Minggu, 25 Juli 2021

5 KEUTAMAAN IBADAH QURBAN

 5 KEUTAMAAN IBADAH QURBAN


1. Membersihkan harta 


Ibadah ini dapat menyucikan harta dan rezeki yang telah diberikan dan kita peroleh dari Allah SWT. Di samping itu, juga menjadi salah satu bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan-Nya. 


2. Mendekatkan Diri Kepada Allah 


Berqurban menjadi salah satu cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 27: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertaqwa." 


3. Sebagai cermin ketaatan dan kepatuhan 


"Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)." (QS Al Hajj: 34) 


4. Sebagai saksi amal 


Kelak saat hari akhir, hewan yang kita qurbankan juga akan menjadi saksi atas amal yang kita perbuat. 


"Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam ketika hari (raya) qurban yang lebih dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla dari mengalirkan darah, sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya dan bulunya. Sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza Wa Jalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya." (HR. Ibnu Majah) 


5. Membantu sesama 


Dengan berqurban, kita dapat memupuk rasa solidaritas terhadap saudara sesama Muslim dari seluruh kalangan. Baik yang mampu, hingga para fakir miskin. 


Semoga kita semua dalam lindungan Allah SWT dimana pun berada. Aamiin

_BEBERAPA PENYAKIT HATI, UNTUK DIHINDARI._*

 *



*1. RIYA'* 

      (Aktivitasnya ingin dilihat & dipuji orang lain).


*2. SUM'AH* 

      (Maunya

ingin selalu didengar orang lain). 


*3. 'UJUB* 

       (Merasa bangga dengan kelebihan diri dalam hal rupa / ilmu). 


*4. FAKHR* 

      (Merasa bangga dengan kelebihan harta & tahta yang dimiliki). 


*5. IKHTIYAL* 

      (Merasa ingin tidak tersaingi oleh orang lain, dan selalu ingin

tampil berbeda). 


*6. TASAHHUL* 

       (Menganggap enteng orang lain /

meremehkannya. 


*7. ANANIYAH* 

      (Egois /

     mementingkan diri sendiri.


. *8. SYUHH*

        ( _Kikir jiwa_) dengan 5 ciri;


▪ Selalu mengingat-ingat kelebihan /kebaikan dirinya. 


▪ Mudah sekali

       melupakan kebaikan orang lain terhadapnya. 


▪ Jika ia salah, tidak pernah mau minta maaf. 


▪ Jika orang lain salah, tidak mau memaafkan.


▪ Orang lain harus menuruti keinginannya, sebaliknya dia tidak peduli dengan keinginan orang lain. 


*_Mari kita saling mengingatkan, dan introspeksi diri._*


*_Benar & baik untuk kita,  belum tentu benar & baik bagi orang lain._*


*_Semoga kita selalu mendapat Rahmat Allah dan dijauhkan dari kesombongan._*



*AAMIIN  YA RABBAL 'AALAMIIN*



 *اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ* *وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ*

Kamis, 15 Juli 2021

BETAPA SAYANGNYA ALLAH PADA KITA*...

 Assalamualaikum semua yang diRahmati ALLAH SWT 


*

Kebanyakan kita suka *"mengeluh"* dalam menjalankan kehidupan:


*1. Ketika kita mengeluh:* “Aduhai, penatnya aku."

 

ALLAH menjawab: (وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا) 

_*“ Dan KAMI jadikan tidurmu utk istirahat.*_(An Naba' : 9) 


*2. Ketika kita mengeluh:* “Beratnya dugaan ini , tak sanggup rasanya aku.


" ALLAH menjawab : 

‎(لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا)

 _*“AKU tidak membebani seseorang, melainkan sesuai kesanggupannya"*_.(Al Baqarah : 286)


*3. Ketika kita mengeluh :*

“Serabut dan runsingnya aku."


" ALLAH menjawab :

‎ ( أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ)

 _*“Hanya dgn mengingatKU, hati akan menjadi tenang.”*_ (Ar Ra'd : 28) 


*4. Ketika kita mengeluh:* “Apa yg aku buat ini semua sia-sia”.


" ALLAH menjawab : 

‎(فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ) 

_*"Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji zarah sekalipun, nescaya ia akan mendapatkan balasannya.”*_

(Al Zalzalah 7) 


*5. Ketika kita mengeluh:*

 “tak ada seorangpun yang mau menolong aku."


ALLAH menjawab: 

‎(وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ)

_*" Berdoalah (mintalah) kepadaKU, nescaya Aku kabulkan.”*_ (Al Ghafir : 60) 


*6. Ketika kita mengeluh :* “ Aku sangat sedih.”


ALLAH menjawab:

‎( لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ ) 

_*“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya AKU bersama kamu"*_ (At Taubah : 40)


*SEMOGA BERMANFAAT*

8 pesan untuk wanita

 🌸🦋🌸🦋🌸🦋🌸 


*8 Pesan utk Wanita*


Pesanan ulama tehadap para wanita :


1. Sholat di awal waktu

2. Membaca Al Quran secara istiqamah

3. Ta’lim wa ta’allum

4. Mendidik anak secara sunnah

5. Hidup sederhana

6. Menutup aurat secara sempurna

7. Melayani suami dengan baik

8. Mendorong suami dan muhrim untuk keluar di jalan Allah


 


1. *Sholat Di Awal Waktu*


a. Berwudhu sebelum adzan


b. Mendorong suami, saudara laku2, anak laki2, bapak untuk sholat berjamaah di masjid


c. Meninggalkan semua kegiatan waktu adzan dikumandangkan


d. Memperbanyak sholat-sholat sunnah (rawatib, Isyraq, dhuha, tasbih, awwabin, tahajud dan witir).


2. *Membaca Al Quran dan Zikir Pagi Petang secara Istiqamah*


a. Mengusahakan membaca 1 juz setiap hari bagi yang sudah lancar membaca dan 3 juz  per hari bagi yang hafidzah.


b. Membaca surat As Sajadah dan Al Mulk di antara maghrib dan Isya


c. Membaca surat Yasin pagi dan petang


d. Membaca Al Waqiah sebelum tidur


e. Membaca surat Ad Dukhan setiap hari


f. Membaca Tasbihat , sholawat, dan istighfar masing2 100 kali di waktu setelah sholat subuh dan setelah sholat ashar


3. *Ta’lim wa Ta’allum*


a. Menghidupkan ta’lim secara istiqamah setiap hari di rumah


b. Menceritakan kisah para Nabi dan para shahabat dengan cara yang mudah difahami oleh anak


c. Mengajarkan cara sholat, cara berpakaian secara sunnah, dan sunnah2 nabi dalam keseharian (makan, tidur, safar, istinja, dll).


4. *Mendidik anak Secara Sunnah*


a. Memperkenalkan sunnah kepada anak sejak sedini mungkin


b. Mendidik mereka adab-adab, doa-doa nabi, cara bergaul.


c. Beri contoh dengan contoh yang baik


d. Mendidik sholat ketikan usia 7 tahun dan membiasakannya untuk sholat 5 waktu dan sholat2 sunnah


5. *Hidup dengan Pola Sederhana*


a. Kita harus mencontoh kehisupan Rasulullah yang sederhana


b. Jangan sembarangan membelanjakan harta suami secara berlebih-lebihan dan tidak tepat, bermusyawarahlah untuk setiap pengeluaran.


c. Belanja menurut kebutuhan bukan memenuhi keinginan nafsu.


d. Mengatur keuangan keluarga


6. *Menutup Aurat secara Sempurna*


Aurat wanita di luar sholat seluruh tubuhnya harus di tutup secara sempurna ketika keluar rumah dan ditemani dengan mahramnya


7. *Melayani Suami*


a. Mempersiapkan semua kebutuhan suami dan mengurus rumah dengan bersih dan rapi


b. Mencuci baju, memasak,


c. Diam ketika suami berbicara


d. Mengantar suami apabila mau pergi


e. Berhias / rapi / bersih / wangi di hadapan suami


f.  Memakai wangi-wangian


g. Memelihara bau mulut


h. Menawarkan diri ketika mau tidur


8. *Mendorong Suami dan Muhrim untuk Keluar di Jalan Allah*


a. Mengingatkan dan menyiapkan keperluan mereka


b. Mengorbankan segala yang ada untuk memperjuangkan agama Allah.

Rabu, 14 Juli 2021

APA ITU ISTIDRAJ ?*

 *


ISTIDRAJ adalah _Azab Yang Berupa Kenikmatan._

ALLAH  ﷻ Tetap Memberikan Kenikmatan tsb ; 


*1). HARTA YANG BERLIMPAH,*

     Padahal Tidak Pernah Bersedekah.


*2). REZEKI  BERLIPAT-LIPAT,*

     Padahal Jarang Sholat, 

     Tidak Senang pada Nasihat Ulama, 

     dan Terus Berbuat Maksiat.. 


*3). DIKAGUMI, DIHORMATI,*

     Padahal Akhlak gak baik..


*4). DIIKUTI, DITELADANI dan DIIDOLAKAN;*  

     Padahal Bangga Mengumbar Aurat 

     Dalam Berpakaian.. 


*5). SANGAT JARANG DIUJI  SAKIT,*


     Padahal Dosa-Dosa Menggunung 


*6). TIDAK PERNAH DIBERIKAN MUSIBAH,*

      Padahal Gaya  Hidupnya  Sombong,  

     Meremehkan Manusia,  

     Angkuh..


*7). ANAK-ANAK  SEHAT-SEHAT,* 

      *CERDAS-CERDAS;*  

      Padahal Diberikan  Makan 

      Dari Harta Hasil Yang Haram 

      (Menipu, Korupsi, Riba', dll )..


 *8. HIDUP BAHAGIA PENUH CANDA TAWA;*  

      Padahal,  Banyak Orang Karenanya 

      Ternoda dan Terluka.


  *9. KARIRNYA TERUS MENANJAK,*

       Padahal  Banyak Hak Orang 

       Yang Diinjak-Injak.. 


 *10. SEMAKIN TUA SEMAKIN  MAKMUR;*  

       Padahal Berkubang Dosa 

       Sepanjang Umur.. 



*ALLAH ﷻ* berfirman:


فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ


_"Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa"._

*(QS. AL-'AN'ĀM : 44 )*



Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, *Rasulullah ﷺ* bersabda:


إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ


_“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.”_

*(HR. Ahmad 4: 145. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lain).*


Jangan Silau Dengan Kesuksesan 

dan Kemegahan Yang Ditampilkan Seseorang. Bisa Jadi Dia Sedang Mengalami ISTIDRAJ.


Dan pada Saatnya Nanti,  ALLAH ﷻ,

Tiba-Tiba  Mencabut Semua Kenikmatan itu, Tanpa Dia Sadari. !!! 


Sebagai Orang Beriman yang Dikasihi ALLAH ﷻ maka ALLAH ﷻ akan Selalu Menjaga Kita 

dari Segala Kemaksiatan, Tidak Dibiarkan Dalam Kesesatan. !


Jadi kalau kita sudah Beramal Sholeh, 

Namun Kita Masih Diberi Ujian / Cobaan, 

Maka Itulah Tanda Kasih Sayang ALLAH ﷻ pada Hamba-Hamba-NYA.

Berupa Keringanan Dosa dan Menuju Ampunan-NYA.


_SEMOGA KITA DIJAUHKAN DARI  ISTIDRAJ... AAMIIN_


*{Bagikan Insyaallah Bermanfaat}*

Minggu, 11 Juli 2021

5 AMALAN YANG RINGAN TAPI BESAR PAHALANYA.


Bismillahirrahmanirrahiim...

Banyak hadis tentang keutamaan amal ibadah tertentu. Tapi yang harus kita tekankan adalah bahwa semua perbuatan baik yang kita laksanakan pasti akan mendapat pahala dari Allah SWT. Tidak ada yang sia-sia atas amal baik yang kita lakukan.


↗️Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman :

يا أيها الذين آمنوا اذكروا الله ذكرا كثيرا

"Wahai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dengan zikir yang sebanyak-banyaknya." (QS. Al-Ahzab: 41)


Di antara amalan tersebut ada amalan yang sangat disukai Allah SWT, sehingga barang siapa yang melakukan amalan tersebut pasti akan mendapat pahala yang besar dan membuat timbangan amal baiknya berat.


✍️Berikut beberapa amalan tersebut :


✅1. Membaca Tahlil (Laa ilaaha illallah) :

Kalimat tahlil pengantar masuk surga. Nabi Muhammad SAW bersabda :

"Barang siapa akhir perkataannya Laa ilaaha illallah (tiada Tuhan selain Allah), maka ia masuk surga." (HR. Ahmad dan Abu Dawud dari Mu'adz ra.)


↗️Kalimat tahlil penghalang dari api neraka. Nabi Muhammad SAW bersabda :

"Sesungguhnya akulah orang yang paling tahu tentang suatu kata-kata yang jika seseorang mengatakannya dengan hati yang jujur, lalu orang itu mati dalam keadaan semacam itu, pasti ia diharamkan tersentuh api neraka, yaitu mengucapkan Laa ilaaha illallah (tiada Tuhan selain Allah)." (HR. Hakim dari 'Amr ra.)


✅2. Bertasbih Menyebut Nama Allah Swt :

↗️Ada dua kalimat yang (jika diucapkan) ringan di lisan, berat di timbangan : dan sangat disukai oleh yang Maha Penyayang. Dua kalimat itu adalah Subhanaallah al-‘Adzim dan Subhanaallah wa bi Hamdihi. (HR Buhkari dan Muslim)


✅3. Berzikir Setiap Selesai Shalat Fardu :

Berdzikir tasbih, tahmid dan takbir selepas shalat sebenarnya mudah, tapi nyatanya sedikit yang melakukan.


↗️Rasulullah Saw telah bersabda :  bahwa barang siapa setiap selesai shalat bertasbih 10 kali, tahmid 10 kali, dan takbir 10 kali hingga jumlah seluruhnya adalah 150 kali (30 x 5 waktu shalat) dalam ucapan, namun (sebenarnya) di dalam timbangan amal menjadi 1500 pahala. (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, Abu Daud dan An-Nasa’i)


✅4. Memiliki Akhlak yang Baik :

Pentingnya berakhlak baik sangatlah jelas, karena itulah Allah menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai panutan atau teladan bagi semua umat manusia (al-Ahzab : 21).


↗️Rasulullah SAW pun juga mengatakan : bahwa tidak ada yang lebih berat daripada akhlak yang baik, dalam timbangan pada Hari Kiamat. (HR Abu Daud)


✅5. Mengantar Jenazah hingga Selesai Dikubur :

Mengantarkan jenazah sampai selesai dikubur termasuk ibadah fardu kifayah, yaitu ibadah yang bila sudah terwakilkan gugur sudah kewajiban melaksanakannya.


↗️Rasulullah Saw. bersabda : bahwa pahala bagi seseorang yang mengantarkan jenazah sampai selesai, nanti saatu dikubur dia akan mendapatkan pahala seberat dua qirath, yang dijelaskan bahwa itu lebih berat dari pada Gunung Uhud. (HR Ahmad


TUJUAN PERNIKAHAN DALAM ISLAM

  


Oleh :

Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas 


1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi

Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini adalah dengan ‘aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan, seperti cara-cara orang sekarang ini; dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.


2. Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan Pandangan.

Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya adalah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang dapat merendahkan dan merusak martabat manusia yang luhur. Islam memandang pernikahan dan pem-bentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.


Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.


Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya.”[1]


3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami

Dalam Al-Qur-an disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya thalaq (perceraian), jika suami isteri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam ayat berikut:


الطَّلَاقُ مَرَّتَانِ ۖ فَإِمْسَاكٌ بِمَعْرُوفٍ أَوْ تَسْرِيحٌ بِإِحْسَانٍ ۗ وَلَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَأْخُذُوا مِمَّا آتَيْتُمُوهُنَّ شَيْئًا إِلَّا أَنْ يَخَافَا أَلَّا يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ ۖ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا فِيمَا افْتَدَتْ بِهِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا ۚ وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ


Thalaq (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan dengan baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami dan isteri) khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah, maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh isteri) untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang zhalim” [Al-Baqarah/2:229]


Yakni, keduanya sudah tidak sanggup melaksanakan syari’at Allah ‘Azza wa Jalla. Dan dibenarkan rujuk (kembali nikah lagi) bila keduanya sanggup menegakkan batas-batas Allah ‘Azza wa Jalla. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah, lanjutan ayat di atas:


فَإِنْ طَلَّقَهَا فَلَا تَحِلُّ لَهُ مِنْ بَعْدُ حَتَّىٰ تَنْكِحَ زَوْجًا غَيْرَهُ ۗ فَإِنْ طَلَّقَهَا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا أَنْ يَتَرَاجَعَا إِنْ ظَنَّا أَنْ يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ ۗ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ يُبَيِّنُهَا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ


Kemudian jika dia (suami) menceraikannya (setelah thalaq yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya sebelum dia menikah dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (suami pertama dan bekas isteri) untuk menikah kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah ketentuan-ketentuan Allah yang diterangkan-Nya kepada orang-orang yang berpengetahuan” [Al-Baqarah/2:230]


Jadi, tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami isteri melaksanakan syari’at Islam dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari’at Islam adalah wajib. Oleh karena itu, setiap muslim dan muslimah yang ingin membina rumah tangga yang Islami, maka ajaran Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang calon pasangan yang ideal, yaitu harus kafa-ah dan shalihah.


● Kafa-ah Menurut Konsep Islam

Pengaruh buruk materialisme telah banyak menimpa orang tua. Tidak sedikit orang tua, pada zaman sekarang ini, yang selalu menitikberatkan pada kriteria banyaknya harta, keseimbangan kedudukan, status sosial dan keturunan saja dalam memilih calon jodoh putera-puterinya. Masalah kufu’ (sederajat, sepadan) hanya diukur berdasarkan materi dan harta saja. Sementara pertimbangan agama tidak mendapat perhatian yang serius.


Agama Islam sangat memperhatikan kafa-ah atau kesamaan, kesepadanan atau sederajat dalam hal pernikahan. Dengan adanya kesamaan antara kedua suami isteri itu, maka usaha untuk mendirikan dan membina rumah tangga yang Islami –insya Allah- akan terwujud. Namun kafa-ah menurut Islam hanya diukur dengan kualitas iman dan taqwa serta akhlak seseorang, bukan diukur dengan status sosial, keturunan dan lain-lainnya. Allah ‘Azza wa Jalla memandang derajat seseorang sama, baik itu orang Arab maupun non Arab, miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan derajat dari keduanya melainkan derajat taqwanya.


Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:"


يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ


Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti” [Al-Hujuraat/49:13]


Bagi mereka yang sekufu’, maka tidak ada halangan bagi keduanya untuk menikah satu sama lainnya. Wajib bagi para orang tua, pemuda dan pemudi yang masih berorientasi pada hal-hal yang sifatnya materialis dan mempertahankan adat istiadat untuk meninggalkannya dan kembali kepada Al-Qur-an dan Sunnah Nabi yang shahih, sesuai dengan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:


تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ ِلأَرْبَعٍِ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ.


Seorang wanita dinikahi karena empat hal; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang taat agamanya (ke-Islamannya), niscaya kamu akan beruntung”[2]


Hadits ini menjelaskan bahwa pada umumnya seseorang menikahi wanita karena empat hal ini. Dan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih yang kuat agamanya, yakni memilih yang shalihah karena wanita shalihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia, agar selamat dunia dan akhirat.


Namun, apabila ada seorang laki-laki yang memilih wanita yang cantik, atau memiliki harta yang melimpah, atau karena sebab lainnya, tetapi kurang agamanya, maka bolehkah laki-laki tersebut menikahinya? Para ulama membolehkannya dan pernikahannya tetap sah.


Allah menjelaskan dalam firman-Nya:


الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ


Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula). Sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)” [An-Nuur/24:26]


● Memilih Calon Isteri Yang Shalihah

Seorang laki-laki yang hendak menikah harus memilih wanita yang shalihah, demikian pula wanita harus memilih laki-laki yang shalih.


Menurut Al-Qur-an, wanita yang shalihah adalah:


فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ


Maka perempuan-perempuan yang shalihah adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka)” [An-Nisaa’/4:34]


Lafazh قَانِتَاتٌ dijelaskan oleh Qatadah, artinya wanita yang taat kepada Allah dan taat kepada suaminya.[3]


Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ.


Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah”[4]


Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


خَيْرُ النِّسَاءِ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا وَتُطِيْعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلاَ تُخَالِفُهُ فِيْ نَفْسِهَا وَلاَ مَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ.


Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan suami apabila ia melihatnya, mentaati apabila suami menyuruhnya, dan tidak menyelisihi atas diri dan hartanya dengan apa yang tidak disukai suaminya”[5]


Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:


أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيْءُ، وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاوَةِ: اَلْجَارُ السُّوْءُ، وَالْمَرْأَةُ السُّوْءُ، وَالْمَسْكَنُ الضَّيِّقُ، وَالْمَرْكَبُ السُّوْءُ.


Empat hal yang merupakan kebahagiaan; isteri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal yang merupakan kesengsaraan; tetangga yang jahat, isteri yang buruk, tempat tinggal yang sempit, dan kendaraan yang jelek.”[6]


Menurut Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih, dan penjelasan para ulama bahwa di antara ciri-ciri wanita shalihah ialah :


● Taat kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya,

● Taat kepada suami dan menjaga kehormatannya di saat suami ada atau tidak ada serta menjaga harta suaminya,

● Menjaga shalat yang lima waktu,

● Melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan,

● Memakai jilbab yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita Jahiliyyah[7]

● Berakhlak mulia,

● Selalu menjaga lisannya,

● Tidak berbincang-bincang dan berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya karena yang ketiganya adalah syaitan,

● Tidak menerima tamu yang tidak disukai oleh suaminya,

● Taat kepada kedua orang tua dalam kebaikan,

● Berbuat baik kepada tetangganya sesuai dengan syari’at."


Apabila kriteria ini dipenuhi insya Allah– rumah tangga yang Islami akan terwujud.


Sebagai tambahan, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih wanita yang subur (banyak keturunannya) dan penyayang agar dapat melahirkan generasi penerus ummat.


4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah

Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk mengabdi dan beribadah hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur bagi peribadahan dan amal shalih di samping ibadah dan amal-amal shalih yang lain, bahkan berhubungan suami isteri pun termasuk ibadah (sedekah)."


Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


…وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ؟ قَالَ: أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ، أَكَانَ عَلَيْهِ فِيْهَا وِزْرٌ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ.


Seseorang di antara kalian bersetubuh dengan isterinya adalah sedekah!” (Mendengar sabda Rasulullah, para Shahabat keheranan) lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah salah seorang dari kita melampiaskan syahwatnya terhadap isterinya akan mendapat pahala?” Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bagaimana menurut kalian jika ia (seorang suami) bersetubuh dengan selain isterinya, bukankah ia berdosa? Begitu pula jika ia bersetubuh dengan isterinya (di tempat yang halal), dia akan memperoleh pahala.”[8]


5. Untuk Memperoleh Keturunan Yang Shalih

Tujuan pernikahan di antaranya adalah untuk memperoleh keturunan yang shalih, untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla:


وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ۚ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ


Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?” [An-Nahl/16:72]


Yang terpenting lagi dalam pernikahan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang shalih dan bertaqwa kepada Allah.


Sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla:


وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ


Dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu (yaitu anak).” [Al-Baqarah/2:187]


Abu Hurairah, Ibnu ‘Abbas dan Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhum, juga Imam-Imam lain dari kalangan Tabi’in menafsirkan ayat di atas dengan anak.[9]


Maksudnya, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk memperoleh anak dengan cara berhubungan suami isteri dari apa yang telah Allah tetapkan untuk kita. Setiap orang selalu berdo’a agar diberikan keturunan yang shalih. Maka, jika ia telah dikarunai anak, sudah seharusnya jika ia mendidiknya dengan benar.


Tentunya keturunan yang shalih tidak akan diperoleh melainkan dengan pendidikan Islam yang benar. Hal ini mengingat banyaknya lembaga pendidikan yang berlabel Islam, tetapi isi dan caranya sangat jauh bahkan menyimpang dari nilai-nilai Islami yang luhur. Sehingga banyak kita temukan anak-anak kaum muslimin yang tidak memiliki akhlak mulia yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, disebabkan karena pendidikan dan pembinaan yang salah. Oleh karena itu, suami maupun isteri bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar, dan mengarahkan anak-anaknya ke jalan yang benar, sesuai dengan agama Islam.


Tentang tujuan pernikahan, Islam juga memandang bahwa pembentukan keluarga itu sebagai salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang lebih besar yang meliputi berbagai aspek kemasyarakatan yang akan mempunyai pengaruh besar dan mendasar terhadap kaum muslimin dan eksistensi ummat Islam


...........................................


[Disalin dari buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Bogor – Jawa Barat

___


Footnote


"[1] Hadits shahih : Diriwayatkan oleh Ahmad (I/424, 425, 432), al-Bukhari (no. 1905, 5065, 5066), Muslim (no. 1400), at-Tirmidzi (no. 1081), an-Nasa-i (VI/56, 57), ad-Darimi (II/132) dan al-Baihaqi (VII/ 77), dari Shahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu.

[2] Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5090), Muslim (no. 1466), Abu Dawud (no. 2047), an-Nasa-i (VI/68), Ibnu Majah (no. 1858), Ahmad (II/428), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu


[3] Tafsiir Ibnu Jarir ath-Thabari (IV/62, no. 9320).

[4] Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1467), an-Nasa-i (VI/69), Ahmad (II/168), Ibnu Hibban (no. 4020 -at-Ta’liqaatul Hisaan) dan al-Baihaqi (VII/80) dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhuma.


[5] Hadits hasan : Diriwayatkan oleh an-Nasa-i (VI/68), al-Hakim (II/161) dan Ahmad (II/251, 432, 438), dari Shahabat Abu Hurairah radhi-yallaahu ‘anhu. Lihat Silsilah ash-Shahiihah (no. 1838).

[6] Hadits shahih : Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (no. 4021 -at-Ta’liiqatul Hisaan ‘ala Shahiih Ibni Hibban) dari hadits Sa’ad bin Abi Waqqash secara marfu’. Lihat Silsilah ash-Shahiihah (no. 282).


[7] Lihat surat Al-Ahzaab (33) ayat 33.

[8] Hadits shahih : Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1006), al-Bukhari dalam al-Adaabul Mufrad (no. 227), Ahmad (V/167, 168), Ibnu Hibban (no. 4155 -at-Ta’liiqatul Hisaan) dan al-Baihaqi (IV/188), dari Abu Dzarr radhiyallaahu ‘anhu

[9] Tafsiir Ibnu Katsir (I/236), 

*. 4 ORANG YANG TIDAK AKAN TERSENTUH API NERAKA*

 Bismillahirrahmanirrahim 

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh  🙏




1. SAHI

Orang yg tidak mempersulit sesuatu, selalu ada solusi bagi setiap permasalahan, tidak suka berbelit2, tidak menyusahkan & tidak membuat orang susah


2.QORIB

Akrap Ramah di ajak bicara, menyenangkan bagi orang yg di ajak bicara, wajahnya selalu berseri seri & murah senyum jika bertemu orang selalu menebar salam


3. LAYYIN

Orang yg lembut dan santun baik bertutur kata atau bersikap,  tidak kasar, tidak semaunya sendiri, tidak galak, tidak suka memarahi orang yg berbeda pendapat dengannya, tidak suka melakukan pemaksaan, lemah lembut dan selalu menginginkan kebaikan untuk orang lain


4. HAYYIN

Orang yg memiliki ketenangan dan keteduhan lahir maupun batin, tidak labil & gampang marah, penuh pertimbangan, tidak muda memaki, melaknat serta teduh jiwanya


Nabi Muhammad Bersabda : 

Maukah kalian aku tunjukkan orang yg Haram baginya tersentuh Api neraka?? 

Para sahabat berkata"" Mau wahai Rasulullah ""

Beliau menjawab : Yang Haram tersentuh Api neraka adalah orang yg HAYYIN,  LAYYIN, QORIB, SAHI ( HR At Tirmidzi dan Ibnu Hibban) 


 Semoga.... Kita berada disalah satunya Aamiin. 🤲🤲 yaa rabbal alamiin

Sabtu, 10 Juli 2021

SIFAT-SIFAT WANITA SHALIHAH.

 Bismillah....


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh....


💦..


1. QANITAT...

Yaitu,,,, wanita yang ahli ibadah. Seorang wanita yang istiqomah dalam menjalankan ibadah,,,, baik yang wajib maupun sunah,,,, yang dibingkai dengan penuh keikhlasan semata karena-Nya.


2. SHADIQAT..

Yaitu,,,, wanita yang benar (jujur). Seorang wanita yang senantiasi menghiasi diri dengan kejujuran. Jujur dalam hati,,,, lisan,,,, tindakan,,,, dan sikap yang sesuai dengan tuntunan ALLAH dan RASUL-NYA.


3. SHABIRAT...

Yaitu,,,, wanita yang sabar. Seorang wanita yang mampu bersabar dalam berbagai keadaan. Sabar dalam menjalankan perintah-Nya,,,, dalam meninggalkan larangan-Nya,,,, dan dalam menghadapi berbagai bentuk ujian dan cobaan.


4. KHASYIAT...

Yaitu,,,, wanita yang khusyuk. Seorang wanita yang dapat menjaga kekhusyuan dalam beribadah kepada-Nya. Sehingga,,,, ia dapat merasakan adanya pengawasan dari-Nya (muraqabatullah).


5. MUTASHADDIQAT...

Yaitu,,,, wanita yang senang bersedekah. Sedekah menjadi salah satu perhiasan diri yang hendaknya dilestarikan oleh setiap wanita. Karena sedekah dapat menarik cinta ALLAH,,,, para malaikat,,,, dan manusia.


6. SHAIMAT...

Yaitu,,,, wanita yang rajin berpuasa.

RASUL SALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM bersabda,,,, “Jika seorang wanita shalat lima waktu,,,, berpuasa di bulan Ramadhan,,,, menjaga kemaluannya,,,, dan mentaati suaminya,,,, niscaya akan masuk surga dari pintu-pintu yang ia inginkan.” 

(HR Ibnu HIbban dan Thabrani).


7. HAFIDZAT...

Yaitu,,,, wanita yang menjaga kehormatan. Kemuliaan seorang wanita diukur dari sejauhmana ia dapat menjaga kehormatan dirinya melalui cara berbusana,,,, bertutur kata,,,, berjalan,,,, bergaul,,, dan yang lainnya.


8. DZAKIRAT...

Yaitu,,,, wanita yang banyak berdzikir. Tipe wanita yang selalu ISTIQOMAH berdzikir dalam berbagai kesempatan,,,, tempat,,,, dan waktu. Sehingga,,,, hatinya senantiasa terpaut dengan Sang Pencipta.


Jadilah wanita seperti kriteria di atas,,, karena SURGA merindukanya..


Barakallahu Fiikum.............

Rabu, 07 Juli 2021

4 GOLONGAN MANUSIA YANG DIRINDUKAN SURGA.

 Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh.


🗣️

Bismillahirrahmanirrahim.

↗️Dari Anas bin Malik, Rasulullah saw bersabda :

"Barang siapa meminta surga kepada Allah sebanyak tiga kali, maka surga akan berkata, ‘Ya Allah masukkan dia ke dalam surga'. Dan barang siapa meminta dijauhkan dari neraka, maka neraka berkata, ‘Ya Allah, jauhkan dia dari neraka'.” (HR. Tirmidzi).

✍️Sementara itu dalam kitab Raunaqul Majalis disebutkan adanya empat golongan manusia yang dirindukan surga di antaranya :

✅1. Taalil-Qur'ani (pembaca Al-Qur'an) ;

↗️Rasulullah saw bersabda :

"Bacalah (Al-Qur'an), naiklah (pada derajat-derajat surga) dan bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya dengan tartil di dunia. Sesungguhnya kedudukan derajatmu pada kadar akhir ayat yang engkau baca.” (HR. Ahmad).


✅2. Wa haafizhul-Lisan (orang yang menjaga lisannya) :

↗️Dalam sebuah hadis dikatakan : "Wahai Rasulullah, ada seorang wanita yang hanya melaksanakan salat wajib saja dan hanya bersedekah dengan sepotong keju namun dia tidak pernah menyakiti tetangganya.”


↗️Nabi saw lantas menjawab, "Dia termasuk penghuni surga." (HR. Bukhari).


✅3. Wa muth'imul-ji'aan (orang-orang yang memberi makan pada yang kelaparan) :


↗️Rasulullah saw bersabda :

"Siapa pun kaum mukmin yang memberi makan mukmin lain yang kelaparan, maka pada hari kiamat nanti Allah akan memberinya makanan dan buah-buahan surga.” (HR. Tirmidzi).


✅4. Wa shoimiin fii syahri Romadhon (orang yang berpuasa di bulan Ramadan) :


↗️Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad saw bersabda :

"Surga memiliki delapan buah pintu. Di antara pintu tersebut ada yang dinamakan pintu Ar-Rayyan yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa.” (HR. Bukhari).


👍Itulah beberpa golongan manusia yang dirindukan surga. mudah-mudahan kita termasuk salah satunya. Aamiin Allahumma Aamiin.


Selamat menjalankan ibadah shalat TAHAJUD...!™️☝️

5 penyakit Hati

 Berikut ini lima penyakit hati yang harus kita waspadai dan kita dihilangkan karena termasuk akhlak tercela.

1. Sombong

Sikap sombong adalah penyakit hati yang sangat dibenci oleh Allah Swt. Sifat sombong dan membesarkan diri (takabur) inilah yang menjadi penyebab kafirnya Iblis kepada Allah. Karena kesombongannya, Iblis menolak untuk sujud kepada Adam as. Iblis menganggap bahwa dirinya lebih baik karena tercipta dari api, sedangkan Adam tercipta dari tanah.

Manusia tidak berhak untuk sombong karena punya banyak keterbatasan, sedangkan berbagai kelebihan yang dimiliki pun berasal dari Allah. Dia memerintahkan kita untuk menjauhi sifat sombong sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Isra ayat 37 yang artinya,

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.”

2. Ujub

Ujub merupakan penyakit hati yang akan membawa seseorang kepada kesombongan. Ujub artinya takjub kepada diri sendiri dan merasa bangga dengan sesuatu yang dimiliki.

Rasulullah bersabda, “Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri).” (HR. Abdur Razaq)

3. Hasad

Hasad atau iri dan dengki adalah perasaan tidak suka yang timbul pada hati seseorang apabila melihat atau mendengar kebahagiaan yang dirasakan orang lain. Penyakit hasad ini harus segera dihilangkan karena segala yang diperoleh masing-masing orang sudah ditentukan kadar dan ukurannya oleh Allah Swt. Penyakit hasad dapat mengikis pahala amal saleh sebagaimana hadis Nabi saw berikut,

“Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu”. (HR. Abu Dawud)

4. Bakhil atau kikir

Sifat bakhil ini menyebabkan seseorang merasa kekurangan dan takut akan kehabisan harta, sehingga tidak mau memberikan sedikit hartanya kepada orang yang membutuhkan. Sebagaimana firman Allah dalam surah Ali 'Imran ayat 180 yang artinya,

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

5. Riya

Riya merupakan penyakit hati yang dilarang karena dapat menghilangkan pahala amal saleh yang dilakukan. Karena riya menghilangkan rasa tulus ikhlas beribadah dan beramal hanya untuk Allah dari dalam hati. Orang yang memiliki penyakit riya ini hanya akan berbuat baik apabila dilihat oleh orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan sanjungan.

Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 264 yang artinya,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

Sumber:https://akurat.co/amp/5-penyakit-hati-yang-harus-diwaspadai-menurut-ajaran-islam