang berutang kepada orang yang berpiutang. Allah SWT berfirman:

وَٱلَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآ ءَاتَوا۟ وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَٰجِعُونَ

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS Al-Mu’minun: 60)

Dalam Zubdatut Tafsir min Fathil Qadir Syekh Dr Muhammad Sulaiman Al Asyqar, meraka bersedekah dengan hati yang takut bahwa sedekah itu belum bisa menyelamatkannya dari azab Allah sebab mereka yakin akan kembali kepada Tuhan mereka. Namun, mereka takut ibadah mereka tidak diterima sebagaimana yang seharusnya.

5. Moderasi dalam Pengeluaran

Kemudian, Al-Furqan ayat 67:

وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا

“Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar.”

Mereka membelanjakan harta atau menginfakkan dengan cara tidak boros, juga tidak kikir, tetapi di antara keduanya. Tidak lengah dalam berbelanja sesuai yang dibutuhkan, dan tidak juga pelit sehingga hartanya ditimbun disimpan saja. Allah SWT berfirman:

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ ٱلْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا

“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS Al-Isra’: 29)

Allah memberi petunjuk kepada orang-orang beriman untuk berinfak sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan. Jangan menahan tangan untuk berinfak di jalan kebaikan dan jangan pula berlebih-lebihan dalam berinfaq sehingga tidak tersisa sedikit pun harta di tanganmu. Hal itu akan membuatmu terhina di hadapan Allah dan para makhluk, dan membuatmu menyesal karena telah menghabiskan harta. di ayat selanjutnya:

إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ بِعِبَادِهِۦ خَبِيرًۢا بَصِيرًا

“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS Al-Isra’: 30)

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud yang berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Seberapa tinggi orang yang berhemat.” Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar meriwayatkan dari Hudzaifah yang berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Betapa baiknya niat dalam kekayaan, apa niat baik dalam kemiskinan, dan apa niat yang baik dalam beribadah”.
Diketahui bahwa tidak ada pemborosan dalam kebaikan, juga tidak ada kebaikan dalam kekikiran. Hasan Al-Basri berkata: Tidak ada pemborosan dalam menafkahkan di jalan Allah. Iyas bin Muawiyah berkata: Apa yang kamu lakukan di luar perintah Allah SWT adalah pemborosan.

6. Menjauhi Kemusyrikan, Pembunuhan dan Perzinahan

وَالَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ وَلَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُوْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ اَثَامًا ۙ

“dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barangsiapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat.” (QS Al-Furqan: 68)

Allah mencatat tiga dosa besar tersebut adalah karena keberadaannya sebagai dosa yang paling besar. Syirik mengandung pengrusakan terhadap agama, pembunuhan mengandung pengrusakan terhadap jasad, sedangkan zina mengandung pengrusakan terhadap kehormatan. Firman Allah:

يُضَٰعَفْ لَهُ ٱلْعَذَابُ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِۦ مُهَانًا

“(yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina.” (QS Al-Furqan: 69)

Dalam Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an, Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu Mas’ud ia berkata, “Aku bertanya – atau Rasulullah SAW ditanya- , “Dosa apa yang paling besar di sisi Allah?” Beliau menjawab, “Yaitu kamu adakan tandingan bagi Allah, padahal Dia menciptakanmu.” Aku bertanya, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Engkau membunuh anakmu karena takut jika ia makan bersamamu.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Engkau menzinahi istri tetanggamu.” Ibnu Mas’ud berkata, “Lalu turun ayat ini membenarkan sabda Rasulullah SAW, “dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina;”

Imam Bukhari juga meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa orang-orang yang sebelumnya musyrik pernah melakukan banyak pembunuhan dan melakukan banyak perzinaan, lalu mereka mendatangi Nabi Muhammad SAW dan berkata, “Sesungguhnya apa yang engkau ucapkan dan engkau serukan sungguh bagus. Sudikah kiranya engkau memberitahukan kepada kami penebus amal kami?” Maka turunlah ayat, “dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina;” dan turun pula ayat, “Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Terj. Az Zumar: 53)

7. Menghindari kesaksian palsu atau kepalsuan

Kemudian, dalam Surat Al-Furqan Ayat 72:

وَٱلَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ ٱلزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا۟ بِٱللَّغْوِ مَرُّوا۟ كِرَامًا

“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.”

Menurut Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, orang-orang yang tidak melakukan saksi palsu dengan sengaja, tidak mendatangi tempat-tempat kebathilan karena menyaksikan itu sama seperti ikut serta, dan ketika bertemu dengan perbuatan sia-sia, yaitu setiap sesuatu yang sia-sia baik dalam ucapan maupun tindakan, maka mereka menjauhinya, maknanya mereka tidak mau mengerjakan perbuatan sia-sia dan ikut serta dengan orang yang mengerjakannya.

Firman Allah SWT:

وَإِذَا سَمِعُوا۟ ٱللَّغْوَ أَعْرَضُوا۟ عَنْهُ وَقَالُوا۟ لَنَآ أَعْمَٰلُنَا وَلَكُمْ أَعْمَٰلُكُمْ سَلَٰمٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِى ٱلْجَٰهِلِينَ

“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil”. (QS Al-Qashash: 55)

8. Tidak Tuli dan Buta

وَٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا۟ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا۟ عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا

“Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (QS Al-Furqan 73)

Menurut Prof Dr Wahbah az-Zuhaili, orang-orang yang apabila diberi nasihat dengan Al-Qur’an, maka mereka menyambutnya dengan mendengarkan, memperhatikan, mengambil manfaat, dan tidak menolaknya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada -ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.” (QS As Sajdah: 15)

Mereka menghadapinya dengan sikap menerima, butuh dan tunduk. Telinga mereka mendengarkan dan hati mereka siap menampung sehingga bertambahlah keimanan mereka dan semakin sempurna keimanannya serta timbul rasa semangat dan senang.

9. Berdoa kepada Allah

Ciri Ibadurrahman yang terakhir ada di Surat Al-Furqan Ayat 74:

وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”

Syekh Prof Dr Wahbah az-Zuhaili mengatakan, orang-orang yang berdoa dengan berkata: “Wahai Tuhan kami, anugerahkan kepada kami, isteri-isteri dan anak-anak kami sebagai penyejuk mata kami karena bahagia, atau sebagai penggembira jiwa kami dengan menuntun mereka menuju ketaatan, kebaikan dan keutamaan. Dan jadikanlah kami sebagai teladan dalam kebaikan” Ini adalah dalil tentang hukum memohon kepemimpinan yang berlandaskan agama guna mendirikan kewajiban kepemimpinannya, bukan untuk menyombongkan diri dengan kepemimpinan itu

Sumber: Islamonline.net, Tafsir Online Kemenag RI, Tafsirweb.com