Kamis, 30 Juni 2022

5 TANDA ORANG BAIK DAN BIJAK

 


1. Wajhu Mumbasyar (wajah yang senantiasa menggembirakan)

Dia memiliki penampilan diri yang menyenangkan bila dipandang, murah senyum, hangat percakapan, dan kehadirannya senantiasa dirindukan.


2. Lisanun Na'imah (tutur bahasa yang indah)

Dia memiliki bahasa yang indah meskipun sederhana, mudah difahami dan tidak membuat orang tersinggung.


3. Qolbur Rahmah (hati yang menyenangkan)

Hati adalah cerminan sikap peribadi seseorang. Sikap dan perilakunya memberikan rahmat bagi sekitarnya. Kehadirannya memberi manfaat, kata-kata yang terucap berfaedah buat yang mendengarnya.


4. Shodrul Muftihah (lapang dada)

Jiwanya terbuka, jujur, berterus-terang, dan bertoleransi. Arif menghadapi suasana gembira dan sedih, bijaksana dalam mengambil keputusan.


5. Yadul Muftihah (tangan yang senantiasa terbuka)

Dia senang membantu siapa saja, bahkan tanpa perlu dimintapun dia akan peka untuk membantu.


Semoga kita sentiasa diberikan jiwa dan hati seperti para salafus soleh dan alim ulama'.


Jadikanlah, 

Yang indah itu budi.

Yang lembut itu hati.

Yang tipis itu benci.

Yang tebal itu iman.

Yang tajam itu akal.

Yang baik itu sifat.

Yang manis itu senyuman.

Yang rapat itu persaudaraan.


In sha ALLAH. Sama-sama kita muhasabah. 🤲https://www.facebook.com/groups/2630217790603199/permalink/2938472999777675/

Senin, 20 Juni 2022

KEUTAMAAN DZIKIR KEPADA ALLAH AZZA WA JALLA*

 *Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh*


*


عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُسْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ شَرَائِعَ الْإسْلَامِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ ، فَأَنْبِئْنِيْ مِنْهَا بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ ؟ قَالَ : لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ


Dari ‘Abdullâh bin Busr Radhiyallahu anhu berkata, Seorang Badui datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata, ‘Wahai Rasûlullâh, sesungguhnya syariat-syariat Islam sudah banyak pada kami. Beritahukanlah kepada kami sesuatu yang kami bisa berpegang teguh kepadanya ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Hendaklah lidahmu senantiasa berdzikir kepada Allâh Azza wa Jalla”


*TAKHRIJ HADITS*

Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya (IV/188, 190); at-Tirmidzi (no. 3375). Beliau berkata, Hadits ini hasan gharib. Ibnu Majah (no. 3793) dan lafazh ini miliknya. Ibnu Abi Syaibah (X/89, no. 29944); Al-Baihaqi (III/371)


Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibbân (no. 811-at-Ta’lîqâtul Hisân) dan al-Hâkim (I/495) dan disetujui oleh adz-Dzahabi. Dishahihkan juga oleh Syaikh al-Albâni dalam Shahîhul Jâmi’is Shaghîr (no. 7700), Shahîh al-Kalimut Thayyib (no. 3), dan Shahîhut Targhîb wat Tarhîb (no. 1491)


*SYARAH HADITS*

Ibnu Hibban[1] meriwayatkan hadits ini dalam shahihnya dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu , ia berkata, Aku bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Amal apakah yang  paling dicintai oleh Allâh Azza wa Jalla ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Engkau mati dalam keadaan lidahmu basah karena berdzikir kepada Allâh Azza wa Jalla.


Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kaum Mukminin untuk banyak berdzikir kepada-Nya dan Allâh memuji orang-orang yang banyak berdzikir. Allâh Azza wa Jalla berfirman :


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا ﴿٤١﴾ وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا


Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allâh, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” [al-Ahzâb/33:41-42]


Allâh Azza wa Jalla juga berfirman, yang artinya, “… Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allâh, Allâh telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.“[al-Ahzâb/33:35]


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


سَبَقَ الْمُفَرِّدُوْنَ قَالُوْا: وَمَا الْمُفَرِّدُوْنَ  يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ: اَلذَّاكِرُوْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتُ


Al-Mufarridûn telah mendahului. Para sahabat berkata, Siapa al-Mufarridûn wahai Rasûlullâh? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Kaum laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada Allâh.”[2]


Dari hadits di atas, terlihatlah makna al-mufarridun, yaitu orang yang terus-menerus berdzikir kepada Allâh dan menyukainya. Orang yang banyak berdzikir kepada Allâh Azza wa Jalla dengan ikhlas karena Allâh Azza wa Jalla , mengikuti contoh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hatinya ingat kepada Allâh Azza wa Jalla dan batas-batas-Nya, maka dia termasuk orang yang bertakwa. Sahabat ‘Abdullâh bin Mas’ud Radhiyallahu anhu telah menjelaskan makna takwa ini pada saat beliau menafsirkan firman Allâh Azza wa Jalla , yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kalian kepada Allâh dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya…” [ Ali ‘Imrân/3:102]


Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :


أَنْ يُطَاعَ فَلاَ يُعْصَى ، وَأَنْ يُذْكَرَ فَلاَ يُنْسَى ، وَأَنْ يُشْكَرَ فَلاَ يُكْفَرَ


Hendaklah Allâh itu ditaati dan tidak dimaksiati, diingat dan tidak dilupakan, serta disyukuri dan tidak dikufuri."[3]


Contoh teladan kita adalah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berdzikir kepada Allâh Azza wa Jalla dalam setiap keadaannya. Aisyah Radhiyallahu anhu berkata :


كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ اللهَ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ


Adalah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam selalu mengingat Allâh dalam setiap keadaannya."[4]


Salah seorang dari tujuh orang yang dinaungi Allâh Azza wa Jalla dalam naungan Nya pada hari yang tidak ada naungan selain naungan Nya diantaranya ialah orang yang berdzikir kepada Allâh di saat sendirian kemudian berlinanglah air matanya.


Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


… وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ …


Dan seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allâh di saat sendirian kemudian berlinanglah air matanya …”[5]


Hati orang-orang yang mencintai Allâh Azza wa Jalla tidak akan tenang kecuali dengan dzikir kepada Nya dan jiwa orang-orang yang rindu kepada Nya tidak tenang kecuali ingin berjumpa dengan Nya. Allâh Azza wa Jalla memerintahkan untuk berdzikir kepada-Nya dalam setiap keadaan dan memuji orang-orang yang berdzikir. Allâh Azza wa Jalla yang artinya, (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allâh sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari adzab neraka.’” [Ali ‘Imrân/3:191]


Bahkan Allâh Azza wa Jalla memerintahkan untuk berdzikir dalam jihad, berperang menghadapi musuh. Allâh Azza wa Jalla berfirman :


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ


Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu pasukan (musuh), maka berteguh hatilah dan sebutlah (nama) Allâh banyak-banyak (berzikir dan berdo’a) agar kamu beruntung.” [al-Anfâl/8:45]


Allâh Azza wa Jalla juga memerintahkan dzikir sesudah shalat :


فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ


Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allâh ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring…” [an-Nisâ’/4:103]


Yang dimaksud shalat pada ayat ini adalah shalat khauf (shalat pada saat takut). Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla berfirman :


فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا


Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sungguh shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” [an-Nisâ/4:103]


Allâh Azza wa Jalla juga memerintahkan berdzikir sesudah melaksanakan ibadah haji. Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka berdzikirlah (dengan menyebut) Allâh, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu…” [al-Baqarah/2:200]


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan juga berdzikir ketika kita sedang duduk atau berada di majelis,


مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ وَمَنِ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا لاَ يَذْكُرُ الله فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ


Barangsiapa duduk di suatu tempat, lalu tidak berdzikir kepada Allâh di dalamnya, pastilah dia mendapatkan kerugian dari Allâh, dan  barangsiapa yang berbaring dalam suatu tempat lalu tidak berdzikir kepada Allâh, pastilah mendapatkan kerugian dari Allâh."[6]


مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُ اللهَ فِيْهِ ، وَلَمْ يُصَلُّوْا عَلَى نَبِيِّهِمْ إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةً ، فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَلَهُمْ.


Apabila suatu kaum duduk di majelis, lantas tidak berdzikir kepada Allâh dan tidak membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , pastilah ia menjadi kekurangan dan penyesalan mereka. Maka jika Allâh menghendaki, Dia akan menyiksa mereka dan jika menghendaki, Dia akan mengampuni mereka.”[7]


مَامِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ فِيْهِ إِلاَّ قَامُوْا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً


Setiap kaum yang bangkit dari suatu majelis yang mereka tidak berdzikir kepada Allâh di dalamnya, maka selesainya majelis itu seperrti bangkai keledai dan hal itu menjadi penyesalan mereka (di hari Kamat)."[8]


Allâh Azza wa Jalla juga memerintahkan berdzikir dengan dzikir yang banyak pada saat mencari nafkah dan sesudah shalat jum’at. Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allâh dan ingatlah Allâh banyak-banyak agar kamu beruntung.” [al-Jumu’ah/62:10]


Pada ayat ini, Allâh Azza wa Jalla menggabungkan antara usaha mencari karunia (mencari nafkah) dengan banyak dzikir kepada-Nya. Oleh karena itu, ada hadits tentang keutamaan dzikir di pasar-pasar dan tempat-tempat melalaikan seperti dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,


مَنْ دَخَلَ السُّوْقَ فَقَالَ : لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ، لَهُ الْـمُلْكُ وَلَهُ الْـحَمْدُ يُحْيِـيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَ يَمُوْتُ بِيَدِهِ الْـخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ، كَتَبَ اللهُ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ ، وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ ، وَرَفَعَ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ دَرَجَةٍ


Barangsiapa memasuki pasar, sedang di dalamnya ada sesuatu yang diteriakkan dan diperjual-belikan kemudian berkata, ‘Tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allâh saja yang tidak ada sekutu bagi-Nya, kerajaan dan pujian milik-Nya. Dia menghidupkan, mematikan, Mahahidup, dan tidak mati. Seluruh kebaikan ada di Tangan-Nya dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,’ maka Allâh menulis baginya satu juta kebaikan, menghapus satu juta kesalahan darinya, dan mengangkat satu juta derajat baginya.[9]


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan keutamaan yang besar dalam berdzikir di pasar, karena pasar adalah tempat yang banyak orang berbohong, menipu, sumpah palsu, dan maksiat-maksiat lainnya. Abu Ubaidah bin Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu berkata, Selama hati seseorang berdzikir kepada Allâh, maka ia berada dalam shalat. Jika ia berada di pasar dia menggerakkan mulutnya, itu lebih baik.”[10]


*DZIKIR SIANG DAN MALAM*

Sebagaimana diketahui bahwa Allâh Azza wa Jalla mewajibkan kaum Muslimin berdzikir  kepada-Nya setiap siang dan malam sebanyak lima kali dengan cara mendirikan shalat pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Selain kelima shalat tersebut, Allâh Azza wa Jalla mensyari’atkan mereka berdzikir sebanyak-banyaknya. Allâh Azza wa Jalla mensyari’atkan shalat agar manusia berdzikir kepada-Nya (mengingat Allâh) dan juga Allâh Subhanahu wa Ta’ala mensyari’atkan shalat-shalat sunnah, dan mengisi waktu-waktunya dengan amal-amal yang wajib dan sunnah agar manusia senantiasa ingat kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Allâh Azza wa Jalla berfirman :


إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي


Sesungguhnya Aku ini adalah Allâh, tidak ada Ilah (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” [Thâha/20:14]


Allâh Azza wa Jalla juga berfirman yang artinya, Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-Qur‘ân) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allâh (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allâh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [al-‘Ankabût/29:45]


Hâfizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang tafsir ayat ini, Maksudnya, shalat itu mencakup dua hal : (pertama) meninggalkan berbagai kekejian dan kemungkaran, artinya mengerjakan shalat dengan rutin bisa mengantarkan kepada sikap meninggalkan hal-hal tersebut… (kedua) shalat mencakup pula upaya mengingat Allâh Subhanahu wa Ta’ala , inilah tuntutan terbesar”[11]


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan, Sesungguhnya dalam shalat terdapat (dua hal): (Pertama) menolak sesuatu yang dibenci-yaitu perbuatan keji dan mungkar-, dan (Kedua) mewujudkan sesuatu yang dicintai, yaitu dzikir (mengingat) Allâh Subhanahu wa Ta’ala .


Kemudian, tercapainya sesuatu yang dicintai ini lebih besar daripada menolak hal yang dibenci tersebut. Karena dzikirullâh adalah suatu ibadah yang semata-mata karena Allâh, dan ibadah hati kepada Allâh adalah tujuan inti yang diinginkan. Adapun tertolaknya kejelekan dari hati, maka hal itu dimaksudkan karena selain-Nya, yaitu sebagai penyerta saja.”[12]


Maksudnya apabila ia ikhlas dalam berdzikir dan sesuai dengan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga menimbulkan rasa takut kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , maka perbuatan keji dan munkar akan tertolak dari hatinya. Wallaahu a’lam.


Dzikir dengan lisan, disyariatkan di semua waktu dan disunnahkan di sebagian waktu dengan sunnah mu-akkadah (sunnah yang sangat ditekankan).


Dzikir-dzikir dilakukan dengan hati dan lisan. Hati mengagungkan Allâh Azza wa Jalla dan lisan melafadzkan dzikir-dzikir tersebut, dan anggota tubuh melaksanakan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla dan menahan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.


Misalnya, lafadz Lâ ilâha illallâh, seseorang yang mengucapkan lafadz ini harus tahu tentang makna Lâ ilâha illallâh, hatinya wajib meyakini bahwa Allâh satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi, semua sesembahan yang disembah oleh manusia adalah batil. Tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allâh. Kemudian seorang hamba wajib melaksanakan seluruh bentuk ibadah hanya kepada Allâh saja dan tidak boleh dipalingkan kepada selain Allâh.


Oleh karena itu, dzikir merupakan amal. Hal itu tampak ddalam al-Qur’ân, bagaimana amal-amal shalih itu senantiasa disertai dzikir.


Lâ ilâha illallâh yang merupakan syahadat adalah dzikir paling afdhal (utama).


Di antara waktu berdzikir yang ditekankan ialah berdzikir setelah shalat wajib lima waktu yaitu berdzikir sebanyak seratus kali. Dzikirnya berbentuk tasbih yaitu 33 x membaca سُبْحَانَ الله ,   tahmîd yaitu 33 x membaca  اَلْـحَمْدُلِلَّـه , takbir yaitu 33 x membaca اَللَّـهُ أَكْبَر,  dan ditutup dengan


لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، لَهُ الْـمُلْكُ وَلَهُ الْـحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.


Dzikir juga disunnahkan setelah shalat Shubuh dan shalat Ashar. Jadi, dzikir pagi disyariatkan setelah shalat Shubuh hingga matahari terbit. Dzikir sore disyari’atkan sesudah shalat Ashar hingga matahari terbenam. Kedua waktu ini adalah waktu siang yang paling baik untuk berdzikir. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kaum Muslimin berdzikir i kedua waktu tersebut. Allâh Azza wa Jalla berfirman :


وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا


Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang. [al-Ahzâb/33:42]


وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَأَصِيلًا


Dan sebutlah nama Rabbmu pada (waktu) pagi dan petang [al-Insân/76:25]


Juga firman-Nya, yang artinya, Dan sebutlah (nama) Rabb-mu banyak-banyak, dan bertasbihlah (memuji-Nya) pada waktu petang dan pagi hari.“ [Ali ‘Imrân/3:41]


Juga  firman-Nya, yang artinya, Allâh mewahyukan kepada mereka, ‘Bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang.’“ [Maryam/19:11]


Juga firman-Nya, yang artinya, Maka bertasbihlah kepada Allâh pada petang hari dan pada pagi hari (waktu subuh).”[ar-Rûm/30:17]


Juga firman-Nya, yang artinya, Dan bertasbihlah seraya memuji Rabbmu pada waktu petang dan pagi.” [Ghâfir/40:55]


Dan masih banyak lagi ayat-ayat lainnya.


Dzikir yang paling baik yang dikerjakan di kedua waktu tersebut ialah sesudah shalat Shubuh dan shalat Ashar yang merupakan shalat paling utama, shalat Ashar yang disebut juga shalat wustha. Barangsiapa yang menjaga kedua shalat tersebut (Shubuh dan Ashar), maka ia masuk Surga. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْـجَنَّةَ


Barangsiapa yang menjaga kedua shalat (Shubuh dan Ashar) maka ia masuk Surga."[13]


Dzikir pagi sesudah shalat Shubuh dan dzikir sore sesudah shalat Ashar. Dzikir di kedua waktu ini lebih baik dari amal lainnya, kemudian sesudah (berdzikir) itu membaca al-Qur’ân. Dzikir-dzikir dan do’a-do’adi pagi dan sore hari yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak sekali."[14]


Waktu lainnya setelah kedua waktu tersebut ialah malam hari. Oleh karena itu, tasbih dan shalat malam hari disebutkan di al-Qur’ân setelah kedua waktu tersebut.


Jika setelah shalat Isya’ ia ingin tidur, ia disunnahkan tidur dalam keadaan suci dan berdzikir. Ia bertasbih, bertahmid, bertakbir, sebanyak seratus kali seperti diajarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu dan Fathimah Radhiyallahu anhuma. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh keduanya berbuat seperti itu jika hendak tidur, dilanjutkan dengan dzikir-dzikir menjelang tidur yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dzikir-dzikir menjelang tidur itu bervariasi, misalnya membaca al-Qur’ân, dan berdizkir kepada Allâh. Setelah itu, ia baru tidur."[15]


Jika ia bangun di tengah malam dan berubah posisi di ranjangnya, hendaklah ia berdzikir kepada Allâh Azza wa Jalla setiap kali ia berubah posisi. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang bangun dari tidurnya kemudian berkata :


لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، لَهُ الْـمُلْكُ وَلَهُ الْـحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْـحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ


Tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allâh saja yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Kerajaan dan pujian milik-Nya, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maha Suci Allâh, segala puji bagi Allâh, tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allâh, Allâh Maha Besar, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan Allâh


، ثُمَّ قَالَ : رَبِّ اغْفِرْلِيْ ، أَوْ قَالَ : ثُمَّ دَعَا اسْتُجِيْبَ لَهُ ، فَإِنْ عَزَمَ وَتَوَضَّأَ ، ثُمَّ صَلَّى قُبِلَتْ صَلاَتَهُ .


Kemudian berkata, ‘Ya Allâh, ampunilah aku,’ atau beliau bersabda, kemudian ia berdo’a-, maka do’anya dikabulkan. Jika ia berwudhu kemudian shalat, maka shalatnya diterima.”[16]


Seorang suami bangun untuk shalat malam kemudian dia membangunkan istrinya untuk shalat maka keduanya termasuk orang yang banyak berdzikir . Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


إِذَا أَيْقَظَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّيَا –أَوْ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَمِيْعًا- كُتِبَ مِنَ الذَّاكِرِيْنَ الله كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتِ.


Apabila seorang suami membangunkan istrinya di malam hari, lalu keduanya shalat atau masing-masing melakukan shalat dua rakaat- maka keduanya dicatat sebagai laki-laki dan wanita yang banyak mengingat Allâh.["17]


Kemudian selesai tahajjud dan witir hendaknya beristighfar pada waktu sahur, karena Allâh Azza wa Jalla memuji orang-orang yang beristighfar di waktu sahur.


الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ


 (Juga) orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang menginfakkan hartanya, dan orang yang memohon ampunan pada waktu sebelum fajar. [Ali ‘Imrân/3:17]


Jika fajar telah terbit, ia mengerjakan shalat sunnah dua rakaat kemudian mengerjakan shalat Shubuh. Setelah itu, ia sibuk dengan dzikir yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai matahari terbit seperti telah disebutkan.


Barangsiapa kondisinya seperti itu, maka lidahnya tidak henti-hentinya basah oleh dzikir kepada Allâh Azza wa Jalla . Ia berdzikir ketika hendak tidur, ketika badan berbolak-balik di tempat tidur, kemudian mulai berdzikir lagi ketika bangun tidur. Ini bukti kebenaran cinta kepada Allâh Azza wa Jalla .


Dan urusan agama dan dunia yang pertama kali dikerjakan seseorang di pertengahan malam dan siang, maka sebagian besar darinya disyariatkan dzikir dengan nama Allâh. Dzikir dengan nama Allâh dan memuji-Nya disyariatkan ketika ia makan, minum, berpakaian, melakukan hubungan suami-istri, masuk rumah, keluar rumah, masuk dan keluar kamar mandi, naik kendaraan, menyembelih, dan lain sebagainya.


Ia disyariatkan memuji Allâh Azza wa Jalla ketika bersin, berlindung dan memohon keselamatan ketika melihat orang-orang yang diuji dalam agama dan dunia, mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang Muslim, menjenguk dan mendo’akan mereka ketika sakit, memuji Allâh Azza wa Jalla ketika mendapatkan nikmat baru yang ia sukai dan hilangnya sakit yang dibencinya. Yang paling sempurna dari itu semua adalah ia memuji Allâh pada saat suka, duka, krisis, dan dapat rezeki. Jadi ia memuji Allâh dalam semua keadaan dan kondisi.


Ia disyariatkan berdzikir dan berdo’akepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala ketika masuk pasar, mendengar suara kokok ayam di malam hari, mendengar petir, hujan turun, angin bertiup kencang, melihat bulan, dan melihat pohon pertama kali berbuah.


Ia juga disyari’atkan berdzikir dan berdo’a kepada Allâh ketika sakit, mendapatkan musibah, ketika akan keluar untuk bepergian, berhenti di tempat-tempat dalam perjalanannya dan ketika tiba dari perjalanan dan dzikir-dzikir lainnya.


Ia disyariatkan berlindung  kepada Allâh ketika marah, melihat sesuatu yang tidak disukainya di dalam mimpinya, mendengar suara anjing dan keledai di malam hari.


Ia disyariatkan istikhârah (meminta pilihan) kepada Allâh ketika menginginkan sesuatu yang ia belum memiliki pilihan di dalamnya.


Seorang Muslim diwajibkan oleh Allâh Azza wa Jalla untuk segera bertaubat kepada-Nya dan istighfar dari seluruh dosa, dosa-dosa besar maupun kecil. Allâh Azza wa Jalla berfirman :


وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ


Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzhalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allâh, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allâh ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” [Ali ‘Imrân/3:135]


Barangsiapa melakukan dzikir mulai bangun tidur sampai ia tidur kembali, dan ia melakukan semua itu dengan konsisten, ikhlas dan ittiba’ kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka lidahnya akan terus menerus basah oleh dzikir kepada Allâh dalam semua kondisi.


Seorang Mukmin hendaknya menggunakan waktunya sebaik mungkin untuk beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla, berdo’a, berdzikir, mencari nafkah, menuntut ilmu, dan lainnya. Dan yang paling mudah yaitu berdzikir kepada Allâh Azza wa Jalla , karena seorang Mukmin dapat berdzikir dimana saja dan kapan saja bisa dilakukan ketika ia berjalan, berkendaraan, naik bis, kereta, ketika menunggu bis dan kereta atau angkutan umum. Lisan ini harus selalu basah dengan berdzikir kepada Allâh Azza wa Jalla pada setiap waktu dan hal ini mudah dan ringan, bisa dilakukan oleh setiap Mukmin dan Mukminah. Bahkan seorang mukminah dia bisa berdzikir ketika menggendong anaknya, menyusui anaknya, atau ketika masak dan lainnya.


*KEUTAMAAN DZIKIR*

Dengan dzikir, hati akan menjadi tenang. Allâh Azza wa Jalla berfirman :


الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ


(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allâh. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allâh hati menjadi tentram. [ar-Ra’d/13:28]


Diriwayatkan dari Abu Darda’ Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


أَلاَ أُُنَبِّئُكُمْ بِخَيرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيْكِكُمْ وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالوَرِقِ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوْا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوْا أَعْنَاقَكُمْ ؟  قَالُوْا : بَلىَ يَا رَسُوْلَ اللهِ ! قَالَ :  ذِكْرُاللهِ تَعَالَى 


Maukah kamu aku tunjukkan amalan yang terbaik dan paling suci di sisi Rabbmu, dan paling mengangkat derajatmu, lebih baik bagimu daripada menginfakkan emas dan perak, dan lebih baik bagimu daripada bertemu dengan musuhmu lantas kamu memenggal lehernya atau mereka memenggal lehermu? Para sahabat yang hadir berkata, Mau wahai Rasûlullâh!” beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dzikir kepada  Allâh Yang Maha Tinggi.”[18]


Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu anhu , Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ ، مَثَلُ الْـحَيِّ وَ الْـمَيِّتِ


Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabbnya dan orang yang tidak berdzikir kepada Rabbnya adalah seperti perbedaan antara orang yang hidup dengan orang yang mati[19]


*FAEDAH ATAU MANFAAT DZIKIR (MENGINGAT ALLAH AZZA WA JALLA)*

Manfaat dzikir kepada Allâh Azza wa Jalla banyak sekali, di antaranya yaitu:


1. Mengusir setan, menundukkan dan mengenyahkannya.


2. Menghilangkan kesedihan dan kemuraman dari hati.


3. Mendatangkan kegembiraan dan kesenangan dalam hati.


4. Melapangkan rizki dan mendatangkan barakah.


5. Membuahkan ketundukan, yaitu berupa kepasrahan diri kepada Allâh dan kembali kepada-Nya. Selagi dia lebih banyak kembali kepada Allâh dengan cara berdzikir, maka dalam keadaan seperti apapun dia akan kembali kepada Allâh dengan hatinya, sehingga Allâh menjadi tempat mengadu dan tempat kembali, kebahagiaan dan kesenangannya, tempat bergantung tatkala mendapat bencana dan musibah.


6. Membuahkan kedekatan kepada Allâh Azza wa Jalla . Seberapa jauh dia melakukan dzikir kepada Allâh, maka sejauh itu pula kedekatannya kepada Allâh, dan seberapa jauh ia lalai melakukan dzikir, maka sejauh itu pula jarak yang memisahkannya dari Allâh.


7. Membuat hati menjadi hidup. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Dzikir bagi hati sama dengan air bagi ikan, maka bagaimana keadaan yang akan terjadi pada ikan seandainya berpisah dengan air??? “


8. Membersihkan hati dari karatnya, karena segala sesuatu ada karatnya dan karat hati adalah lalai dan hawa nafsu. Sedang untuk membersihkan karat ini adalah dengan taubat dan istighfar.


9. Hamba yang mengenal Allâh, dengan cara berdo’adan berdzikir saat lapang, maka Allâh akan mengenalnya disaat ia menghadapi kesulitan.


10. Menyelamatkannya dari adzab Allâh sebagaimana yang dikatakan Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu dan dia memarfu’kannya ” Tidak ada amal yang dilakukan anak Adam yang lebih menyelamatkannya dari adzab Allâh, selain dari dzikir kepada Allâh Azza wa Jalla “.[20]


11. Menyebabkan turunnya ketenangan, datangnya rahmat dan para Malaikat mengelilingi orang yang berdzikir, sebagaimana yang disabdakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .


12. Menyibukkan lisan dari melakukan  ghibah, adu domba, dusta, kekejian dan kebathilan.

Sudah selayaknya bagi seorang hamba untuk berbicara yang baik, jika bicaranya bukan dzikir kepada Allâh, tetapi berupa hal-hal yang diharamkan ini, maka tidak ada yang bisa menyelamatkannya kecuali dengan dzikir kepada Allâh.


Cukup banyak pengalaman dan kejadian yang membuktikan hal ini. Siapa yang membiasakan lidahnya untuk berdzikir, maka lidahnya lebih terjaga dari kebathilan dan perkataan yang sia-sia. Namun siapa yang lidahnya tidak pernah mengenal dzikir, maka kebathilan dan kekejian banyak terucap dari lidahnya.


13. Dzikir memberikan rasa aman dari penyesalan di hari kiamat. Karena majlis yang didalamnya tidak ada dzikir kepada Allâh, maka akan menjadi penyesalan bagi pelakunya pada hari kiamat.


14. Dzikir merupakan ibadah yang paling mudah, namun paling agung dan paling utama. Sebab gerakan lidah merupakan gerakan anggota tubuh yang paling ringan dan paling mudah. Andaikan ada anggota tubuh lain yang harus bergerak, seperti gerakan lidah selama sehari semalam, tentu ia akan kesulitan melaksanakannya dan bahkan tidak mungkin.[21]


Mudah-mudahan Allâh Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk dari hamba-hamba yang ikhlas dan banyak berdzikir yang sesuai dengan sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat.

Rukun-Rukun Tauhid Rububiyyah*

 *Syarah Rukun Iman - Iman Kepada Allah 2 - Tauhid Rububiyah 2*

https://bekalislam.firanda.com/4736-urgensi-tauhid-rububiyyah-tauhid-rububiyyah-1.html 


Artikel ini penggalan dari Buku Syarah Rukun Iman Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.

https://bekalislam.firanda.com/syarah-rukun-iman


*


الْخَلْقُ* 

*1 (penciptaan)*

Dalil umum, bahwa Allah adallah Sang Pencipta


اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ


“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (QS al-Zumar: 62)


هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ


“Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada yang berhak disembah kecuali Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan).” (QS Fathir: 3)


*Dalil spesifik,*


Allah yang menciptakan tumbuh-tumbuhan,


سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ


“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS Yasin: 36)


Allah yang menciptakan hewan,


وَالْأَنْعَامَ خَلَقَهَا ۗ لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ


“Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan.” (QS al-Nahl : 5)


Allah yang menciptakan manusia,


خَلَقَ الْإِنسَانَ مِن صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ


“Dia (Allah) menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.” (QS al-Rahman: 14)


Allah yang menciptakan jin,


وَخَلَقَ الْجَانَّ مِن مَّارِجٍ مِّن نَّارٍ


“Dan Dia (Allah) menciptakan jin dari nyala api.” (QS al-Rahman: 15)


Oleh karena itu, di antara konsekuensi tauhid Rububiyyah adalah meyakini bahwa tidak ada yang mencipta melainkan Allah. Allah telah menantang siapapun, adakah yang sanggup mencipta seperti ciptaan Allah? 

Allah berfirman,


يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَن يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ ۖ وَإِن يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَّا يَسْتَنقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ


“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” (QS al-Hajj: 73)


هَٰذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِن دُونِهِ ۚ بَلِ الظَّالِمُونَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ


“Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.” (QS Luqman: 11)


قُلْ أَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ ۖ


“Katakanlah: ‘Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah; perlihatkan kepada-Ku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam (penciptaan) langit?’” (QS al-Ahqaf: 4)


Dalam hadis Qudsi, Allah juga menyampaikan tantangan:


وَمَنْ أَظْلَمَ مِمَّنْ ذَهَبَ يَخْلُقُ خَلْقًا كَخَلْقِيْ فَلْيَخْلُقُوْا ذَرَّةً أَوْ لِيَخْلُقُوْا حَبَّةً أَوْ لِيَخْلُقُوْا شَعِيْرَةً


“Siapa yang lebih zalim dari orang yang bermaksud mencipatakan sesuatu seperti ciptaan-Ku? Coba saja mereka menciptakan sebutir dzarrah, atau coba saja mereka menciptakan sebutir biji, atau coba saja mereka menciptakan sebutir gandum.”([4])


الْمُلْكُ* 

*2. (kepemilikan)*


*Dalil umum*


تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ


“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS al-Mulk : 1)


وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ


“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS al-Maidah: 17)


لِّلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ يَهَبُ لِمَن يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَن يَشَاءُ الذُّكُورَ


“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS al-Syura: 49)


*Dalil spesifik*


قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ


“Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa memiliki pendengaran dan penglihatan.’” (QS Yunus: 31)


مَلِكِ النَّاسِ


“Raja manusia.” (QS al-Nas: 2)


Apapun yang ada di alam alam semesta ini adalah milik Allah. Oleh karena itu, ketika ditimpa musibah kita mengatakan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, bahw kita adalah milik Allah dan kepada-Nya kita kembali.


Allah berfirman,


ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ ۚ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِيرٍ


“Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.” (QS Fathir: 13)


Qithmir adalah selaput tipis yang menyeliputi biji kurma. Yang bahkan setipis itu tidak ada yang kuasa menciptakannya selain Allah. Manusia hanya bisa menanam, itupun bijinya adalah ciptaan Allah, tanahnya ciptaan Allah, air untuk menyiraminya juga ciptaan Allah, semua itu hakikatnya adalah milik Allah.


Dalam ayat yang lain Allah menegaskan akan kepemilikan-Nya secara menyeluruh, Allah berfirman,


قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِ اللَّهِ ۖ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِن شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُم مِّن ظَهِيرٍ، وَلَا تَنفَعُ الشَّفَاعَةُ عِندَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ ۚ


“Katakanlah: ‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah. Mereka tak memiliki kekuasaan seberat dzarrah di langit maupun di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu andil apapun dalam (penciptaan) langit dan bumi, dan sama sekali tidak ada di antara mereka menjadi pembantu bagi-Nya. Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah, kecuali bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu.’” (QS Saba`: 22-23)


Kaum musyrik menyembah selain Allah karena ingin mendapat manfaat dari sesembahannya. 

Sementara manfaat itu bisa didapatkan dari empat jenis:


*● Tuhan Yang menciptakan alam semesta*


Artinya jika ada zat yang menciptakan alam semesta tentu ia berhak untuk disembah. Namun kaum musyrik sadar bahwa sesembahan-sesembahan mereka tidak menciptakan alam semesta. Ini berarti bahwa sesembahan mereka tidak memiliki alam semesta sama sekali. Konsekuensinya, sesembahan mereka tidak pantas untuk diibadahi, karena tidak memiliki sedikitpun dari alam semesta ini, sehingga tidak bisa memberikan apapun.


*● Yang memiliki saham dari sebagian alam semesta.*


Sesembahan mereka jelas tidak ikut menciptakan alam semesta, tapi sekiranya memiliki saham dalam kepemilikan alam semesta maka penyembahan itu masih berdasar. Saham kepemilikan tersebut bisa dengan punya andil dalam penciptaan alam semesta, atau saham tersebut diberikan secara cuma-cuma oleh Allah. Namun kenyataannya keduanya tidak terjadi. Dengan demikian, sesembahan-sesembahan tersebut tidak berhak disembah, karena tidak ada manfaat yang bisa diharapkan dari mereka.


*● Yang ikut mengatur alam semesta*


Jika sesembahan tersebut tidak memiliki sedikitpun dari alam semesta, juga tidak memiliki saham sama sekali, tapi sekiranya ia diizinkan ikut serta “membantu” Tuhan dalam mengatur alam semesta, maka penyembahan terhadapnya masih berdasar, karena ada kemaslahatan yang masih bisa diharapkan. Namun kenyataannya Allah mengatur alam semesta tanpa bantuan siapapun. Adapun para malaikat semuanya tunduk di bawah perintah Allah.


*● Yang bisa memberi syafaat*


Setelah 3 poin di atas tidak terpenuhi, sekiranya sesembahan tersebut bisa memberi syafaat di sisi Allah secara langsung tanpa izin Allah, seperti halnya semisal menteri yang bisa langsung memberi syafaat di sisi raja untuk kemanfaatan rakyat, maka penyembahan tersebut masih berdasar. Namun ternyata hal ini pun tidak berlaku di sisi Allah. Sebab tidak ada yang bisa memberi syafaat -sedari awal- kecuali dengan izin Allah. Beda halnya dengan para menteri yang bisa memberi syafaat karena mereka dibutuhkan oleh raja, serta mereka punya andil dalam menjalankan pemerintahan. Adapun Allah maka Allah tidak butuh siapapun dalam mengatur alam semesta.


Dengan demikian, sesembahan tersebut sama sekali tidak berhak untuk disembah.


التَّدْبِيْرُ 

*3. (pengaturan)*


Tadbir terdiri atas tiga poin utama:


تَسْيِيْرُ نِظَامِ الْكَوْنِ (menjalankan aturan alam semesta)الْقَدَرُ فِي قِسْمَةِ الأَرْزَاقِ وَالأَعْمَارِ وَالْهَيْئَاتِ وَنَحْوِ ذَلِكَ(menetapkan/membagi umur, rezeki, kondisi, rupa, dll)الْبَعْثُ وَالنُّشُوْرِ (hari kebangkitan)


Hanya Allah yang mengatur ketiga hal di atas.

Dalil bahwa Allah yang menjalankan alam semesta diantaranya adalah firman Allah,


إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ


“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS Ali ‘Imran: 190)


خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ ۖ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ ۖ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُّسَمًّى ۗ أَلَا هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ


“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS al-Zumar: 5)


لَا الشَّمْسُ يَنبَغِي لَهَا أَن تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ


“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS Yasin: 40)


Dalil bahwa Allah yang membagi-bagi rezeki, umur, bangsa, dan warna kulit di antaranya adalah firman Allah,


وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ ۚ


“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.” (QS al-Rum: 22)


Allah mengatur seluruh makhluk di alam semesta secara detail tanpa terkecuali. 

Allah berfirman,


أَفَمَنْ هُوَ قَائِمٌ عَلَىٰ كُلِّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ ۗ وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ قُلْ سَمُّوهُمْ ۚ


“Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya)? Mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah. Katakanlah: ‘Sebutkanlah sifat-sifat mereka itu.’” (QS al-Ra’d: 33)


Para raja di dunia tidak bisa mengatur seluruh rakyatnya. Mereka hanya bisa mengatur menteri-menterinya. Itu pun tidak setiap saat, apalagi dengan pengaturan yang sangat detail. Berbeda dengan Allah yang mampu mengatur setiap makhluknya tanpa terkecuali, setiap saat dan dengan sangat detail. 

Allah berfirman,


وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ


“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS al-An’am: 59)


Kalau daun yang jatuh, yang ia tidak dikenai beban syarak, pun diketahui oleh Allah secara detail, maka apalagi manusia yang perbuatan-perbuatannya dinilai secara syarak. Jangankan manusia, hewan saja Allah atur rezekinya. 

Allah berfirman,


وَكَأَيِّن مِّن دَابَّةٍ لَّا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ


“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS al-‘Ankabut : 60)


Ingatlah bahwa Allah mengatur segala sesuatu secara detail. Jika diperhatikan, betapa banyak keinginan-keinginan manusia itu yang bahkan hanya terbesit di hatinya tetapi dikabulkan oleh Allah. Itu adalah salah satu bentuk rububiyyah Allah. Karenanya, rububiyyah Allah ada 2:


الرُّبُوْبِيَّةُ الْعَامَّةُ(rububiyyah/tarbiyah umum) yaitu Allah mengatur semua alam semesta secara detail


الرُّبُوْبِيَّةُ الْخَاصَّةُ (rububiyyah/tarbiyah khusus) yaitu allah memelihara/memperhatikan dengan perhatian tambahan yang khusus dan spesifik kepada hamba-hamba-Nya yang special


Allah berfirman,


فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ، قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ، رَبِّ مُوسَىٰ وَهَارُونَ


“Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud (kepada Allah), mereka berkata: ‘Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, (yaitu) Tuhan Musa dan Harun.’” (QS al-Syu’ara: 46-48)


Kalimat رَبِّ الْعَالَمِينَ adalah bentuk tarbiyah umum dimana Allah men-tarbiyah seluruh alam semesta. Sedangkan kalimat رَبِّ مُوسَىٰ وَهَارُونَ adalah bentuk tarbiyah khusus, yaitu Allah punya perhatian special kepada Musa dan Harun. ([5]) Oleh karena itu, seseorang yang bertakwa kepada Allah, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya, Allah akan mengurusinya dan memberinya perhatian secara khusus. Allah tidak akan menyamakan antara  orang beriman dan orang yang tidak beriman, orang yang ikhlas dan orang yang tidak ikhlas.


Dalam ayat yang lain, ketika Allah memerintahkan agar Musa dan Harun mendakwahi Fir’aun lalu mereka berdua takut, Allah pun menenangkan mereka dan mengatakan,


قَالَ لَا تَخَافَا ۖ إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَىٰ


“Allah berfirman: ‘Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.’” (QS Thaha: 46)


Yakni, Allah membersamai mereka dan memperhatikan mereka secara khusus.


Oleh karena itu, hendaknya setiap orang berusaha mendapatkan tarbiyah Allah yang khusus, dengan cara bertakwa kepada Allah. Ia meyakini bahwa Allah maha mengetahui setiap kata-kata dalam hatinya, ia bermuamalah dengan Allah seakan-akan melihat Allah, dan seterusnya.

—----

([4]) HR Muslim no. 2111.


Dalam hadis ini Allah menamakan perbuatan orang yang membentuk patung dengan خَلَقَ, dan hukumnya adalah terlarang karena meniru ciptaan Allah. Jadi خَلَقَ di sini maknanya صَوَّرَ yaitu “membentuk”.


Demikian pula yang disebutkan dalam al-Quran bahwasanya Nabi Isa álaihis salam خَلَقَ, maka bukanlah maksudnya mencipta akan tetapi membentuk. Allah berfirman:


وَإِذْ تَخْلُقُ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ بِإِذْنِي فَتَنْفُخُ فِيهَا فَتَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِي


“Dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku.” (QS al-Maidah: 110)


وَرَسُولًا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ اللَّهِ


“Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): ‘Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah.’” (QS Ali ‘Imron: 49)


Yang dimaksud dengan “membuat” di sini adalah  “membentuk”. Hal itu bisa dilakukan oleh siapa saja. Keistimewaannya adalah ditiupkannya ruh di patung burung tersebut dengan izin Allah. Namun Nabi ísa tidaklah dikatakan sebagai pencipta dan Allah tidak menamakannya “pencipta” karena ia hanya membuat satu benda yang khusus saja yaitu burung, itu pun dengan izin Allah Ta’ala. Lihat penjelasan Ibnu Taimiyyah dalam al-Jawab al-Shahih, vol. IV, hlm. 42-48.


([5]) Majmu’ al-Fatawa, vol. V, hlm. 105, dan al-Fatawa al-Hamawiyyah al-Kubra, hlm. 523

Ada empat macam manusia 

 📝🇲🇨


#Macammacammanusia #Cara__Menyikapi 



1. Orang yang mengerti dan sadar bahwa ia mengerti ilmu agama (walaupun bukan "ulama';). Maka ia adalah orang alim --walaupun dengan ilmu yang sedikit, asal dapat dipertanggungjawabkan--,  maka I K U T I lah orang itu.


2. Orang yang mengerti ilmu agama namun ia tidak mengerti; tidak sadar bahwa ia sebenarnya memiliki ilmu agama. Ia bagaikan orang yang tidur. Maka B A N G U N kan; sadarkan; beri semangat agar ia melakukan kewajiban mengajar kepada yang lain. 


3. Orang yang tidak mengetahui ilmu agama namun dia sadar bahwa ia tidak tau, maka sebenarnya ia sedang membutuhkan petunjuk orang berilmu. T U N T U N lah ia pada jalan petunjuk. 

Antar kan pada orang alim agar mau dan semangat mengaji. 


4. Orang yang tidak mengerti ilmu agama sama sekali dan ia tidak sadar akan ketidaktahuannya. Orang ini seumpama syaitan. Maka hendaknya J A U H I lah orang semacam itu; jangan dijadikan panutan.


قال الشيخ عبد الباسط الفاخوري  رحمات الله عليه : 


الرجال أربع 

رجل يدري ويدري أنه يدري فهو عالم فاتبعوه 

رجل يدري ولا يدري أنه يدري فهو نائم فأيقظوه 

رجل لا يدري ويدري أنه لايدري فهو مسترشد فأرشدوه 

ورجل لا يدري ولا يدري أنه لا يدري فهو شيطان فاجتنبوه 


#Sadar__itu #Penting 


🌹🇲🇨

GOLONGAN YANG MENDAPAT SYAFA'AT

 ﺑِﺴْــــــــــــــﻢِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَٰﻦِ الرَّحِيْمِ 

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ




Semoga kita termasuk yang akan mendapatkan syafaat...


Berikut ini diantara golongan orang-orang yang mendapat syafa'at di Hari Kiamat sebagaimana disebutkan di beberapa hadits Rasulullah Shalallahu alaihi Wassalam. Adapun mereka yang mendapat syafaat adalah orang-orang ketika di dunia mengerjakan kebajikan. 


1.Orang yang Mengucap La ilaha Illallah dengan Ikhlas Nabi صلى الله عليه وسلم pernah ditanya: "Siapakah orang yang paling bahagia dengan syafa'atmu pada hari Kiamat ?" Nabi menjawab : 


أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ 


"Yang paling berbahagia dengan syafa'atku nanti pada hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan 'Laa ilaahaa illallaah' dengan ikhlas dari hatinya atau dirinya." (HR. Al-Bukhari No. 99, hadits dari Abu Hurairah) 


2. Sering Membaca Al-Qur'an


 اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ 


"Bacalah Al-Qur'an, karena ia akan datang pada hari Kiamat nanti memberi syafa'at bagi yang membaca dan mengamalkannya." (HR. Muslim No. 804, hadits dari Abu Umamah) 


3. Orang yang Banyak Bersholawat kepada Nabi


 أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً 


"Orang yang paling berhak mendapatkan syafa'atku pada hari Kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku." (HR. At-Tirmidzi No. 484, Hadits dari Ibnu Mas’ud) 


4. Membaca Surah Al-Baqarah dan Ali Imran


 اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ : الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ؛ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا 


"Bacalah dua bunga, yaitu Surah Al-Baqarah dan Ali ‘Imran. Karena keduanya akan datang pada hari Kiamat seakan-akan keduanya dua awan besar atau dua kelompok besar dari burung yang akan membela orang-orang yang senantiasa rajin membacanya." (HR. Muslim 804, hadits dari Abu Umamah) 


5. Membaca Surah Al-Mulk


 إِنَّ سُورَةً فِي الْقُرْآنِ ثَلَاثِينَ آيَةً شَفَعَتْ لِصَاحِبِهَا حَتَّى غُفِرَ لَهُ: تَبارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ 


"Sesungguhnya ada sebuah surat di dalam Al-Qur'an yang terdiri dari 30 ayat, yang akan memberi syafa'at kepada seseorang sehingga dia pun diampuni. Dan surah itu adalah Tabaarokalladzii biyadihil Mulk (surah al-Mulk [67])" (HR. Abu Dawud no.1400, at-Tirmidzi no. 2891, Ibnu Majah no. 3786, Ahmad XV/129, dan al-Hakim I/565, hadits dari Abu Hurairah) 


6. Sering Menjalankan Puasa Sunnah


 ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ ﻭَﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ ﻳَﺸْﻔَﻌَﺎﻥِ ﻟِﻠْﻌَﺒْﺪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ، ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ : ﺃَﻱْ ﺭَﺏِّ، ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ ﻭَﺍﻟﺸَّﻬَﻮَﺍﺕِ ﺑِﺎﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ : ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻴُﺸَﻔَّﻌَﺎﻥِ 


"Amalan puasa dan juga membaca Al-Qur'an akan memberi syafa'at bagi seorang hamba nanti di hari Kiamat. Puasa pun berkata: "Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makan dan syahwat pada siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafa'at kepadanya". Dan Al-Qur'an pun berkata: "Aku menahannya dari tidur pada waktu malam hari, maka izinkanlah aku memberi syafa'at kepadanya", maka keduanya pun diizinkan utk memberi syafa'at" (HR. Ahmad no. 6626, ath-Thabrani 14/72 no. 14672 serta al-Hakim no. 2036, hadits dari Ibnu 'Amr) 


Semoga kita semua mendapatkan Syafaat di akhirat kelak… Aamiin

Sabtu, 18 Juni 2022

 6 ALASAN MENCARI TEMAN YANG SHALEH



: يقول ابن القيم رحمه الله

مجالسة الصالحين تحولك من ستة إلى ستة

1- من الشك إلى اليقين

2- ومن الرياء إلى الإخلاص

3- ومن الغفلة إلى الذكر

4- ومن الرغبة في الدنيا إلى الرغبة في الآخرة

5- ومن الكبر إلى التواضع

6- ومن سوء النية إلى النصيحة


Imam ibnul qayyim rahimahullah berkata :

"Berkumpul dengan orang-orang yang sholeh akan mengubahmu dari enam hal kepada enam hal :

1. Dari keraguan (dalam perkara agama) menjadi yakin.

2. Dari sikap riya' menjadi ikhlas dalam beribadah.

3. Dari lalai untuk berdzikir menjadi senantiasa berdzikir.

4. Dari ambisius dunia menjadi cinta akhirat.

5. Dari sifat sombong menjadi penuh tawadhu'.

6. Dari niat yang buruk dalam berbicara menjadi senantiasa ikhlas memberi nasihat.


Ya Allah anugerahkanlah kepada kami teman-teman yang sholeh, yang mengajak kami pada kebaikan bukan yang mengajak kemaksiatan. Aamiin Ya Rabbal 'Aalamiin🤲🤲🤲

ILMU DUNIA DAN AKHIRAT

 


1. SUBUH

Di Ibu Jari. Menandakan Sholat Subuh Menandakan Ibu Dari Pada Semua Sholat Dan Yang Paling Berat Untuk Di Lakukan Dan Yang Paling Besar Pahalanya


2. ZUHUR

Di Jari Telunjuk. Menandakan Sholat Zuhur Adalah Sholat Yang Di Kerjakan Pada Waktu Dimana Manusia Sibuk Bekerja Dan Demi Kebutuhan Hidupnya


3. ASAR

Di Jari Tengah. Menandakan Sholat ini Adalah Paling Utama Dan Paling Tinggi Dari Sholat Yang Lainnya


4. MAGRIB

Di Jari Manis. Menandakan Sholat ini Paling Disukai Untuk Dikerjakan. Karena Manusia Dalam KeAdaan Santai Bersama Keluarga


5. ISYA

Di Jari Kelingking. Menandakan Manusia Yang Sering Meremehkan Sholat Isya. Bahkan Sampai Tertidur. Padahal Sholat ini Memiliki Manfaat Yang Sangat Besar


SEMOGA BERMANFAAT

Selasa, 14 Juni 2022

*7 TANDA HATI SUDAH MATI*

 



*1. Berani Meninggalkan Sembahyang/ Shalat.*


 Sembahyang lima waktu wajib dilakukan sepanjang hayat dan sengaja meninggalkan satu sembahyang saja pun maka dosanya sangat besar dan bergelar ia dengan nama fasiq. Orang yang tidak sembahyang akan diazab di dalam kubur, di padang mahsyar dan di dalam neraka. Orang yang telah mati hatinya tidak merasa bimbang sedikit pun dengan azab yang sedang menungggunya.


*2. Merasa Tenang Walaupun Setiap Hari Melakukan Dosa*


Firman Allah :


كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوْبِهِمْ مَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ


Artinya: “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya segala dosa yang selalu mereka lakukan telah menutup hati mereka.” (Al-Muthaffifin : 14)


*3. Jauh Dari Al-Qur'an*


Tidak ada masa dalam hidupnya untuk membuka Quran, membaca dan memerhatikan maknanya. Sepanjang masa sibuk dengan perkara lain yang dianggap lebih baik dari membuang masa membaca dan memerhatikan makna Al-Quran.


Firman Allah :


أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا 


Artinya: “Maka kenapakah mereka tidak mau memerhatikan Al-Qur'an bahkan hati mereka sebenarnya telah terkunci.” (Muhammad : 24)


*4. Tidak Ada Masa Memikirkan Perkara Agama*


Firman Allah :


أُولَئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ


Artinya: "Mereka itulah orang-orang yang hati mereka,  telinga mereka dan mata mereka telah dikunci oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang lalai” ( An-Nahl : 108)


*5. Hidupnya Hanyalah Membuat Sangkaan Buruk Kepada Orang Dan Mencari Salah Orang*


Firman Allah :


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا 


Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman. Tinggalkan perangai suka sangka buruk kerana sangka buruk itu adalah dosa dan jangan kamu mencari-cari salah orang lain.” (Al-Hujurat : 12)


*6. Tidak Suka Mendengar Nasihat*


Firman Allah :


وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (١٧٩


Artinya:  “ Dan sungguhnya akan Kami isikan dalam neraka Jahanam kebanyakan dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka seperti binatang bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai dari mendengar kebenaran.” (Al-A’raf : 179)


*7.Tidak Takut Dengan Mati dan Azab Kubur*


Firman Allah :


وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ


Artinya: "Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya (mereka berkata), “Wahai Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal solih. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin (tetapi mereka sudah terlambat)." (As-Sajadah  : 12)


Wallahu A'lam.


(Muhasabah diri )

Rabu, 08 Juni 2022

Apapun keadaanmu, banyak-banyaklah BERSYUKUR kepada ALLAH*

 بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم



*


* 1️⃣ Syukur adalah sifat orang beriman.*


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,


عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ؛ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ


“*Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya” *

(HR. Muslim no.7692).


*2️⃣ Syukur merupakan sebab datangnya ridha Allah.*


Allah ta’ala berfirman,


وإن تشكروا يرضه لكم


“*Jika kalian ingkar, sesungguhnya Allah Maha Kaya atas kalian. Dan Allah tidak ridha kepada hamba-Nya yang ingkar dan jika kalian bersyukur Allah ridha kepada kalian” *

(QS. Az-Zumar: 7).


*3️⃣ Merupakan sebab selamatnya seseorang dari azab Allah.*


Allah ta’ala berfirman,


ما يفعل الله بعذابكم إن شكرتم وآمنتم


*“Tidaklah Allah akan mengazab kalian jika kalian bersyukur dan beriman. Dan sungguh Allah itu Syakir lagi Alim” *

(QS. An-Nisa: 147).


*4️⃣ Syukur merupakan sebab ditambahnya nikmat.*


💎Allah ta’ala berfirman,


وإذ تأذن ربكم لئن شكرتم لأزيدنكم


“*Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mengumumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’” *

(QS. Ibrahim: 7).


*5️⃣ Orang yang bersyukur akan mendapat ganjaran di dunia dan akhirat.*


Janganlah Anda menyangka bahwa bersyukur itu hanya sekedar pujian dan berterima kasih kepada Allah. Ketahuilah bahwa bersyukur itu pun menuai pahala, bahkan juga membuka pintu rezeki di dunia. 


Allah Ta’ala berfirman,


وسنجزي الشاكرين


“*Dan sungguh orang-orang yang bersyukur akan kami beri ganjaran” *

(QS. Al Imran: 145).


🎙️ Imam Ath Thabari menafsirkan ayat ini dengan membawakan riwayat dari Ibnu Ishaq, “Maksudnya adalah, *karena bersyukur, Allah memberikan kebaikan yang Allah janjikan di akhirat dan Allah juga melimpahkan rizki baginya di dunia” *

(Tafsir Ath Thabari, 7/263).


*🤲Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang bersyukur*

Selasa, 07 Juni 2022

Tafsir ibnu katsir Ali Imran 178

 Kemudian Allah Swt. berfirman:

{وَلا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لأنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ}
Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka dan bagi mereka azab yang menghinakan. (Ali Imran: 178)
Ayat ini sama maknanya dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:
أَيَحْسَبُونَ أَنَّما نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مالٍ وَبَنِينَ نُسارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْراتِ بَلْ لَا يَشْعُرُونَ
Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al-Mu’minun: 55-56)
فَذَرْنِي وَمَنْ يُكَذِّبُ بِهذَا الْحَدِيثِ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ
Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur'an). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui. (Al-Qalam: 44)
Juga seperti firman-Nya:
وَلا تُعْجِبْكَ أَمْوالُهُمْ وَأَوْلادُهُمْ إِنَّما يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُعَذِّبَهُمْ بِها فِي الدُّنْيا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كافِرُونَ
Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan kafir. (At-Taubah: 85)

BER IBADAH SEPERTI EMBER BOCOR

1. AL ISTIGHLAL BI’UYUBIL KHOLQI

(sibuk dengan aib orang lain). Sehingga lupa pada aib sendiri. Semut diseberang kelihatan sedang gajah dipelupuk mata tidak kelihatan.


2. QASWATUL QULUB

(hati yang keras)

Kerasnya hati terkadang lebih keras dari batu karang. Sulit menerima nasehat.


3. HUBBUN DUNYA

(cinta mati terhadap dunia)

Merasa hidupnya hanya di dunia aja maka segala aktifitasnya tertuju pada kenikmatan dunia sehingga lupa akan hari esok di akhirat.


4. QILLATUL HAYA’

(sedikit rasa malunya)

Jika seseorang telah kehilangan rasa malu maka akan melakukan apa saja tanpa takutdosa.


5. THULUL AMAL

( panjang angan-angan)

Merasa hidupnya masih lama di dunia ini sehingga enggan untuk taubat.


6. DHULMUN LA YANTAHI

(kezhaliman yang tak pernah berhenti)

Perbuatan maksiat itu biasanya membuat kecanduan bagi pelakunya jika tidak segera taubat dan berhenti maka sulit untuk meninggalkan kemaksiatan tersebut.

Sabtu, 04 Juni 2022

6 WAKTU PALING MUSTAJAB DI BULAN RAMADAN*

 *ﺑِﺴْﻢِاللّٰهﺍﻟﺮَّﺣْﻤٰﻦِﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢ*



*


🌹Ada 6 waktu terkabulnya doa yang bisa kita amalkan. Jika mendapati 6 kesempatan ini, jangan sampai disia-siakan untuk berdoa.


*1. Waktu Sahur*

“Rabb kita turun ke langit dunia di sepertiga malam terakhir, lantas berfirman, “Siapa yang berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan.” 

(HR. Bukhari 1145)


*2. Sepanjang Waktu Puasa*

“Tiga orang yang doanya tidak tertolak, di antaranya orang yang berpuasa sampai ia berbuka.” 

(HR. Ahmad 2: 305)


*3. Ketika Berbuka Puasa*

“Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak, di antaranya orang yang berpuasa ketika dia berbuka.” 

(HR. Tirmidzi 2526)


*4. Antara Adzan dan Iqamah*

“Sesungguhnya doa yang tidak tertolak adalah doa antara adzan dan iqamah, maka berdoalah (kala itu).” 

(HR. Ahmad, 3: 155)


*5. Selesai Shalat Lima Waktu*

“Doa apa yang paling didengar?” yaitu doa di akhir salat wajib.” 

(Jami’ ‘Ulum wa Al-Hikam, 1: 143-144)


*6. Saat Sujud dalam Shalat*

“Seorang hamba paling dekat dengan Rabbnya ketika ia sedang bersujud, maka perbanyaklah berdoa saat itu.” 

(HR. Muslim 482)


🌷Semoga Allah memperkenankan setiap doa kita di bulan Ramadhan.


*بَارَكَ اللّٰه فِيْكُمْ*



💖🌷💖🌹♥️🌹🌷💖🌷🌹♥️🌹

Materi Haji

 *Fikih Haji (7): Amalan-Amalan Haji*


*Muhammad Abduh Tuasikal, MSc*


https://muslim.or.id/10207-fikih-haji-7-amalan-amalan-haji.html


*AMALAN-AMALAN HAJI*


Setelah berihram, lalu melakukan thawaf qudum bagi yang berhaji ifrod dan qiron. Sedangkan bagi yang berhaji tamattu’, setelah berihram, ia melakukan thawaf umrah dan sa’i umrah, kemudian tahallul dan boleh melakukan larangan-larangan ihram. Sampai datang tanggal 8 Dzulhijjah (hari tarwiyah) barulah melakukan amalan-amalan berikut.


*Tanggal 8 Dzulhijjah (Hari Tarwiyah)*


*1.* Pada waktu Dhuha, jamaah haji berihram dari tempat tinggalnya dengan niat akan melaksanakan ibadah haji, ini bagi yang berniat haji tamattu’.  Sedangkan bagi yang berniat haji ifrad dan qiron, ia tetap berihram dari awal.


*2.* Setelah berihram, wajib menjauhi segala larangan ihram.


*3.* Memperbanyak talbiyah.


*4.* Bertolak menuju Mina sambil bertalbiyah.


*5.* Melaksanakan shalat Zhuhur, ‘Ashar, Maghrib, ‘Isya’ dan Shubuh di Mina. Shalat-shalat tersebut dikerjakan di waktunya masing-masing (tanpa dijamak) dan shalat empat raka’at (Zhuhur, Ashar dan Maghrib) diqoshor.


*6.* Mabit (bermalam) di Mina dan hukumnya sunnah.


*7.* Memperbanyak dzikir kala itu seperti dzikir pagi dan petang, juga dzikir lainnya.


*Tanggal 9 Dzulhijjah (Hari Arafah)*


*1.* Sesudah shalat Shubuh di Mina dan setelah matahari terbit, bertolak menuju Arafah sambil bertalbiyah dan bertakbir.


*2.* Pada hari Arafah, yang disunnahkan bagi jama’ah haji adalah tidak berpuasa sebagaimana contoh dari Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.


*3.* Jika memungkinkan, sebelum wukuf di Arafah, turun sebentar di masjid Namirah hingga masuk waktu Zhuhur.


*4.* Jika memungkinkan, mendengarkan khutbah di masjid Namirah, lalu mengerjakan shalat Zhuhur dan Ashar dengan jamak taqdim dan diqashar dengan satu adzan dan dua iqamah.


*5.* Setelah shalat Zhuhur, memasuki padang Arafah untuk melaksanakan wukuf.


*6.* Ketika wukuf, berupaya semaksimal mungkin untuk berkonsentrasi dalam do’a, dzikir dan merendahkan diri kepada Allah.


*7.* Menghadap ke arah kiblat ketika berdo’a sambil mengangkat kedua tangan dengan penuh kekhusyu’an.


*8.* Saat wukuf, memperbanyak bacaan “Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli sya-in qodiir” dan bacaan shalawat.


*9.* Tidak keluar meninggalkan Arafah kecuali setelah matahari tenggelam.


*10.* Setelah matahari terbenam, bertolak menuju Muzdalifah dengan penuh ketenangan.


*11.* Sampai di Muzdalifah, lakukan terlebih dahulu shalat Maghrib dan Isya’ dengan dijamak dan diqashar (shalat Maghrib 3 rakaat, sedangkan shalat Isya’ 2 raka’at) dengan satu adzan dan dua iqamah.


*12.* Mabit di Muzdalifah dilakukan hingga terbit fajar. Adapun bagi kaum lemah dan para wanita dibolehkan untuk berangkat ke Mina setelah pertengahan malam.


*Tanggal 10 Dzulhijjah (Hari Nahr atau Idul Adha)*


*1.* Para jamaah haji harus shalat Shubuh di Muzdalifah, kecuali kaum lemah dan para wanita yang telah bertolak dari Muzdalifah setelah pertengahan malam.


*2.* Setelah shalat Shubuh, menghadap ke arah kiblat, memuji Allah, bertakbir, bertahlil, serta  berdo’a kepada Allah hingga langit kelihatan terang benderang.


*3.* Berangkat menuju Mina sebelum matahari terbit dengan penuh ketenangan sambil bertalbiyah/ bertakbir.


*4.* Ketika tiba di lembah Muhasir, langkah dipercepat bila memungkinkan.


*5.* Menyiapkan batu untuk melempar jumroh yang diambil dari Muzdalifah atau dari Mina.


*6.* Melempar jumroh ‘aqobah dengan tujuh batu kecil sambil membaca “Allahu Akbar” pada setiap lemparan.


*7.* Setelah melempar jumroh ‘Aqobah berhenti bertalbiyah.


*8.* Bagi yang berhaji tamattu’ dan qiran, menyembelih hadyu setelah itu. Yang tidak mampu menyembelih hadyu, maka diwajibkan berpuasa selama 10 hari: 3 hari pada masa haji dan 7 hari setelah kembali ke kampung halaman. Puasa pada tiga hari saat masa haji boleh dilakukan pada hari-hari tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).


*9.* Mencukur rambut atau memendekkannya. Namun mencukur (gundul) itu lebih utama. Bagi wanita, cukup menggunting rambutnya sepanjang satu ruas jari.


*10.* Jika telah melempar jumroh dan mencukur rambut, maka berarti telah tahallul awwal. Ketika itu, halal segala larangan ihram kecuali yang berkaitan dengan wanita. Setelah tahallul awwal boleh memakai pakaian bebas.


*11.* Menuju Makkah dan melaksanakan thawaf ifadhoh.


*12.* Melaksanakan sa’i haji antara Shafa dan Marwah bagi haji tamattu’ dan bagi haji qiron dan ifrod yang belum melaksanakan sa’i haji. Namun jika sa’i haji telah dilaksanakan setelah thawaf qudum, maka tidak perlu lagi melakukan sa’i setelah thawaf ifadhoh.


*13.* Dengan selesai thawaf ifadhoh berarti telah bertahallul secara sempurna (tahalluts tsani) dan dibolehkan melaksanakan segala larangan ihram termasuk jima’ (hubungan intim dengan istri).


*Tanggal 11 Dzulhijjah (Hari Tasyrik)*


*1.* Mabit di Mina pada sebagian besar malam.


*2.* Menjaga shalat lima waktu dengan diqashar (bagi shalat yang empat raka’at) dan dikerjakan di waktunya masing-masing (tanpa dijamak).


*3.* Memperbanyak takbir pada setiap kondisi dan waktu.


*4.* Melempar jumroh yang tiga setelah matahari tergelincir, mulai dari jumroh ula (shugro), jumroh wustho, dan jumroh kubro (aqobah).


*5.* Melempar setiap jumroh dengan tujuh batu kecil sambil membaca “Allahu Akbar” pada setiap lemparan.


*6.* Termasuk yang disunnahkan ketika melempar adalah menjadikan posisi Makkah berada di sebelah kiri dan Mina di sebelah kanan.


*7.* Setelah melempar jumroh ula dan wustho disunnahkan untuk berdoa dengan menghadap ke arah kiblat. Namun, setelah melempar jumroh aqobah tidak disunnahkan untuk berdo’a.


*8.* Mabit di Mina.


*Tanggal 12 Dzulhijjah (Hari Tasyrik)*


*1.* Melakukan amalan seperti hari ke-11.


*2.* Jika selesai melempar ketiga jumroh lalu ingin pulang ke negerinya, maka dibolehkan, namun harus keluar Mina sebelum matahari tenggelam. Kemudian setelah itu melakukan thawaf wada’. Keluar dari Mina pada tanggal 12 Dzulhijjah disebut nafar awwal.


*3.* Bagi yang ingin menetap sampai tanggal 13 Dzulhijjah, berarti di malamnya ia melakukan mabit seperti hari sebelumnya.


*Tanggal 13 Dzulhijjah (Hari Tasyrik)*


*1.* Melakukan amalan seperti hari ke-11 dan ke-12.


*2.* Setelah melempar jumroh sesudah matahari tergelincir, kemudian bertolak meninggalkan Mina. Ini dinamakan nafar tsani.


*3.* Jika hendak kembali ke negeri asal, maka lakukanlah thawaf wada’ untuk meninggalkan Baitullah. Bagi wanita haidh dan nifas, mereka diberi keringanan tidak melakukan thawaf wada’. Thawaf wada’ adalah manasik terakhir setelah manasik lainnya selesai. (Sebagian besar diambil dari Meneladani Manasik Haji dan Umrah, 131-144)


*-bersambung insya Allah-*


*Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal*


*Artikel www.muslim.or.id*


*Sumber:* https://muslim.or.id/10207-fikih-haji-7-amalan-amalan-haji.html