Minggu, 30 Oktober 2022

SEPULUH HAL YANG MENDATANGKAN CINTA ALLOH*

 *بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ*


*السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ*



*



Semoga kita senantiasa mendapatkan cinta Allah, itulah yang seharusnya dicari setiap hamba dalam setiap detak jantung dan setiap nafasnya.


Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi wa man tabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumid diin.


 *Saudaraku, sungguh setiap orang pasti ingin mendapatkan kecintaan Allah*. 


 *Lalu bagaimanakah cara cara untuk mendapatkan kecintaan tersebut* 


*Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan beberapa hal untuk mendapatkan maksud tadi dalam kitab beliau Madarijus Salikin*:


 *Pertama, membaca Al Qur’an dengan merenungi dan memahami maknanya*. 


Hal ini bisa dilakukan sebagaimana seseorang memahami sebuah buku yaitu dia menghafal dan harus mendapat penjelasan terhadap isi buku tersebut. 


Ini semua dilakukan untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh si penulis buku.

[Maka begitu pula yang dapat dilakukan terhadap Al Qur’an, pen]


 *Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan ibadah yang sunnah, setelah mengerjakan ibadah yang wajib*. 


Dengan inilah seseorang akan mencapai tingkat yang lebih mulia yaitu menjadi orang yang mendapatkan kecintaan Allah dan bukan hanya sekedar menjadi seorang pecinta.


 *Ketiga, terus-menerus mengingat Allah dalam setiap keadaan, baik dengan hati dan lisan atau dengan amalan dan keadaan dirinya*. 

Ingatlah, kecintaan pada Allah akan diperoleh sekadar dengan keadaan dzikir kepada-Nya.


 *Keempat, lebih mendahulukan kecintaan pada Allah daripada kecintaan pada dirinya sendiri ketika dia dikuasai hawa nafsunya*. 


Begitu pula dia selalu ingin meningkatkan kecintaan kepada-Nya, walaupun harus menempuh berbagai kesulitan.


 *Kelima, merenungi, memperhatikan dan mengenal kebesaran nama dan sifat Allah*. 


Begitu pula hatinya selalu berusaha memikirkan nama dan sifat Allah tersebut berulang kali. Barangsiapa mengenal Allah dengan benar melalui nama, sifat dan perbuatan-Nya, maka dia pasti mencintai Allah. Oleh karena itu, mu’athilah,  fir’auniyah, jahmiyah (yang kesemuanya keliru dalam memahami nama dan sifat Allah), jalan mereka dalam mengenal Allah telah terputus (karena mereka menolak nama dan sifat Allah tersebut).

 *Keenam, memperhatikan kebaikan, nikmat dan karunia Allah yang telah Dia berikan kepada kita, baik nikmat lahir maupun batin*.

Inilah faktor yang mendorong untuk mencintai-Nya.


*Ketujuh, inilah yang begitu istimewa- yaitu menghadirkan hati secara keseluruhan tatkala melakukan ketaatan kepada Allah dengan merenungkan makna yang terkandung di dalamnya*


 *Kedelapan, menyendiri dengan Allah di saat Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir untuk beribadah dan bermunajat kepada-Nya serta membaca kalam-Nya (Al Qur’an). Kemudian mengakhirinya dengan istighfar dan taubat kepada-Nya*.


 *Kesembilan, duduk bersama orang-orang yang mencintai Allah dan bersama para shidiqin*. 

Kemudian memetik perkataan mereka yang seperti buah yang begitu nikmat. Kemudian  dia pun tidaklah mengeluarkan kata-kata kecuali apabila jelas maslahatnya dan diketahui bahwa dengan perkataan tersebut akan menambah kemanfaatan baginya dan juga bagi orang lain.


 *Kesepuluh, menjauhi segala sebab yang dapat mengahalangi antara dirinya dan Allah Ta’ala*.


Semoga kita senantiasa mendapatkan kecintaan Allah, itulah yang seharusnya dicari setiap hamba dalam setiap detak jantung dan setiap nafasnya. 


*Ibnul Qayyim mengatakan bahwa kunci untuk mendapatkan itu semua adalah dengan mempersiapkan jiwa (hati) dan membuka mata hati*


Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallalahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam


Semoga bermanfaat.


Hanya Alloh yang memberi Taufik & hidayah untuk berbuat kebajikan.


Yang Selalu Mengharap Ampunan Dari ROBBnya.

Musibah

 بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ 


```nasehat hari ini```    💠

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

*MUSIBAH KITA*

*AKIBAT DOSA KITA..*

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━



*1. Musibah Kita Akibat Dosa Kita*


ALLAH ﷻ berfirman: 


مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ 

وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ


_“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari ALLAH, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri”._


✍️ _[QS. An-Nisa`: 79]_


*2. Bahkan Sebagian Besar Telah ALLAH ﷻ Maafkan*


ALLAH ﷻ berfirman :


وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا

كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ


_“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan ALLAH memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”_


✍️ _[QS. Asy Syuraa: 30]_


*3. Musibah Turun Akibat Dosa*


Rasulullah ﷺ bersabda:


لاَ يُصِيْبُ رَجُلاً خَدْشُ عُوْدٍ وَلاَ عَثْرَةُ قَدَمٍ وَلاَ 

اِخْتِلاَجُ عِرْقٍ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَمَا يَعْفُو اللهُ أَكْثَرُ


_“Tidaklah sepotong kayu melukai seseorang, tergelincirnya telapak kaki, dan terkilirnya urat, kecuali dengan sebab dosa. Dan apa yang ALLAH maafkan lebih banyak.”_


✍️ _(HR Ibnu Jarir, Shahih Al-Jami’ush Shaghir No. 5624, 5639, 5694, 7608, 7609)_


*4. Dosa Mendatangkan Musibah, Musibah Datang Membersihkan Dosa*


Rasulullah ﷺ bersabda:


مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ


_“Tidaklah seorang muslim ditimpa sesuatu seperti kelelahan, penyakit (yang tetap), kekhawatiran (terhadap sesuatu yang kemungkinan akan menyakitinya), kesedihan, gangguan, dan duka-cita karena suatu kejadian, sampai duri yang menusuknya, kecuali ALLAH akan menggugurkan dosa-dosanya dengan sebab itu”_


✍️ _(HR. Bukhari No. 5642 & Muslim No. 2572)_

━━━━━━━━━━━━━━━━━ 💠

👥 *NASEHAT ULAMA*


*Hilangnya Suatu Nikmat, Datangnya Berbagai Musibah, Semua Oleh Sebab Dosa*


_Ibnu Qoyyim Al Jauziyah berkata:_


_“Di antara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa.”_


✍️ _(Al Jawabul Kaafi/87)_


*Semua Musibah Karena Dosa Kita..*


_Ibnu Rajab Al Hambali berkata:_


_“Tidaklah disandarkan suatu kejelekan (kerusakan) melainkan pada dosa karena semua musibah, itu semua disebabkan karena dosa."_


✍️ _(Latho’if Ma’arif/75)_


*Bahkan Sebagian Besar Dosa Kita Telah ALLAH ﷻ Maafkan*


_Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:_


_“Musibah-musibah apa saja yang menimpa kamu wahai Adam, itu hanyalah karena keburukan-keburukan yang telah kamu lakukan. ‘Dan ALLAH memaafkan sebagian besar’, dari kesalahan-kesalahan, sehingga Dia tidak membalas kesalahan-kesalahan kamu, bahkan Dia memaafkannya.”_


✍️ _(Tafsir Ibnu Katsir)_


*Hilangkan Musibah Dengan Taubat*


_Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu berkata:_


_“Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.”_


✍️ _(Al Jawabul Kaafi/87)_

━━━━━━━━━━━━━━━━━ 💠

_Tidaklah musibah turun kecuali karena dosa Kita_


_Dan sebahagian besar dosa-dosa itu bahkan sudah ALLAH ﷻ ampuni_


_Berbagai macam kesyirikan, jimat, ilmu kebal, meninggalkan shalat, mengingkari zakat, zina dimana-mana, bid'ah merajalela, riba menggurita, dan sekian banyak dosa mengakibatkan musibah menerpa kita_


_Setiap anak Adam pasti melakukan dosa dan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang yang bertaubat_


_Orang yang kembali kepada RABB nya..._


_*WALLAHUL MUSTA'AN*_



_*Baarokallohu fiikum*_

MENGGAPAI MANISNYA HIDAYAH*

 *Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh*


*


Para pembaca yang budiman. Bagi anda yang sudah memiliki belahan jiwa, insyaa Allah lebih bisa memahami perkataan Jodoh itu ada di tangan Allah. Berpangku tangankah anda? Tidak ada usahakah anda untuk mendapatkannya? Jawabannya tentu ada upaya dan usaha atau ikhtiyar untuk mendapatkannya. Begitu pula dengan hidayah, jika seseorang hanya menunggu dan menanti, tanpa ada upaya dan usaha untuk meraihnya, ia tidak akan mendapatkan hidayah tersebut.


*MACAM-MACAM HIDAYAH*

Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala, menyebut kata hidayah, tidak lepas dari 2 macam bentuk hidayah yang harus kita pahami terlebih dahulu, sebelum kita melangkah jauh ke pembahasan berikutnya.


*1. Hidayah Taufiq*

Hidayah ini mutlak hanya milik Allah Ta’ala. Seseorang tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk memberikan jenis hidayah ini kepada orang lain. Hidayah ini berupa kemauan dan keistiqamahan seseorang dalam mengamalkan ilmu agama, hanya karena Allah lah seorang bisa mendapatkan hidayah ini.  Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), Sesungguhnya kamu tidak bisa memberikan hidayah kepada orang yang kamu cintai.” (QS. al-Qoshosh: 56)


Lawan dari hidayah taufiq adalah penyimpangan dalam beramal, yaitu tanpa mengamalkan ilmu.


*2. Hidayah Irsyad wal Bayan*

Hidayah ini berupa arahan, bimbingan dan petunjuk untuk menuju jalan yang lurus. Yaitu berupa ilmu agama. Hidayah jenis kedua ini mampu disampaikan oleh setiap orang yang memiliki ilmu tersebut. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), Sesungguhnya kamu benar-benar memberikan hidayah menuju jalan yang lurus.” (QS. asy-Syura: 52)


Lawan dari hidayah irsyad wal bayan adalah kesesatan jalan.


*HIDAYAH ITU MANIS, KESESATAN ITU PAHIT*

Dimana ada gula, di situ ada semut. Dimana ada majelis ilmu, di situ lah ada hidayah. Tidak diragukan lagi, majelis ilmu adalah sarangnya hidayah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengibaratkannya seperti taman-taman surga.


Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya),”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang. Para shahabat bertanya, Apakah taman-taman surga itu? Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.” [HR. At-Tirmidzi, Hasan]


Sebalikanya kesesatan, ibarat sebuah jalan yang kelam tanpa cahaya dan penuh kegelapan. Allah gambarkan orang yang tidak mendapat petunjuk adalah orang yang berada di dalam kegelapan dan berada dalam kesesatan.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya), Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan, dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya menuju jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (QS. Al-Maidah :15-16)


Meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Salah Satu Sebab Datangnya Hidayah


Allah Ta’ala menamakan wahyu yang diturunkan-Nya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam sebagai al-huda (petunjuk) dan dinul haq (agama yang benar) dalam firman-Nya (yang artinya):


Dialah (Allah Ta’ala) yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk (al-huda) dan agama yang benar (dinul haq) agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama, meskipun orang-orang musyrik membencinya” (QS. Ash-Shaf: 9).


Para ulama Ahli Tafsir menafsirkan al-huda (petunjuk) dalam ayat ini dengan ilmu yang bermanfaat, dan dinul haq (agama yang benar) dengan amal shalih. Hal ini menunjukkan bahwa tugas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah membimbing umatnya agar selalu berada di jalan yang benar lagi lurus.


*BERBUAT DOSA DAN MAKSIAT, SEBAB TERHALANGNYA HIDAYAH*

Mohon direnungkan bahwa sebab terbesar seseorang tidak mendapat hidayah Allah adalah karena dosa dan maksiatnya. Ketika ia telah berpaling dari Allah, maka Allah akan palingkan hatinya.  Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), Tatkala mereka berpaling, maka Allah palingkan hati-hati mereka. Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan hidayah pada orang-orang yang berbuat kefasikan.” (QS. Ash Shaf: 5)


Tidaklah Allah menyesatkan seseorang tanpa alasan. Jangan salahkan Allah ketika diri ini jauh dari Allah, namun salahkan lah diri sendiri karena banyak berbuat dosa dan maksiat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), Tidaklah Allah menyesatkan seseorang kecuali orang-orang yang berbuat kefasikan.” (QS. AL-Baqarah: 26)


*PERINTAH UNTUK MEMINTA HIDAYAH*

Dalam hadits Qudsi yang shahih, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku niscaya Aku akan berikan petunjuk kepada kalian” (HR. Muslim)


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita doa meminta hidayah. Bunyi doa tersebut adalah, Allahumma inni as-alukal huda, wat tuqa, wal ‘afaf, wal ghina, yang artinya Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, penjagaan diri (dari segala keburukan) dan kekayaan hati (selalu merasa cukup dengan pemberian-Mu)” [HR. Muslim]


*DOA MEMINTA HIDAYAH?*

Selain doa yang telah disebutkan di atas, sadar atau tidak sadar, kita sangat sering bermunajat minta doa agar diberikan hidayah. Doa tersebut ada di dalam saat kita membaca surah al-fatihah. Pada ayat ke-6 kita membaca Ihdinash Shiratal Mustaqim, yang artinya Tunjukilah (berilah hidayah) kami jalan yang lurus.


Jika seseorang menyelami maknanya, akan ia dapati faidah yang sangat besar. Doa yang diminta adalah doa kelurusan dalam beragama, doa nya juga dibaca minimal 17 kali dalam sehari. Tentulah Allah punya hikmah kenapa surat al fatihah adalah surat yang wajib dibaca dalam shalat. Di sini lah salah satu alasan bahwa surat al fatihah termasuk kategori surat yang paling mulia dalam al quran.


*SAMBUTLAH HIDAYAH DENGAN KESUNGGUHAN*

Para pembaca sekalian yang mudah-mudahan Allah Ta’ala muliakan. Sebagaimana telah kita ketahui bersama, bahwa setiap hal yang berharga itu pasti sulit untuk diperoleh dan diperebutkan. Memerlukan upaya dan pengorbanan yang besar pula. Satu diantara perkara yang berharga adalah ilmu agama dan sekaligus upaya untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya) : Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, akan Kami berikan hidayah kepada mereka menuju jalan Kami” (QS. Al Ankabut : 69). Dan juga firman Allah (yang artinya) “Dan Allah akan menambahkan hidayah-Nya kepada orang-orang yang mengamalkan petunjuk-Nya” (QS. Maryam : 76).


*KISAH NYATA, HIDAYAH MELALUI STASIUN TV*

Suatu hari, aku iseng men-scan otomatis receiver antena parabolaku. Ada beberapa stasiun TV baru berhasil ditambahkan. Di antaranya adalah sebuah stasiun TV bernuansa Islami. Sebuah stasiun TV swasta non profit yang dipancarkan dari komplek sebuah masjid di sekitar Bogor.


Aku langsung suka dengan stasiun TV ini, karena dakwah dan kajian Islamnya bagus banget. Bila ada kesempatan, aku akan menonton acaranya. Banyak ilmu baru kuperoleh.


Suatu hari, suami adik sepupuku, Zimi Azmi, kepalanya nongol di pintu. Ia pun ikut tetarik dengan materi yang disampaikan stasiun TV yang sedang kutonton. Ia lalu pulang dan men-scan otomatis juga receiver parabolanya. Dan berhasil baik.


Beberapa hari kemudian, aku melihat sebuah pemandangan langka : Zimi Azmi berjalan di halaman rumahku menuju masjid ! Padahal biasanya, ia cuma lewat, lalu pergi ke warung wak Mengon, untuk main kartu dan minum-minum bersama para  pareman kampung. Bertahun-tahun Zimi Azmi punya kebiasaan sholat setahun  dua kali. Ya itu, waktu Idul Fitri dan Idul Adha.


Sepulang dari masjid, kami berdua berbincang tentang acara di stasiun TV ini. Rupanya Azmi terpengaruh oleh tausiyah (nasihat) yang disampaikan oleh para ustadz stasiun TV tersebut. Para ustadz ini memang lain daripada ustadz-ustadz TV swasta lainnya, yang lebih mirip artis ketimbang muballigh. Rata-rata ustadz stasiun TV islami ini adalah penghafal Qur’an, dan lulusan universitas negeri Arab.


Dan, sama sekali tidak ada musik di stasiun TV ini. Juga tidak ada perempuan.


Hari-hari berlalu, Azmi makin sering lewat depan rumahku menuju masjid.


Kini ia sepertinya benar-benar bertobat. Kulihat dzikirnya pun makin panjang dan syahdu. Aku jadi trenyuh. Adik sepupuku, istrinya, kini juga sudah berjilbab.


Tinggal aku kini yang sedikit iri. Seorang preman mbelis bisa jadi lebih taat dibandingkan aku sendiri. [Sumber: Diceritakan Oleh ‘Bang Pilot’ http://edukasi.kompasiana.com/2012/10/24/preman-yang-taubat-nasuha-karena-stasiun-tv-498065.html dengan sedikit perubahan oleh redaksi]


*PENUTUP*

Semoga Allah senantiasa menunjuki kita semua di jalan Nya yang lurus, serta keistiqamahan dalam beragama. Menjaga kita semua dalam nikmatnya berada di dalam manisnya hidayah. Wallahul Muwaffiq.


Murojaah : Ustadz Abu Salman, BIS

MELEMBUTKAN QASWATUL QALB*

 *Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh*


*


Sekali waktu barangkali kita pernah merasakan sulit sekali untuk bersyukur. Hidup terasa hampa. Banyak keinginan tak kunjung terpenuhi. Akibatnya, hati terasa keras dan membatu. Kesombongan menyelimuti kehidupan dari hari ke hari dan saat mendapat nasehat dari saudara, teman, atau ustadz sekalipun, kita merasa digurui. Ketahuilah sesungguhnya kita tengah terjangkit penyakit _qaswatul qalb_ atau hati yang membatu...


Semakin banyak kemaksiatan kita lakukan sesungguhnya semakin membuat hati kita mengeras dan membatu. Allah Azza wa Jalla berfirman, 


ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاء وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ


“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya.” 


(QS. Al-Baqarah: 74)


Maka, kata Ibnul Qayyim, 


القَلْبُ المَيْتٌ القَاسِيُ كاَلشَجَرَةِ اليَابِسَةِ، لاَ يَصْلِحَانِ إِلَا النَار — ابن القيم


"Hati seseorang yang telah kering dan membatu, ia bagaikan pohon yang meranggas dan mati. Keduanya hanya pantas dilalap api." _Nau'dzubillah min dzalik..._


Memang, ada banyak sebab kerasnya hati. Qadhi al-Fudail berkata, “Tiga peristiwa yang menyebabkan hati membatu; terlalu banyak makan, terlalu banyak tidur dan terlalu banyak berbicara.” Bahkan, makan yang berlebihan merusak kesehatan badan. Ibnu Sina, pakar kedokteran Islam generasi awal, berkata, “Perhatikanlah (konsumsi) perutmu sebab sebagian besar penyakit bermula dari makanan yang berlebih.”


Karena itulah, Ali bin Abi Thalib RA berkata, “Istirahatnya badan dengan mengurangi makan, istirahatnya lidah dengan mengurangi berbicara, dan istirahatnya hati dengan mengurangi keinginan.” Untuk mengindari _qaswatul qalb,_ Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita, antara lain, untuk pandai-pandai bersyukur...


Pernahkah kita terbukti bersalah namun sukar sekali mengeluarkan minta maaf? Alasannya, orang yang dimintai maaf lebih muda dari kita, lebih miskin dari kita, atau status jabatannya lebih rendah dari kita. Jika kita penah mengalami demikian atau menyaksikan orang yang berperilaku begitu, yang bersangkutan sesungguhnya telah mengidap penyakit _qaswatul qalb..._ 


Penyakit ini susah disembuhkan karena yang mesti dihadapi penderitanya adalah dirinya sendiri. Egoisme, gengsi, atau perasaan paling istimewa, biasanya menjadi biang keladi mengapa hati seseorang membatu sehingga sukar dimasuki kebenaran dan kebaikan yang datang dari luar dirinya... 


Suatu hari seorang laki-laki datang mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hatinya yang keras ( _qaswatul qalb_). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,


 إن أردت تلين قلبك، فأطعم المسكين، وامسح رأس اليتيم 


“Jika kamu ingin melunakkan hatimu maka berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” 


(HR al-Hakim dalam al-Mustadrak) 


Dalam hadits tersebut, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan orang yang keras hatinya untuk melatih diri berempati dengan orang-orang lemah. Empati tersebut diwujudkan salah satunya dengan memberi makan orang miskin. Makan adalah di antara kebutuhan primer ( _hajiyat_) setiap manusia. Penghasilan orang miskin sering hanya bisa mencukupi keperluan pokok tersebut tanpa bisa menambah kebutuhan sekunder lainnya. Lebih dari miskin disebut _faqir._ Keduanya merupakan kelompok rentan yang sama-sama membutuhkan uluran tangan. Ibnu Rajab al-Hanbali saat menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa bergaul dengan orang-orang miskin dapat meningkatkan rasa ridha dan syukur seorang hamba atas nikmat yang dikaruniakan oleh Allah Azza wa Jalla. Sebaliknya, bergaul dengan orang kaya potensial membuatnya kurang menghargai rizeki yang diterimanya. Selanjutnya adalah mengusap kepala anak yatim. Kata “mengusap” di sini merupakan kiasan dari anjuran untuk menyayangi, berlemah lembut, dan mengayomi mereka. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


 من مسح رأس يتيم أو يتيمة لم يمسحه إلا لله ، كان له بكل شعرة مرت عليها يده حسنات ، ومن أحسن إلى يتيمة أو يتيم عنده ، كنت أنا وهو في الجنة كهاتين ، وقرن بين أصبعيه


“Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim laki-laki atau perempuan hanya karena Allah, baginya setiap rambut yang diusap dengan tangannya itu mengalirkan banyak kebaikan, dan barangsiapa berbuat baik kepada anak yatim perempuan atau laki-laki yang dia asuh, aku bersama dia di surga seperti ini (Nabi menyejajarkan dua jarinya).” 


Dalam hadits itu, Allah Azza wa Jalla  memberikan kebaikan kepada orang-orang yang mengusap kepala anak yatim. Jumlah rambut di hadits ini merupakan ilustrasi dari kebaikan yang tak terhitung sebagaimana tak terhitungnya jumlah rambut kepala orang. Artinya, sebanyak apa kebaikan seseorang kepada anak yatim, sebesar itu pula Allah Azza wa Jalla berikan kebaikan kepadanya. Inilah mengapa hati yang keras menjadi mudah melunak, terbuka terhadap kebenaran dan kebaikan. Sebab, Sang Penguasa Hati sedang berada di pihaknya...


Allah Azza wa Jalla berfirman,


وَلَهُ الْكِبْرِيَاءُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖوَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ


“Dan bagi-Nya lah keagungan di langit dan bumi, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”


(QS al-Jaatsiyah: 37)


Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa melembutkan hati kita agar terhindar dari _qaswatul qulb_ untuk meraih ridha-Nya...

Aamiin Ya Rabb.


_Wallahua'lam bishawab_

KEAJAIBAN SHOLAT TAHAJUD*

 *RENUNGAN MALAM*


*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*


*بسم الله الرحمن الرحيم* 


*


*1. Shalat Tahajud sebagai tiket masuk surga.*


Abdullah Ibn Muslin berkata “kalimat yang pertama kali ku dengar dari Rasulullah Saw saat itu adalah, “Hai sekalian manusia! Sebarkanlah salam, bagikanlah makanan, sambunglah silaturahmi, tegakkan lah shalat malam saat manusia lainnya sedang tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Majah).


*2. Amal yang menolong di akhirat.*


Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, seraya mengambil apa yang Allah berikan kepada mereka. Sebelumnya mereka adalah telah berbuat baik sebelumnya (di dunia), mereka adalah orang-orang yang sedikit tidurnya di waktu malam dan di akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah).” (QS. Az Zariyat: 15-18)


Ayat di atas menunjukkan bahwa orang yang senantiasa bertahajud Insya Allah akan mendapatkan balasan yang sangat nikmat di akhirat kelak.


*3. Pembersih penyakit hati dan jasmani.*


Salman Al Farisi berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Dirikanlah shalat malam, karena sesungguhnya shalat malam itu adalah kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu, (shalat malam dapat) mendekatkan kamu kepada tuhanmu, (shalat malam adalah) sebagai penebus perbuatan buruk, mencegah berbuat dosa, dan menghindarkan diri dari penyakit yang menyerang tubuh.” (HR. Ahmad)


*4. Sarana meraih kemuliaan.*


Rasulullah Saw bersabda, “Jibril mendatangiku dan berkata, “Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu, karena engkau akan mati, cintailah orang yang engkau suka, karena engkau akan berpisah dengannya, lakukanlah apa keinginanmu, engkau akan mendapatkan balasannya, ketahuilah bahwa sesungguhnya kemuliaan seorang muslim adalah shalat waktu malam dan ketidakbutuhannya di muliakan orang lain.” (HR. Al Baihaqi)


*5. Jalan mendapatkan rahmat Allah.*


Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Semoga Allah merahmati laki-laki yang bangun malam, lalu melaksanakan shalat dan membangunkan istrinya. Jika sang istri menolak, ia memercikkan air di wajahnya. Juga, merahmati perempuan yang bangun malam, lalu shalat dan membangunkan suaminya. Jika sang suami menolak, ia memercikkan air di wajahnya.” (HR. Abu Daud)


https://chat.whatsapp.com/FShOgpHl8HeKBtoMCwTxON


*6. Sarana Pengabulan permohonan.*


Allah SWT berjanji akan mengabulkan doa orang-orang yang menunaikan shalat tahajud dengan ikhlas. Rasulullah Saw Bersabda,

“Dari Jabir berkata, bahwa nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya di malam hari , ada satu saat yang ketika seorang muslim meminta kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah memberinya, Itu berlangsung setiap malam.” (HR. Muslim)


*7. Penghapus dosa dan kesalahan.*


Dari Abu Umamah al-Bahili berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Lakukanlah Qiyamul Lail, karena itu kebiasaan orang saleh sebelum kalian, bentuk taqarub, penghapus dosa, dan penghalang berbuat salah.” (HR. At-Tirmidzi)


*8. Jalan mendapat tempat yang terpuji.*


Allah berfirman,

“Dan pada sebagian malam bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra’:79)


*9. Pelepas ikatan syetan jin.*


Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Setan akan mengikat kepala seseorang yang sedang tidur dengan ikatan, menyebabkan kamu tidur dengan cukup lama. Apabila seseorang itu bangkit seraya menyebut nama Allah, maka terlepaslah ikatan pertama, apabila ia berwudhu maka akan terbukalah ikatan kedua, apabila di shalat akan terbukalah ikatan semuanya. Dia juga akan merasa bersemangat dan ketenangan jiwa, jika tidak maka dia akan malas dan kekusutan jiwa.”


*10. Waktu utama untuk berdoa.*


Amru Ibn ‘Abasah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, “Ya Rasulullah! Malam apakah yang paling di dengar?”, Rasulullah Saw menjawab, “Tengah malam terakhir, maka shalat lah sebanyak yang engkau inginkan, sesungguhnya shalat waktu tersebut adalah maktubah masyudah (waktu yang apabila bermunajat maka Allah menyaksikannya dan apabila berdoa maka didengar doanya)” (HR. Abu Daud)


*11. Meraih kesehatan jasmani.*


“Hendaklah kalian bangun malam. Sebab hal itu merupakan kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian. Wahana pendekatan diri pada Allah Swt, penghapus dosa, dan pengusir penyakit dari dalam tubuh.” (HR. At-Tarmidzi)


*12. Penjaga kesehatan rohani.*


Allah SWT menegaskan bahwa orang yang shalat tahajud akan selalu mempunyai sifat rendah hati dan ramah. Ketenangan yang merupakan refleksi ketenangan jiwa dalam menjalani kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Allah Berfirman, “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melewati malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS. Al-Furqan: 63-64).


Keajaiban shalat tahajud sudah terbukti, maka bertahajudlah!

Mungkin masih banyak lagi keajaiban shalat tahajud yang mungkin terlewat dari tulisan ini. Yang pasti shalat tahajud merupakan shalat yang bagus sebagai ibadah tambahan bagi kita.


Subhanallah .. Shalat tahajud benar-benar dahsyat dalam meraih kebaikan dunia akhirat

“Jika matahari sudah terbenam, aku gembira dengan datangnya malam dan manusia tidur karena inilah saat hanya ada Allah dan aku.”

MASYAA ALLAH



*🤲🏼BAROKALLAHUFIKUM* 🙏🏼*


*والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

Sabtu, 29 Oktober 2022

TUJUH INDIKATOR KEBAHAGIAAN HIDUP DI DUNIA*

 *Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh*


*


Ibnu Abbas RA menjelaskan, ada 7 indikator kebahagiaan hidup di dunia, 

yaitu :


*1) Qolbun Syakirun (hati yang selalu bersyukur),* artinya selalu menerima apa adanya _(qona'ah),_ sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stres, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur.


*2) Al-Azwaju Shalihah, yaitu pasangan hidup yang shalih/ shalihah.* Pasangan hidup yang shaleh/ shalihah akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sakinah.


*3) Al-Auladul Abrar, yaitu anak yang berbakti.* Do'a anak yang shalih/ shalihah kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah, berbahagialah orang tua yang memiliki anak shalih/ shalihah. Investasi abadi selamanya.


*4) Al-Biatu Sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita.* Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang shalih yang selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan bila kita salah.


*5) Al-Malul Halal, atau harta yang halal*, bukan banyaknya harta tapi halalnya harta yang dimiliki. Harta yang halal akan menjauhkan setan dari hati. Hati menjadi bersih, suci dan kokoh sehingga memberi ketenangan dalam hidup.


*6) Tafaquh Fid-Dien, atau semangat untuk memahami agama,* dengan belajar ilmu agama, akan semakin cinta kepada agama dan semakin tinggi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.


*7) Umur yang barokah,* artinya umur yang semakin tua semakin shalih, setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Semakin tua semakin rindu untuk bertemu dengan Sang Pencipta. Inilah semangat hidup orang- orang yang barokah umurnya.


*_"Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun..."HR.MUSLIM_*

Kamis, 13 Oktober 2022

3 aumber pokok kesalahan dan dosa

 

 

Hadits di atas ingin memberi rambu-rambu kepada para hamba Allah bahwa diri mereka sangat rentan berbuat lalai dan terjerumus dalam kekeliruan. Yang paling penting bagi manusia adalah senantiasa hati-hati agar tidak terperosok ke lubang dosa dan kesalahan. 

 

Penjelasan ini sebagaimana tercantum dalam kitab Muntabihat ‘alal Isti‘ddi li Yaumil Mî‘âd. Bahwa Rasulullah bersabda:


 أَوْحَى اللهُ  تَعَالَى إِلَى مُوْسَى بْنِ عِمْرَان فِي التّوْراتِ: إِنَّ أُمَّهَاتُ اْلخَطَايَا ثَلَاثٌ: الكِبْرُ وَالْحَسَدُ وَالْحِرْصُ، فَنَشَأَ مِنْهَا سِتَّةٌ فَصِرْنَ تِسْعَةٌ: الأُوْلى مِنَ السِّتَّةِ: الشِّبَعُ وَالنَّوْمُ وَالرَّاحَةُ وَحُبُّ الْأَمْوَالِ وَحُبُّ الثَّناَءِ وَالْمَحْمَدَةِ وَحُبُّ الرِّيَاسَةِ 

 

Artinya: Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa ibn ‘Imran dalam kitab Taurat: Sesungguhnya induk dari segala kesalahan ada tiga, yakni takabur, hasud, dan tamak. Ketiganya melahirkan enam hal, yaitu rasa kenyang, tidur, waktu senggang, cinta harta, gila pujian, dan cinta jabatan. 

 

Ketiga perangai tersebut adalah sebagai berikut:

 

1. Takabur 

Takabur disebut dengan angkuh atau sombong. Sifat ini sangat menjerumuskan karena seorang hamba dibutakan oleh perasaan diri sendiri yang unggul dan di saat yang bersamaan memandang rendah orang lain. 

 

Kita tahu, iblis dikutuk masuk neraka selama-lamanya karena sifat ini. Perasaan bahwa iblis lebih utama dan mulia dari Nabi Adam Alaihis Salam membuatnya membangkang dari perintah Allah Subhanahu Wa Taala. Ia memilih jatuh dalam kegelapan selamanya ketimbang menaruh rasa hormat kepada Nabi Adam. 

 

Tampaklah bagaimana al-kibru atau keangkuhan memunculkan rasa paling benar sendiri, paling mulia sendiri, dan karenanya secara sadar maupun tidak sadar merasa pantas untuk merendahkan yang lainnya. Sifat takabur juga berakibat pada hilangnya ketawadukan kepada sesama karena telah silap akan kekurangan dan kesalahan diri sendiri.

 

الكِبْرُ بَطْرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ:

 

Artinya: Takabur merupakan sikap mengingkari kebenaran dan memandang remeh manusia yang lain.

 

2. Hasud 

Istilah lain dari sifat ini adalah iri atau dengki. Orang yang hasud memiliki ciri menjilat ketika sedang berhadapan dan mengumpat saat berada di belakang. Orang yang dihinggapi penyakit hati ini selalu diliputi rasa susah kala menyaksikan orang lain gembira; dan sebaliknya, merasa gembira kala orang lain sedang susah. 

Selain menyiksa batin sendiri, hasud juga menggerogoti amal kebaikan.

 

 إيَّاكم والحسدَ، فإنَّ الحسدَ يأكلُ الحسناتِ كما تأكلُ النَّارُ الحطبَ 

 

Artinya: Jauhilah hasud karena sesungguhnya hasud menggerogoti kebaikan-kebaikan sebagaimana api menggerogoti kayu bakar. (HR Abu Dawud) 

 

3.  Al-hirsu atau Tamak
Yang dimaksud dalam hal ini adalah serakah terhadap kehidupan duniawi. Sebagaimana yang diberikan kepada iblis dan binatang, Allah juga menganugerahi kita keinginan-keinginan. Hanya saja Allah memberikah kita batasan-batasan sehingga keinginan tersebut tersalurkan secara manusiawi dan sewajarnya. 

 

Tamak tak kalah membahayakannya dari takabur dan hasud. Orang yang dijangkiti sifat serakah biasanya tak peduli dengan kondisi di sekelilingnya, bahkan kadang kondisinya sendiri. Kesilapan dengan keuntungan materi yang besar bisa membuat sebuah perusahaan tambang terus mengeruk kekayaan bumi meski berakibat buruk bagi keseimbangan alam dan kehidupan warga sekitar. 

 

Ketiga sifat itulah yang disebut ummahatul khathâyâ, biang kesalahan. Dikatakan ‘biang’ karena ketiganya menjadi faktor utama dan pemicu munculnya dosa-dosa lain. Karenanya hendaknya kita senantiasa mengevaluasi diri, seberapa jauh dihinggapi ketiga penyakit hati tersebut. Dan mari kita perbaiki selagi kesadaran masih bersemayam di dalam hati. Karena Nabi bersabda:

 

 كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَّاءٌ وَ خَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّبُوْنَ. رَوَاهُ التِّرْمـِذِيُّ 

 

Artinya: Setiap anak Adam (manusia) berbuat kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang bertobat. (HR At-Tirmidzi)  

Syaifullah
Editor: Syaifullah